Opini

Kota Bima dan Impian Tentang Kota Ternyaman di Dunia

337
×

Kota Bima dan Impian Tentang Kota Ternyaman di Dunia

Sebarkan artikel ini

Oleh: Faqih Ashri, ST*

Kota Bima dan Impian Tentang Kota Ternyaman di Dunia - Kabar Harian Bima
Faqih Ashri. Foto: Ist

“Mimpi tidak pernah menyakiti siapa pun jika dia terus bekerja tepat di belakang mimpinya untuk mewujudkannya semaksimal mungkin” (F.W.Woolworth)

Kota Bima dengan segala perjalanan monumentalnya berhak menjadi sebuah kota yang maju dan diperhitungkan. Kota Bima muncul di tahun 2002 sebagai daerah pemekaran dari wilayah administratif Kabupaten Bima, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2002. Sejak awal berdirinya, Kota Bima sudah berganti Kepala Daerah sebanyak 3 kali. Usia yang masih relatif muda. Tentu masih teramat banyak impian yang bisa diwujudkan kedepannya.

Wilayah Kota Bima memiliki luas total 222,25 km persegi. Jumlah penduduk 166.407 jiwa di tahun 2017, dan sebarannya terbagi dalam 5 wilayah kecamatan. Sektor ekonomi andalan berupa jasa, perdagangan, agroindustri, dan peternakan. Suku yang menetap di Kota ini cukup beragam, yaitu Suku Bima, Sasak, Bali, Jawa, dan Bugis.

Hampir semua sejarah kota bahkan negara yang gemilang di masa lalu adalah karena letak geografis, kekayaa alam, serta budayanya. Ekspansi yang dilakukan kala itu masih mengandalkan jalur laut, sehingga daerah yang berada di sepanjang jalur yang dilewati biasanya akan dijadikan persinggahan bahkan rebutan. Kota Bima adalah salah satu kota yang mendapat anugerah untuk berada di jalur yang sangat strategis. Dermaga Kota Bima bisa menjadi pelabuhan transit yang baik bagi turis dari Surabaya, Bali, dan Lombok yang ingin menuju wilayah seberang seperti Labuan Bajo, Ende, Makassar, Banjarmasin dan Kupang.

Dermaga merupakan pintu gerbang sebuah kota. Banyak kota-kota maju di dunia berhasil menjadikan dermaganya sebagai Landmark (icon) yang sangat kuat. Pada akhirnya, selain berfungsi sebagai simpul penghubung antar daerah, dermaga juga secara visual menjadi objek wisata yang memukau. Kita bisa melihat bagaimana indahnya dermaga alami yang ada di Kota Sydney Australia dalam balutan Opera House-nya.

Selain membuat icon dermaga yang kuat, tentu saja internal kota pun harus didesain sedemikian rupa sehingga para turis betah berlama-lama sebelum melanjutkan perjalanan. Sebenarnya apa saja variabel untuk bisa mewujudkan kota yang nyaman? Salah satu penerapan konsep yang paling mudah adalah dengan mengambil variabel yang digunakan oleh lembaga riset kredibel semisal Price WaterhouseCan (PWC) dalam mengukur tingkat kenyamanan kota-kota di dunia. Variabel yang biasanya digunakan antara lain: budaya, kualitas hidup, populasi usia produktif, kemacetan lalu lintas, kemudahan akses perjalanan, daya tarik lokasi wisata, sistem pengolahan limbah, keberadaan taman publik, serta tingkat keamanan.

Pada tahun 2014, Kota Sydney Australia mendapat predikat sebagai kota paling nyaman untuk dihuni di dunia, karena dinilai mampu mengakomodasi semua variabel tersebut dengan baik, walaupun kini Sydney harus rela posisinya disalip oleh Kota Wina dan Melbourne. Faktanya, memang untuk meraih sesuatu akan lebih mudah dari pada mempertahankannya. Sangat banyak kota-kota di dunia yang dengan penuh kesadaran berpacu untuk menjadi yang terbaik. Kota Bima tentu suatu saat ingin berada di posisi mereka, tidak hanya menjadi penonton, namun sebagai peserta. Kota Bima hampir memiliki semua potensi pada setiap variabel kota nyaman yang disebutkan diatas.

