Kota Bima, Kahaba.- Dalam rangka menurunkan prevalensi stunting di wilayah Kota Bima, Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kota Bima menggelar kegiatan Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Kegiatan sosialisasi yang digelar di aula Kantor Walikota Rabu (20/3) itu dibuka Staf Ahli Walikota Bidang Pemerintahan dan Politik M Nur A Madjid, dan dihadiri Kepala Diskominfo Kota Bima Supawarman, Kasi Penyusunan Program dan Pemantauan Ditjen Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Tuti Sulastri serta perwakilan lurah, camat dan organisasi masyarakat.
Tuti Sulastri dalam sambutan menyampaikan, sesuai Inpres Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Komunikasi Publik, Kementerian Kominfo diamanatkan untuk mengkoordinir isu sektor menjadi isu tunggal untuk kemudian disampaikan ke seluruh lapisan masyarakat melalui simpul-simpul komunikasi yang sudah terbangun dan melalui berbagai kanal media.
“Khusus terkait stunting, Kementerian Kominfo menjadi Koordinator Kampanye Nasional. Kami bersama Kemenkes dan 10 Kementerian lainnya, juga Pemerintah Daerah, terus bekerja keras mensosialisasikan PHBS,” ujarnya.
Tuti menjelaskan, Direkorat Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (IKPMK) akan mendorong agar 60 Kabupaten-Kota prioritas tahun 2019 aktif mengedukasi terkait stunting, termasuk Kota Bima. Hal ini merujuk hasil riset kesehatan dasar tahun 2013, Kota Bima tercatat berada di angka 35,6 persen dengan prioritas Kelurahan penanganan stunting meliputi Rabadompu, Oi Fo’o, Ntobo, Jatibaru, Kolo, Rite, Nungga, Nitu, Lelamase, dan Jatiwangi.
“Kami mengharapkan para peserta kegiatan ini dapat melakukan 3P, yaitu Peduli, Pahami dan Partisipasi. Hal ini bisa membantu mengurangi keberadaan gizi buruk,” paparnya.
Sementara itu Staf Ahli Walikota Bidang Pemerintahan dan Politik M Nur A Madjid mengucapkan terimakasih atas penyelenggaraan forum sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat, dalam rangka penurunan prevalensi stunting di Kota Bima. Selain sebagai bentuk perhatian, ini juga sekaligus menjadi pemacu semangat dan komitmen para stakeholders di daerah, untuk mengerahkan segala upaya guna mengeliminasi stunting di Kota Bima.
Stunting mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak baduta (bayi di bawah usia 2 tahun), akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya. Kejadian stunting di Indonesia tidak hanya dialami pada keluarga miskin, tetapi juga pada keluarga mampu.
“Melalui forum yang kita bangun hari ini, semoga menjadi ajang menemukan langkah strategis untuk menggugah kesadaran bersama guna menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari,” harapnya.
*Kahaba-04