Kabar Bima

Ngopi Bersama Dahlan: Wartawan Senior, Pengajar, dan Penulis Buku

540
×

Ngopi Bersama Dahlan: Wartawan Senior, Pengajar, dan Penulis Buku

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Wartawan senior dan penulis buku HM Dahlan Abubakar menyempatkan diri untuk menerima kehadiran para kuli tinta, di rumah kerabatnya di Lingkungan Gindi Kelurahan Jatiwangi Kota Bima, Minggu siang (16/2). Dahlan memang beberapa hari terakhir ini pulang kampung. Menyambangi tanah kelahirannya di Kecamatan Parado dan berkeliling menjumpai kerabat.

Ngopi Bersama Dahlan: Wartawan Senior, Pengajar, dan Penulis Buku - Kabar Harian Bima
Wartawan senior HM Dahlan Abubakar. Foto: Yadien

Saat menerima kedatangan jurnalis Bima, mantan Humas Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar menyambutnya penuh hangat. Ia merasa kedatangannya kali ini dilengkapi perjumpaan dengan para kuli tinta. Pada akhirnya bisa berbagi ilmu jurnalistik yang ia tekuni selama puluhan tahun.

Bagi Dahlan, menjadi jurnalis merupakan profesi yang membahagiakan dan penuh tantangan. Setelah merampungkan studi tingkat menengah atas di SMA 1 Bima, ia merantau ke Makassar untuk mengumpulkan serpihan ilmu dan pengetahuan. Hobinya menulis sejak dulu pun terus diasah di bangku kuliah.

Menjadi wartawan kampus akhirnya dijalani Dahlan. Karena fokus dengan urusan jurnalistik, ia bahkan terlambat menyelesaikan studi. Percaya diri dengan kemampuannya saat itu, pria yang lahir 2 Oktober 1953 tersebut bekerja sebagai wartawan di Harian Pedoman Rakyat, hingga akhirnya menjadi Pemimpin Redaksi (Pemred) koran ternama di Makassar kala itu.

Selain menjadi wartawan dan penulis spesialis Human Interest, Dahlan juga sangat dikenal sebagai penulis biografi sejumlah tokoh terkenal di Makassar. Sederet tulisannya cukup dikenal, karyanya yang fenomenal yakni ‘Ramang Macan Bola’, mengupas biografi pesepakbola legendaris asli Makassar yang mendunia pada masanya. Buku tersebut pun diluncurkan oleh Menpora RI Andi Mallarangeng pada 9 Agustus 2011.

Ngopi Bersama Dahlan: Wartawan Senior, Pengajar, dan Penulis Buku - Kabar Harian Bima
Dahlan saat berbagi pengalamannya menjadi wartawan bersama para jurnalis Bima. Foto: Eric

Pilihan menjadi wartawan menurut pria yang pernah menjadi Sekretaris PWI Sulawesi Selatan itu harus dijalani penuh tanggungjawab, bekerja keras dan dengan dedikasi tinggi. Sebab, para kuli tinta merupakan orang – orang pilihan yang menjadi pilar keempat demokrasi. Mengontrol dan kritis terhadap kinerja pilar lain demokrasi, agar bisa berjalan seimbang.

“Keberadaan Jurnalis sangat penting. Masyarakat juga tidak akan mendapatkan informasi akurat jika tidak ada berita yang merupakan hasil kerja jurnalis. Itu sebabnya Jurnalis ditempatkan pada pilar keempat demokrasi,” ungkap lelaki yang beberapa kali mendapat tugas untuk meliput di luar negeri tersebut.

Namun, menjalankan kerja – kerja jurnalis juga sambungnya, ada kaidah dan koridor yang harus dipatuhi. Seperti Undang-Undang Pokok Pers Nomor 40 Tahun 1999 maupun kode etik jurnalistik. Dalam menjalankan tugasnya juga seorang jurnalis tidak boleh merasa sewenang-wenang.

“Seorang jurnalis harus memiliki kepekaan yang lebih dibanding masyarakat pada umumnya. Nuraninya sebagai pewarta harus sensitif, banyak bertanya serta peka pada kejadian dan kondisi sosial,” terangnya.

Di era teknologi menurut ayah 2 anak ini, ada banyak media yang muncul, tidak terkecuali di Bima. Menjamurnya media-media itu menjadi tantangan tersendiri dalam kompetisi perusahaan pers. Kendati demikian, perusahaan pers yang tidak menjalankan kerja jurnalistik dengan baik dan benar, akan terseleksi oleh alam.

Ngopi Bersama Dahlan: Wartawan Senior, Pengajar, dan Penulis Buku - Kabar Harian Bima
HM Dahlan Abubakar foto bersama jurnalis Bima. Foto: Redaksi

Dahlan juga menjelaskan, dalam menjalankan kerja jurnalistik, Cover Both Side juga menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Karena ia melihat saat ini di beberapa pemberitaan, seperti pada rubrik kriminal, tidak jarang wartawan menghakimi pada terduga pelaku tindak kriminal. Itu dilakukan dengan mengambil penuh sumber berita pada polisi, tanpa memberi ruang kepada terduga pelaku untuk menerangkan keadaan yang sebenarnya.

“Harus ada upaya pendekatan oleh wartawan kepada terduga pelaku, polisi juga harus memberi ruang dan tidak menghalangi, agar terduga pelaku terbuka dan memberikan pernyataan yang sebenarnya,” jelas Dahlan.

Pers juga, tambah pria yang memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Lingusitik di Unhas Tahun 2018 tersebut, harus bisa membangun kemitraan dengan pemerintah. Namun tidak boleh menghilangkan sisi kritis dan kontrol. Kebijakan yang dinilai merugikan, wajib dikritisi, prestasi yang diraih pemerintah juga perlu dipublikasikan.

Waktu sekitar 2 jam lebih tidak cukup untuk menyerap ilmu yang dipaparkan oleh pria yang masih aktif mengajar dibeberapa kampus di Makassar tersebut. Dirinya pun terlihat tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya bisa berbagi ilmu dengan generasi jurnalis yang ada di Bima. Dahlan berharap, pada kesempatan berikutnya bisa duduk lebih lama dan mengupas lebih banyak tentang jurnalistik dari sudut pandangnya selama ini.

Diakhir pertemuan, Dahlan juga membagikan buku biografi TGH A Ghany Masjkur dengan judul Panutan Kehidupan – Pelaku dan Saksi Sejarah dari Masa ke Masa, kepada para pewarta yang mendatanginya. Buku tersebut ditulisnya beberapa bulan terakhir ini.

“Saya setahun terakhir sudah sering pulang kampung. Tahun ini saja, untuk beberapa bulan ke depan saya berencana kembali lagi ke Bima. Saya senang kalau setiap pulang, ada diskusi soal jurnalistik mengisi hari – hari saya selama di Bima,” ucapnya menutup pembicaraan.

*Kahaba-01/10