Kota Bima, Kahaba.- Kelangkaan gas elpiji 3 kg kembali menghantui masyarakat Kota Bima. Dalam beberapa pekan terakhir, warga kesulitan mendapatkan kebutuhan dasar tersebut.
Mereka harus rela antre dan membayar lebih mahal di tingkat pengecer, sementara distribusi dari agen resmi tak kunjung jelas.
“Gas 3 kg sekarang susah sekali. Sudah langka, harganya juga naik. Di pengecer bisa sampai Rp35.000 lebih,” keluh salah seorang warga, Hidayat.
Kondisi ini memunculkan dugaan adanya permainan dalam rantai distribusi, yang menyebabkan distribusi gas tidak merata dan merugikan masyarakat kecil.
“Kelangkaan ini bukan kali pertama terjadi, namun ironisnya, pemerintah belum menunjukkan langkah konkret maupun transparansi penyelesaian,” kritiknya.
Menanggapi keluhan publik, Pemerintah Kota Bima menggelar rapat tertutup dengan sejumlah OPD dan pihak terkait, Selasa 15 Juli 2025, di ruang Sekda.
Namun, tidak satu pun pejabat memberikan pernyataan resmi kepada awak media usai rapat berlangsung selama hampir dua jam.
Beberapa wartawan yang menunggu di luar ruangan rapat hanya mendapat jawaban mengambang.
Plt Asisten II Setda Kota Bima H Sukarno saat dikonfirmasi, hanya menjawab singkat.
“Belum bisa bicara, saya harus lapor ke Sekda dul,” katanya.
Plt Kepala Dinas Koperindag, saat ditanya juga, mengaku tidak bisa memberikan keterangan karena masih ada pejabat yang lebih berwenang.
Perwakilan dari Bagian Ekonomi, saat keluar ruangan, juga enggan berkomentar.
Sementara Kabag Ekonomi Setda Kota Bima, menurut stafnya, tengah berada di luar daerah.
Kondisi ini menambah kekecewaan masyarakat, karena ketidakjelasan sikap dan komunikasi pemerintah dalam mengatasi krisis distribusi gas bersubsidi yang berdampak langsung terhadap kebutuhan dasar rumah tangga.
Krisis elpiji ini menuntut pengawasan distribusi yang ketat, penindakan terhadap oknum nakal jika ada indikasi penimbunan atau penyimpangan, serta penyampaian informasi yang terbuka kepada publik.
*Kahaba-01













