Kabar Bima

Pemkot Bima Peringati Hari Guru dengan Khidmat

371
×

Pemkot Bima Peringati Hari Guru dengan Khidmat

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Ribuan Guru di Kota Bima, Selasa (25/11) memperingati Hari Guru Nasional yang ditandai dengan upacara peringatan Hari Guru di Lapangan Serasuba. Upacara dipimpin Wakil Walikota Bima H. A. Rahman H. Abidin, SE itu berlangsung khidmat.

Ilustrasi
Ilustrasi

Acara tersebut juga dihadiri FKPD lingkup Pemerintah Kota Bima, Kepala SKPD dan pelajar.

Dalam surat untuk Bapak Ibu Guru dari Mendikbud Anies Baswedan yang dibacakan Wawali Bima menyampaikan apresiasi, rasa hormat, rasa terima kasih, dan rasa bangga kepada guru yang telah mengemban tugas mulia serta mengabdi dengan hati.

“Menjadi guru bukanlah pengorbanan. Menjadi guru adalah sebuah kehormatan. Ibu dan bapak guru telah memilih jalan terhormat, memilih hadir bersama anak-anak, bersama para pemilik masa depan Indonesia,” ucapnya melalui rilis yang disampaikan Kabag Humas dan Protokol Setda Kota Bima Ihya Ghazali, S.Sos.

Guru telah mewakili semua menyiapkan masa depan Indonesia. Mewakili seluruh Bangsa, hadir di kelas, di lapangan, bahkan sebagian harus mengabdi dengan fasilitas ala kadarnya, demi mencerahkan dan membuat masa depan yang lebih baik untuk anak-anak.

Digaris bawahinya, bahwa persiapan masa depan Bangsa dan Negara Indonesia dititipkan pada ibu dan bapak guru. Disadarinya pula masih banyak tanggung-jawab pemerintah pada guru yang belum ditunaikan dengan tuntas dan bangsa ini belum menempatkan guru sebagaimana seharusnya.

“Guru memiliki peran yang amat mulia dan amat strategis. Saya percaya bahwa cara kita memperlakukan guru hari ini adalah cermin cara kita memperlakukan persiapan masa depan bangsa ini. Kita harus mengubah diri, kita harus meninggikan dan memuliakan guru. Pemerintah di semua level harus menempatkan guru dengan sebaik-baiknya dan menunaikan secara tuntas semua kewajibannya bagi guru,” tekad Anies Baswedan yang disampaikan Orang Nomor Dua di Kota Bima itu.

Menurutnya, pekerjaan rumah Pemerintah, di semua level, masih banyak. Mulai dari masalah status kepegawaian, kesejahteraan, serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan guru, harus dituntaskan.

Meskipun demikian, dibalik semua permasalahan yang ada, pendidikan harus tetap berjalan dengan baik. Di pundak guru, pendidik dan tenaga kependidikan, ada wajah masa depan. Setiap hari ibu dan bapak guru menemui wajah masa depan Indonesia, dan di ruang-ruang kelas itulah anak-anak bersiap, bukan saja untuk menyongsong tetapi juga untuk memenangkan masa depan.

Hari-hari di depan kelas tentu menyedot energi. Anak-anak yang menuntut perhatian. Tugas-tugas guru yang menumpuk. Masih banyak ruang kelas yang tak memadai, fasilitas belajar yang ala kadarnya, atau suhu udara yang tidak selalu bersahabat.

Dimintanya kepada seluruh Guru yang ada agar tetap hadir membawa senyum, berbekal kerahiman, menyongsong anak-anak bangsa dengan kasih sayang, dan hadir dengan sepenuh hati.

“Kita semua sadar bahwa pendidikan adalah ikhtiar fundamental dan kunci untuk kita dapat memajukan Bangsa. Potensi besar di Republik ini akan dapat dikembangkan jika manusianya terkembangkan dan terbangunkan. Kualitas manusia adalah hulunya kemajuan, dan pendidikan adalah salah satu unsur paling penting dalam meningkatkan kualitas manusia,” jelasnya.

Pada kesempatan itu, Wawali mengajak kita semua untuk melihat pendidikan bukan semata-mata urusan Negara, urusan Pemerintah. Tanpa mengurangi peran Negara, karena Negara masih harus menyelesaikan tanggung-jawab yang belum tuntas dan meningkatkan kinerjanya, kepada seluruh warga Indonesia diajak untuk ikut bekerja sama demi masa depan Indonesia yang lebih baik.

Secara konstitusional mendidik adalah tanggung jawab Negara, tetapi secara moral mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik. Semua kalangan, mari terlibat untuk membantu sekolah, guru, madrasah, balai belajar, dan taman belajar untuk mendorong kemajuan pendidikan.

Untuk itu pula, kepada guru, Kepala Sekolah, dan tenaga kependidikan, bukakan pintu lebar-lebar, mengajak dan memberi ruang kepada masyarakat untuk ikut terlibat, memikirkan, dan berbuat untuk kemajuan dunia pendidikan.

Kata dia, Potret Indonesia hari ini adalah potret hasil dunia pendidikan di masa lalu. Potret dunia pendidikan hari ini adalah potret Indonesia masa depan. Jadikan rumah dan sekolah menjadi zona berkarakter mulia.

Izinkan anak-anak merasakan rumah yang membawa nilai kejujuran. Izinkan anak-anak merasakan sekolah yang guru-gurunya adalah teladan. Biarkan anak-anak mengingat kepala sekolahnya dan seluruh tenaga kependidikan di sekolahnya, sebagai figur-figur bersih dan terpuji.

Kelak anak-anak akan hidup di era baru. Mereka hidup di era yang korupsi sudah dianggap sebagai sesuatu yang basi, sesuatu yang bukan lagi kelaziman dan tidak semata-mata dipandang sebagai persoalan pelanggaran hukum, tetapi lebih dari itu, korupsi menyangkut persoalan harkat dan martabat kemanusiaan.

“Pada suatu saat, ketika anak-anak kita, murid-murid itu, telah dewasa dan berkiprah di dalam masyarakat, mereka kelak bisa bertutur, saya belajar jujur, dan belajar integritas dari guru,” harapnya.

Disamping itu, Ibu dan bapak guru mungkin saja tidak mendengar langsung ucapan-ucapan itu, tetapi yakinlah bahwa melalui anak didik yang meneladani ibu bapak guru itulah, aliran pahala untuk ibu dan bapak tidak akan pernah berhenti. Pahala yang tiada henti-hentinya melalui anak-anak didik yang menjadi manusia berkarakter mulia, yang menjalani hidup dengan kejujuran dan berintegritas.

Karakter memang tidak cukup diajarkan melalui lisan dan tulisan. Karakter diajarkan melalui teladan. Oleh karena itu, diharapkan kepada seluruh guru untuk menjadi figur-figur yang diteladani oleh murid-murid dan lingkungannya.

Ikhtiar mulia ini harus diteruskan. Suatu saat kelak, ibu dan bapak guru dapat melakukan refleksi atas apa yang sudah dijalani sambil bersyukur, bahwa di saat Indonesia sedang mengubah wajahnya menjadi lebih baik, lebih bersih, lebih jujur, lebih cerdas, lebih kreatif, dan lebih cerah, ibu dan bapak guru memegang peran penting.

Kelak ibu dan bapak dapat berkata, “Saya disana, saya terlibat. Sekecil apapun saya ikut mendidik generasi lebih baik. Saya ikut melahirkan generasi baru dan ikut berkontribusi membuat wajah Indonesia yang lebih cemerlang, dan membanggakan,yakin Wawali.

*Bin/Hum