 

Warisan Budaya

Warisan budaya yang sangat kaya membuat Kota Bima secara utuh menjadi “Memorable City”. Hanya saja butuh kerja cerdas untuk mempertahankan kekayaan budaya dari laju modernisasi yang begitu cepat. Pembangunan berbasis budaya akan menjadi salah satu pembeda dengan daerah lain, sebab setiap daerah pasti punya budaya yang berbeda pula. Hilangnya secara perlahan bangunan-bangunan bersejarah, situs purbakala, dan atraksi budaya karena ditutupi oleh bangunan serta kebiasaan kontemporer akan membuat pembangunan terasa biasa saja, walaupun dibangun dengan biaya yang sangat mahal.

Jumlah Usia Produktif

Jumlah usia produktif di Kota Bima sangat tinggi yaitu sebanyak 111.459 jiwa atau sejumlah 66,97 persen. Bonus demogradi seperti ini patut disyukuri, karena otomatis memgurangi angka beban tanggungan kota. Tinggal bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan baru sebagai wadah bagi angkatan pencari kerja yang dapat memacu kemandirian, sehingga tidak terpak pada bidang kerja yang telah ada. Pola-pola pelatihan entrepreneurship yang bersifat kekinian sekiranya dapat menarik minat para milenial untuk menapaki jalan berbeda di lar zona nyaman mereka. Bayangkan saja jika semua pencari kerja hanya ingin bekerja di sektor pemerintahan. Apa jadinya dengan sektor perdagangan? Siapa yang akan meneruskan konsep pertanian? Akan jadi seperti apa sektor peternakan yang prospeknya sangat menjanjikan di kota ini?

Tingkat Kemacetan

Laju pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Kota Bima merupakan salah satu yang tertinggi. Menurut Kota Bima Dalam Angka Tahun 2018, bahwa pada periode 2013-2017 saja jumlah kendaraan bermotor bertambah dari 32.530 unit menjadi 51.269 unit. Laju pertumbuhan seperti itu tentu akan membawa dampak bagi potensi kemacetan kota, mengingat panjang dan lebar jalan yang cederung tetap. Solusi berupa penerapan jalan satu arah sudah berhasil diterapkan. Namun untuk tetap bisa konsisten, perlu diberlakukan pengawasan yang ketat, sebab karakter masyarakat yang cenderung taat aturan hanya saat melihat adany petugas penjaga lalu lintas. Solusi lain yang dapat dicanangkan antara lain pembatasa jumlah kepemilikan kendaraan pribadi, penyadaran tentang fungsi penting berjalan kaki dan bersepeda untuk tujuan yang dekat. Langkah ini bukan tanpa alasan, sebab saat momen acar Sosialisasi Pekan Panutan Pajak 2017 didapatkan laporan bahwa 60 persen warga Kota Bima menunggak pajak kendaraan. Hal ini berarti bahwa meroketnya jumlah minat beli kendaraan bermotor tidak sejalan dengan kesadaran membayar pajak. Mumpung lalu lintas Kota Bima belum semacet kota besar, ada baiknya diantisipas demi kenyamanan berkendara.

Daya Tarik Wisata

Satu lagi anugerah bagi Kota Bima, letaknya yang dikelilingi oleh banyak bibir pantai Teluk Bima membuatnya nampak berkemilau diterpa cahaya sunset sore hari. Tentu anugerah ini mempermudah Kota Bima dalam memoles dan mem-branding berbagai lokasi wisata bahari. Selain itu, wisata budaya, kuliner, serta home industri kerajinan bisa saja berkembang sangat pesat jika program satu produk unggulan setiap kelurahan kembali digiatkan secara konsisten dan selalu dilombakan dalam event akbar. Produk kreatif yang melimpah yang diiringi oleh festival/pameran yang terpublikasi dengan baik, maka secara langsung bisa menaikkan level popularitas wisata Kota Bima.

