Kabar Bima

Seminar Gizi, Bupati Bima: Gizi Anak Tentukan Kualitas SDM

349
×

Seminar Gizi, Bupati Bima: Gizi Anak Tentukan Kualitas SDM

Sebarkan artikel ini

Kabupaten Bima, Kahaba.- Bupati Bima Hj. Indah Dhamayanti Putri membuka seminar Gizi yang dilaksanakan jajaran Dinas Kesehatan, Persatuan Ahli Gizi Kabupaten Bima dan Prodia di Aula SMKN III Kota Bima, Rabu (2/3).

Seminar Gizi, Bupati Bima: Gizi Anak Tentukan Kualitas SDM - Kabar Harian Bima
Bupati Bima saat menyampaikan sambutan pada cara seminar gizi. Foto: Hum

Dihadapan para bidan, perawat, narasumber dan para peserta yang hadir Bupati Bima mengemukakan, status gizi dan kesehatan ibu dan anak merupakan penentu kualitas sumber daya manusia. Status gizi dan kesehatan ibu pada masa pra-hamil, saat kehamilannya dan saat menyusui merupakan periode yang sangat kritis atau yang kita kenal dengan 1.000 hari pertama kehidupan.

Walaupun remaja putri secara eksplisit tidak disebutkan dalam 1.000 hari pertama kehidupan, namun status gizi remaja putri atau pranikah memiliki kontribusi besar pada kesehatan dan keselamatan kehamilan serta kelahiran, apabila remaja putri menjadi ibu.

Dinda mengakui bahwa persoalan gizi adalah persoalan yang komplek, untuk itu perlu sinergisitas semua pihak dalam penanganan masalah gizi.

“Saya berharap para bidan, ibu hamil, jajaran Dinas kesehatan, Persatuan Ahli Gizi dapat bersinergi menangani masalah ini. Karena masalah gizi pada anak akan menentukan kualitas sumber daya manusia dan peningkatan IPM di Kabupaten Bima,“ harapnya.

Lebih lanjut Dinda mengemukakan, saat ini sebuah tantangan besar masih diperlukan adalah upaya pencapaian target MDGS (Millenium Development Goal) di tahun 2015 masih belum optimal. Khusus untuk sektor kesehatan, perbaikan gizi masyarakat menjadi salah satu targetnya.

Sebagai upaya mencapai komitmen global serta peningkatan kualitas sdm kedepan. arah pembangunan kesehatan indonesia dari tahun 2005 – 2024 didorong ke arah upaya promotif dan preventif, serta peningkatan universal coverage, menuju masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.

Di tempat yang sama, Ketua Panitia Tita Masyita mengemukakan, periode 1.000 hari pertama kehidupan merupakan periode yang sensitif, karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi.

Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut, dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.

Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan gizi, dilakukan intervensi spesifik dengan pendekatan continuum of care yang dimulai sejak masa pra hamil, hamil, bersalin dan nifas, bayi, balita, hingga remaja (pria dan wanita usia subur).

Lebih lanjut Masyita mengemukakan, mencermati kontribusi intervensi sensitif yang terbukti berperan besar terhadap penanggulangan masalah gizi. Untuk itulah, forum tersebut diharapkan memberikan kontribusi untuk upaya perbaikan gizi di sektor kesehatan selalu didukung oleh sektor non kesehatan.

*Kahaba-01/Hum