Kota Bima, Kahaba.- STIE Bima menandatangani MoU dengan NTB Solution Center (NSC) dan Geo Trash Management (GTM), Sabtu (6/3). Kerjasama difokuskan pada pengolahan sampah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui memaksimalkan potensi alam.
Ketua STIE Bima Firdaus mengatakan, penandatangan MoU diharapkan menjadi jembatan dalam menjawab permasalahan lingkungan selama ini, salah satunya masalah sampah plastik.
“Kita ketahui, sampah plastik menjadi masalah di mana-mana, karena butuh ratusan tahun baru bisa terurai,” ujarnya.
Menurut Firdaus, tidak hanya menyelesaikan masalah sampah saja. Namun juga menjadi sarana meningkatkan nilai ekonomi.
“Selain kita dapat menyelesaikan masalah sampah plastik ini, dapat juga meningkatkan ekonomi masyarakat kita,” katanya.
Begitupun dengan potensi yang lain. Karena harus diakui Bima memiliki potensi yang layak dipromosikan di kancah nasional bahkan internasional.
“Kita berharap kehadiran NSC dan GTM ini bersama-sama dengan STIE Bima dapat memaksimalkan potensi daerah, sehingga dapat mengangkat harkat dan martabat masyarakat Bima,” harap pria yang juga mantan Ketua HIPMI Kota Bima ini.
Di tempat yang sama, Direktur PT GTM Andrew Peter Sinclair menjelaskan, pihaknya datang ke Pulau Sumbawa dalam rangka survey sampah plastik. Karena pihaknya sedang mengembangkan industry pengelolaan sampah menjadi bahan bakar.
“Kebetulan kami konsen dalam pengelolaan sampah menjadi Solar,” jelasnya.
Dia berharap, kehadiran pihaknya dapat mengatasi masalah sampah plastik di Bima. Bahkan tidak hanya itu, pengelolaan sampah tersebut juga menjadi kesempatan dalam meningkatkan ekonomi masyarakat.
“Jadi tentu dalam pengelolaan nanti, kita butuh belasan ton sampah plastik. Maka tentu kita membutuhkan masyarakat sebagai pelaku-pelaku usaha bidang plastik ini,” tuturnya.
Hal yang sama juga disampaikan Ketua NSC, Siti Aishah Binte Mohamed. Ia menegaskan, selain pengolahan sampah, pihaknya juga membuka ruang kerjasama disemua bidang. Karena dia melihat Bima memiliki potensi yang besar. Hanya saja belum disentuh secara maksimal.
“Kita ini punya potensi besar, namun belum kita kelolah secara maksimal. Sehingga butuh keseriusan kita bersama,” tuturnya.
Salah satunya adalah potensi kopi. Bima memiliki potensi Kopi seperti di Donggo, Parado, Wawo dan Tambora. Namun belum memiliki branding atau identitas sendiri.
“Misalnya saja ke depan kita bisa angkat branding sendiri untuk kopi NTB atau Bima. Sehingga kita bisa mengaungkan branding ke luar negeri seperti di Dubai dan lainnya,” terangnya.
Selain kopi masih banyak lagi potensi-potensi lain yang bisa dikembangkan.
“Yang paling dekat adalah persiapan untuk menyambut Motor GP nanti. Kita harus ambil bagian,” imbuhnya.
*Kahaba-01