Kota Bima, Kahaba.- Penggunaan APBD Kota Bima untuk event pacuan kuda di Arena Panda Kabupaten Bima, dikritik masyarakat. Pasalnya, penggunaan anggaran tersebut dinilai tidak tepat sasaran, dan sarat penyalahgunaan. (Baca. Rakyat Minta Wali Kota Bima Jelaskan Dana Hibah untuk Kegiatan Pacuan di Kabupaten Bima)
Kepala Dinas Pariwisata Kota Bima M Natsir saat dikonfirmasi menjelaskan, pelaksanaan di wilayah Kabupaten Bima masih dalam ruang lingkup pengembangan pariwisata. Sebab, pacuan kuda ini lebih pada orientasi merespon animo masyarakat dan budaya.
Kenapa tidak dilaksanakan di Arena Pacuan Kuda Kelurahan Sambinae Kota Bima? Natsir menjawab memang sejauh ini ada kendala, sehingga belum bisa dilaksanakan seidealnya. Maka berdasarkan hasil rapat Pordasi NTB, pacuan kuda harus dilaksanakan di Kota Bima secepatnya.
“Tapi memang ada persoalan saat rapat, pro dan kontra. Kalau dilaksanakan di Kota Bima, belum siap. Maka dalam rangka merespon animo masyarakat, dengan segala keterbatasan disepakati digelar di Panda,” ungkapnya, Selasa (18/10).
Pelaksanaan pacuan kuda pun sambungnya, tetap dilaksanakan di Panda dengan tetap mengacu pada perkembangan budaya daerah. Pasalnya bicara soal pengembangan pariwisata juga tidak hanya bicara lokal.
“Buat kami saat itu yang penting merespon animo masyarakat. Pertimbangan lain, hiruk pikuk ini dari sisi pariwisata tidak bicara lokalan, tapi budaya yang terus dilestarikan,” jelasnya.
Disinggung apa alasan yang tepat sehingga olahraga itu tidak dilaksanakan di Kota Bima, sementara menggunakan APBD Kota Bima? Natsir menjawab, pihaknya memang berpendapat tidak ideal dilaksanakan di Panda. Tapi dijawabnya lagi pada sisi lain, persoalan merespon animo dan kebahagiaan masyarakat.
Sementara kondisinya arena di Sambinae juga perlu diperbaiki. Seperti pengamanan jalur yang harus dirapikan, fasilitas umum untuk penonton sudah tidak layak. Maka jika dipaksa, habis anggaran untuk perbaikan tersebut.
“Anggaran di Dinas Pariwisata hanya sekitar Rp 300 juta, ini tidak cukup. Kemudian anggaran itu hanya untuk hadiah,” terangnya.
Kemudian disinggung boleh tidak APBD Kota Bima, dipakai untuk kegiatan di luar daerah Kota Bima. Natsir menjawab ini semata-mata persoalan menghibur rakyat, bukan masalah membangun di daerah lain.
“Jadi tidak ada masalah, karena kalau tidak laksanakan juga pacuan ini akan jadi masalah,” tuturnya.
Lantas apa untungnya warga Kota Bima terhadap event tersebut, termasuk soal PAD? diakui Natsir, ada 849 peserta yang mengikuti event tersebut dan 40 persennya pemilik kuda masyarakat Kota Bima.
“Memang tidak ada PAD untuk Kota Bima, tapi ada puluhan ribu orang yang hadir di arena, dan itu juga dari warga Kota Bima,” ujarnya.
Ia menambahkan, dari kegiatan tersebut tentu ada plus minusnya. Maka untuk tahun mendatang akan dirapikan semua dan menyambut pacuan kuda yang berorientasi pada pengembangan budaya.
*Kahaba-01