Pengelolaan Limbah

Sampah atau pun limbah hasil buangan rumah tangga menjadi momok yang sangat menakutkan, sebab banyak diantara jenis sampah yang dihasilkan adalah kompenen yang sulit terurai. Jika sudah tercecer tidak pada tempatnya, maka butuh waktu puluhan tahun untuk melihatnya lenyap dari permukaan tanah. Sebenarnya yang paling berbahaya adalah kebiasaan buruk masyarakat dalam membuang sampah tidak pada tempatnya. Kebiasaan buruk ini tentu harus terus mendapatkan pencerahan disertai pula dengan ketersediaan sarana pengelolaan sampah terpadu di setiap kelurahan. Pemeliharaan yang ditanggung secara swasembada oleh masyarakat setempat. Sampah yang dikumpulkan secara kolektif kemudian tidak perlu dibuang ke TPA, tetapi bisa diolah masing-masing dalam wadah pengelolaan limbah terpadu.

Keberadaan Taman Publik

Keberadaan taman publik, atau secara umum dalam bentuk RTH (Ruang Terbuka Hijau) bagi sebuah kota menjadi penentu seberapa “segar” lingkungan kota tersebut bagi masyarakatnya. Banyak sekali bentuk ruang terbuka yang dapat dikreasikan untuk mendukung fungsi ekologi maupun fungsi rekreasi, bisa berupa alokasi halaman rumah, kebun raya, alun-alun, taman bermain anak, lapangan olahraga, lahan abadi, perkebunan produktif, dan masih banyak lagi. Amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di sebuah kota minimal sejumlah 30 persen dari luas kota. Ketersediaan itu sebaiknya terbagi secara merata di setiap bagian kota. Lebih baik lagi jika setiap rumah menerapkan kebijakan itu secara bersama-sama. Setiap rumah menyisakan sekurang-kurangnya 30 persen lahan sebagai halaman terbuka, tidak dibangun secara penuh. Ruang terbuka bagaikan paru-paru sebuah kota, sangat menentukan tingkat kenyamanan masyarakat di dalamnya. Ruang publik yang tersedia dalam jumlah memadai juga semakin memperbanyak pilihan untuk para pemuda dalam berkreasi, sehingga kegiatan bisa selalu diarahkan dalam koridor yang positif dan menjauhi kegiatan yang negatif. Sebagai daerah dengan intensitas cahaya matahari yang tinggi, akan sangat menyenangkan jika di sepanjang koridor utama dinaungi oleh pepohonan rindang hingga membentuk terowongan tinggi yang meneduhkan.

Keamanan Kota

Variabel keamanan kota bisa jadi yang terpenting. Konflik antar kampung, tawuran pelajar, isu teroris, kejahatan berencana, pembunuhan, perampokan; akan bergulir layaknya bola panas yang siap meledakkan tembok kokoh di hadapannya. Para turis tentu akan enggan mengunjungi sebuah kota yang membahayakan jiwa mereka. Begitupun para investor, tidak akan pernah ada niat untuk menanamkan modalnya pada daerah yang kemungkinan untuk suatu investasi tidak bertahan lama. Faktor keamanan menentukan kenyamanan. Dan kenyamanan menentukan penghargaan. Lalu penghargaan menentukan kemajuan. Jika semua variabel bisa diakomodasi dengan baik, bukan tidak mungkin suatu saat akan banyak sekali turis dari negara lain, termasuk yang berasal dari Australia yang singgah di Kota Transit Bima. Mereka akan menelusuri jalan-jalan yang ada disini dengan tatapan kagum, seraya berkata “Its Amazing. Lets Enjoy The New Sydney!”

Selamat ulang tahun Kota Bimaku yang ke 17, semoga ke depannya semakin baik lagi. Dijauhkan dari bencana, dan semoga masyarakat sadar untuk menjagamu dari terpaan zaman. Tertanda pria yang selalu mengagumimu.

*Penulis Alumni Mahasiswa Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya Malang