Bima Kita

Festival Sangiang Api Dimulai 28 Juli, Ini 6 Rangkaian Acaranya

458
×

Festival Sangiang Api Dimulai 28 Juli, Ini 6 Rangkaian Acaranya

Sebarkan artikel ini

Kabupaten Bima, Kahaba.- Setelah 4 tahun sebelumnya sukses menggelar  Festival Gunung Sangiang Api,  tahun ini festival tersebut akan kembali digelar selama 21 hari. Dimulai tanggal 28 Juli sampai dengan 17 Agustus 2018 di Desa Sangiang Kecamatan Wera.

Festival Sangiang Api Dimulai 28 Juli, Ini 6 Rangkaian Acaranya - Kabar Harian Bima
Banner Festival Sangiang Api 2018. Foto: Istimewa

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bima Dahlan mengatakan, Festival Gunung Sangiang Api merupakan even tahunan yang diadakan para generasi muda Desa Sangiang. Even pariwisata dan budaya ini mendapatkan dukungan Mahasiswa KKN Universitas Gajah Mada (UGM).

Festival Sangiang Api Dimulai 28 Juli, Ini 6 Rangkaian Acaranya - Kabar Harian Bima

“Festival ini juga didukung penuh Pemerintah Desa Sangiang dan Dinas Pariwisata Kabupaten Bima serta  menjadi salah satu rangkaian pesta untuk memeriahkan Hari Jadi Bima,”  jelas Dahlan, Sabtu (14/7) dikutip dari siaran pers Diskominfostik Kabupaten Bima.

Festival tahun ini kata Dahlan, mengusung tema “Harmoni Gunung, Harmoni Laut, Harmoni Indonesia”. Pengunjung nantinya akan disuguhi 6 rangkaian agenda, yaitu Lomba Sampan Layar Tradisional, Ekspo Kerajinan Rakyat, Pertunjukan Seni Tradisional, Jelajah Sangiang Api, Gebiar Kuliner Kalempe Sangiang dan Nggalo Ruhu.

Lomba Sampan Layar Tradisional akan mengambil titik start dari Pulau Sangiang, menempuh jarak 12 kilometer melewati ganasnya Laut Flores dan finish di Desa Sangiang. Kemudian Ekspo Kerajinan Rakyat dalam bentuk bazar akan menampilkan beragam produk industri dan akan diikuti para pengrajin industri rumah tangga.

Sejumlah rangkaian even lainnya yang tak kalah menarik lanjutnya, yaitu Gebyar Kuliner Kalempe Sangiang. Even ini menampilkan makanan khas setempat dan tidak ditemukan di daerah lain. Kemudian ada juga Jelajah Gunung  Sangiang.

“Kegiatan ini bertujuan untuk memetakan potensi bencana sekaligus memetakan potensi wisata dan satwa serta keanekaragaman hayati lainnya,” jelas Dahlan.

Selanjutnya, ada Pertunjukan Seni Tradisional berupa nyanyian mistik Sangiang (Sagele), ragam tarian daerah, teater, monolog sejarah (mpama mpemo), puisi dan musik serta Nggalo Ruhu (berburu massal) sebagai  salah satu tradisi leluhur masyarakat  Sangiang.

“Tradisi ini dipelihara secara turun temurun hingga saat ini dan akan menjadi tontonan menarik bagi para pengunjung nantinya,” pungkas dia.

*Kahaba-03