Kota Bima, Kahaba.- Puluhan Kepala Keluarga Eks Lokasi Tambang Marmer Oi Fo’o menuntut realisasi sejumlah janji pemerintah untuk memenuhi kebutuhan warga yang di relokasi ke daerah pemukiman baru. Lebih lanjut, warga mengancam akan kembali tinggal di lokasi lama dan menduduki base camp pertambangan apabila sampai waktu yang ditentukan janji-janji Walikota yang pernah diucapkan ketika membujuk warga meninggalkan perkampungannya tidak ditepati.
Belasan warga yang mewakili 80 KK, eks lokasi tambang Lingkungan Kadole Kelurahan Oi Fo’o, ketika ditemui Kahaba di kediamannya, Kamis (25/4), menuding selama ini pemerintah telah mengumbar janji palsu. Pasalnya, Walikota pernah mengiming-imingi warga untuk meninggalkan pemukimannya yang sekarang menjadi lokasi tambang marmer dengan perjanjian bahwa warga setempat akan diprioritaskan bekerja dalam usaha tambang itu. Realisasinya sungguh jauh berbeda, sebagai contoh, dari 11 orang tenaga keamanan (security) tambang diisi oleh warga di luar eks lokasi pertambangan. Warga sendiri telah menyampaikan hal ini langsung kepada Walikota Bima tiga bulan yang lalu, namun hanya diiyakan saja. Realisasinya warga tetap saja tak terakomodir dalam rekrutmen karyawan perusahaan.
Warga sangat berharap untuk memperoleh pekerjaaan, sebab warga setempat yang bermata pencarian sebagai petani tidak bisa bercocok tanam di lokasi baru yang kering kerontang. Untuk kembali ke kebun dan ladang di sekitar lokasi pemukiman semula, warga harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk menyewa ojek atau membeli bensin sepeda motornya. Jika menggeluti usaha lain seperti peternakan misalnya, mereka mengaku tidak memiliki modal membeli kambing atau sapi.
Selain pekerjaan, Pemkot Bima dalam hal ini Walikota Bima juga pernah menjanjikan warga di daerah relokasi untuk membangun infrastruktur jalan, gang-gang akan diaspal, listrik gratis, dan penyediaan fasilitas air bersih di setiap rumah. Faktanya, hingga kini gang-gang di dusun Kadole belum terjamah pembangunan. Begitu pula dengan listrik gratis, masih menjadi mimpi warga tanpa pernah menjadi nyata.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih saja, warga harus berjalan kaki sekitar 100 meter menuju sumur warga yang dipakai bersama oleh warga kampung. “Bayangkan Pak, kalau satu sumur dipakai beramai-ramai oleh 40 kepala keluarga. Padahal, dulu sebelum kami pindah ke sini walikota menjanjikan masing-masing rumah akan dapat sarana air bersih, tapi kini tak ada bukti,” keluh Nasrudin (35).
Lebih lanjut warga mengancam untuk kembali ke lokasi semula bahkan menduduki basecamp perusahaan tambang apabila sampai waktu yang ditentukan pemerintah tidak menunjukkan keseriusan dalam mewujudkan kata-kata yang pernah terlontarkan sewaktu membujuk warga untuk pindah. “Kalau dalam tempo tujuh hari pemerintah tidak menepati janjinya, kami akan mengangkat kembali rumah kami dan tinggal di tempat yang lama. Base camp perusahaan juga akan kami duduki, karena apalah artinya tambang marmer hadir di Oi Fo’o ini, apabila warga setempat semakin susah hidupnya,” tegas Nasrudin dan langsung diiyakan belasan warga lainnya. [BS/BQ]