Kabupaten Bima, Kahaba- Penyegelan SMPN 3 Madapangga masih terus berlanjut. Abdul Hamid dan keluarga sebagai ahli waris dari tanah dengan luas 12 are yang ditempati sekolah itu masih tetap bertahan dengan sikap awal. (Baca. SMPN 3 Madapangga Disegel, 3 Hari KBM Terganggu)
Kepala Desa (Kades) Campa H Mansyur H Ismail yang juga menjadi bendahara Tim Kerja Masyarakat (TKM) pembangunan SMPN 3 Madapangga mengaku, dirinya tidak tahu soal penyegelan tersebut. Ia pun tak mendapat laporan dari warga.
“Kalau kita tahu, tentu bisa kita carikan solusinya,” ujar Mansyur, Jumat (15/12).
Kades berharap semoga masalah penyegelan sekolah bisa ditemukan solusi dan sekolah bisa kembali dibuka agar aktifitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) siswa bisa berjalan dengan baik.
“Kalau terus disegel, kasihan anak-anak kita yang sekolah di sana,” katanya.
Menurut Mansyur, dirinya tidak tahu alasan Abdul Hamid dan keluarga menyegel SMPN 3 Bolo. Karena pada saat pembangunan sekolah tahun 2006, semua kompensasi baik berupa uang maupun tanah untuk ditempati sudah diberikan.
“Kompensasi sudah diberikan, kok dipermasalahkan sekarang saat orang tua mereka sudah meninggal,” ucapnya heran.
Ia memaparkan, luar tanah yang ditempati SMPN 3 Madapangga 62 are. Rinciannya, tanah milik Yakub Ama Jainab lebih kurang 12 are, sisanya 50 are adalah tanah milik negara yang digarap oleh Hasnu Ho, Bakar Kana dan Mahmud Abas.
Kemudian untuk Yakub Ama Jainab diberikan kompensasi sebesar Rp 8 juta, Hasnu Ho dan Bakar Kana masing-masing Rp 1 juta setengah. Sedangkan Mahmud Abas sebesar Rp 750 ribu.
“Dulu itu tanah pemerintah, mereka hanya pinjam pakai. Makanya diberi kompensasi saja,” paparnya.
Lanjut Kades, dari anggaran 1 Miliar lebih dari dana hibah Australia untuk pembangunan sekolah pada waktu itu. Tidak ada biaya pembebasan lahan atau kompensasi lahan, karena masyarakat diminta untuk siapkan lahan untuk pembangunan sekolah.
Tambah Kades, waktu itu ada rencana pengumpulan uang dari masyarakat Desa Campa untuk pembebasan lahan. Namun tidak dilakukan karena tidak ingin membebani masyarakat.
“Karenanya saya pakai uang saya pribadi semua. Totalnya sekitar 40 juta. Tapi tidak saya persoalkan,” ungkapnya.
*Kahaba-10