Kota Bima, Kahaba.- Nasib malang dialami Andini (8) putri kedua dari pasangan Ramlin dan Rini asal Dusun Ujung Harapan Desa Nipa Kecamatan Ambalawi. Gadis kecil dari keluarga tidak mampu ini menderita sebuah penyakit yang belum diketahui jenisnya.
Upaya pengobatan telah coba dilakukan keluarga secara tradisional, tetapi tidak ada perkembangan dan tanda-tanda membaik. Sakit Andini bahkan kini semakin para. Setiap hari ia merasakan sesak napas dan susah untuk tidur.
Namun Andini masih terlihat tegar menceritakan bagaimana ia mulai merasakan sakit. Kejadiannya sekitar 5 bulan lalu. Saat itu ia hendak berangkat ke sekolah. Ketika menuruni tangga rumah, kakinya terpeleset jatuh. Bagian dadanya mengalami benturan cukup keras dengan sebuah batu besar.
“Setelah jatuh menimpa batu, awalnya dirasakan sakit biasa. Sehingga saya hanya diobati secara tradisional,” cerita Andini, Jumat (16/3).
Tak disangka, sebulan kemudian Andini mulai merasakan sakit nyeri pada bagian dada. Diikuti sesak nafas dan susah untuk tidur. Karena sakitnya mulai tak tertahan, akhirnya ia memberanikan diri memberitahukan kepada kedua orangtuanya tentang sakit yang diderita.
“Saya baru menceritakan kepada orangtua, karena sakit sudah tidak tertahankan lagi,” akunya.
Setelah mengetahui anaknya sakit, Ramlin Ayah Andini justru tak mampu berbuat banyak untuk mengobati putrinya. Ia tak berani membawa putrinya berobat ke rumah sakit karena memikirkan biaya pengobatan. Ia hanya seorang petani biasa dengan penghasilan tak menentu, sudah pasti tidak mampu membiayai kebutuhan pengobatan Andini.
“Kami hanya orang desa, tidak tahu tentang tata cara berobat karena sudah terbayang biaya perawatan akan mahal. Apalagi membayangkan operasi pada anaknya, yang bisa memakan biaya puluhan juta,” ujarnya.
Karena takut biaya mahal, ia memutuskan Andini diobati secara tradisional saja. Namun waktu terus berlanjut, kondisi putrinya kian memperihatinkan. Fisiknya makin melemah. Tulang dada dan tulang punggung mulai muncul menonjol keras ke depan.
Hal itu menyebabkannya kesulitan saat istrahat. Ketika ingin tidur tidak bisa dalam posisi terlentang dan telungkup, hanya bisa posisi samping. Bila tidur terlentang dan telungkup, Anisa akan mengalami sesak nafas dan sulit untuk tidur.
Untuk mengetahui penyakit yang diderita putrinya, Senin (19/3) pekan depan Ramlin berencana akan membawa putrinya ke RSUD Bima untuk diperiksa. Ia pun telah mengurus kartus BPJS Kesehatan. Hanya saja, masih terkendala biaya yang mungkin dibutuhkan di luar tanggungan BPJS.
“Bila ada pihak yang membantu, tentu kami sangat membutuhkan dan berterimakasih agar dapat menolong biaya perawatan Andini,” harapnya.
*Kahaba-04