Kabupaten Bima, Kahaba.- Agam Faturhalim, bayi berusia 7 bulan ini divonis menderita radang paru atau bocor paru. Karena itu, dia harus mendapatkan perawatan dan penanganan medis yang serius.
Setiap hari, buah hati dari pasangan Muhammad Ansory (28) dengan Sulastri (26), warga RT 10 RW 10 Desa Nata Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima tersebut, menangis menahan rasa sakit.
Oleh kedua orang tuanya, Agam pernah dibawa ke RSUD Bima hingga akhirnya dirujuk ke RSUP Mataram 3 bulan yang lalu. Namun, dokter di RSUP Mataram tidak berbuat banyak, dan Agam disarankan untuk dirujuk ke RS Bali.
“Tapi karena tidak ada biaya, kami memutuskan pulang ke Bima dulu,” ujar Munammad Ansory, Jumat (11/5) di RSUD Bima.
Kata dia, meskipun Agam memiliki BPJS, namun biaya akomodasi dan biaya hidup di Bali cukup banyak. Keadaan ekonomi keluarganya yang hanya mengandalkan pemasukan dari dia yang hanya sebagai petani tentu tidak akan sanggup membiayainya.
“Saya hanya petani. Penghasilan tidak tetap. Cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja kalau ada,” katanya.
Setelah pulang dari RSUP Mataram, Agam dirawat di rumah menggunakan obat-obat tradisional. Namun, semakin hari kondisi bayi malang tersebut semakin memburuk. Hingga akhirnya kembali di bawa ke RSUD Bima.
“Setelah 2 bulan dari RSUP Mataram, kondisinya semakin memburuk. Makanya dibawa lagi di sini,” tuturnya.
Kini kata dia, dokter RSUD Bima kembali menyarankan agar dirujuk dan berobat ke Bali. Namun dengan keadaan keuangan keluarga yang tidak ada, Ansory bersama istri hanya pasrah menatap bayinya yang terbaring sakit.
Ia berharap, semoga pemerintah terbuka matanya untuk melihat kondisi Agam dan memberikan dukungan dan bantuan.
“Semoga ada hamba Allah yang dermawan mau membantu anak kami berobat ke Bali,” harapnya.
*Kahaba-10