Kota Bima, Kahaba.- Padahal berhasil menjadi juara I inovasi tingkat Kota Bima, karya diberi nama “Peri Asli Lelamase” dibuat Hidayaturahman, justru tidak diberangkatkan pada ajang lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat Provinsi NTB. Kecewa, alat peraga hasil juara itu pun dibakar.
“Kami sedih dan kecewa tidak ikut lomba tingkat Provinsi NTB, padahal telah menjadi juara I,” sesalnya Hidayaturahman, Senin 8 Mei 2023.
Hidayaturahman menceritakan, sesuai informasi yang disampaikan oleh Badan Riset Daerah (Brida) sebelumnya bahwa, akan ada 6 inovasi yang akan dibawa ke Provinsi NTB, untuk ikut serta dalam ajang TTG pekan ini.
Namun sebagai bahan evaluasi, instansi terkait meminta dirinya untuk menyerahkan alat peraga dari inovasi, sehingga bisa dipresentasikan dan dinilai.
“Tapi alat peraga ini tidak bisa kami tampilkan pada Brida, karena berhubung yang menyimpan alat peraga adalah sahabat dia yang sudah keluar kota,” katanya.
Karena alat peraga tidak bisa ditampilkan, pria yang akrab disapa Dayat itu menjelaskan, akhirnya dia mencoba menghubungi staf dinas setempat, dan dijawab tidak apa-apa alat peraga itu tidak ditampilkan. Sehingga dia merasa bahwa hasil inovasinya tetap diikutsertakan, meskipun terdapat kekurangan alat peraga.
Tapi yang aneh, saat Dayat bersama rekannya akan berangkat ke Kota Mataram untuk mengikuti lomba TTG, tiba-tiba mendapat telpon dari Kepala Brida bahwa inovasinya tidak bisa ikut sertakarena kekurangan syarat seperti alat peraga.
Yang membuat mereka kecewa, kenapa baru dihubungi hari ini. Sedangkan pekan kemarin tidak dikabarkan lebih awal.
“Saya bersama rekan akhirnya mendatangi kantor Brida. Sebagai bentuk kekecewaan, alat peraga inovasi itu kami dibakar,” kesalnya.
Sementara itu, Kepala Brida Kota Bima Adhi Aqwam yang dimintai tanggapan mengakui bahwa inovasi tersebut berhasil menjadi juara I tingkat Kota Bima. Tapi terkait dibatalkan ikut serta ke Provinsi NTB, karena sejumlah syarat tidak lengkap, terutama alat peraga inovasi yang harus dihadirkan dan dipresentasikan.
“Karena tidak lengkap, sehingga tidak bisa ikut ambil bagian dalam ajang TTG di Kota Mataram,” tandasnya.
Agar inovasi bisa diikutsertakan kata Adhi, pihaknya mencoba berkomunikasi dan memediasi agar bisa dicarikan solusi. Terutama kelengkapan alat peraga yang harus disediakan, agar saat presentasi di Provinsi NTB nanti tidak mengecewakan.
“Kami mencoba mediasi, sebagai upaya pemerintah daerah untuk mencari solusi bersama,” bebernya.
Tapi patut disayangkan kata mantan Sekretaris Bappeda itu, sejumlah orang mendatangi kantor Brida kemudian tiba-tiba melakukan pembakaran alat peraga inovasi itu. Padahal dia bersama pejabat setempat mencoba memanggil ke kantor, untuk duduk dan berkomunikasi lebih lanjut.
“Jika alat peraga ini bisa dibawa dan dipresentasikan pada kami, maka akan ada pertimbangan untuk diberangkatkan untuk ikut TTG di Provinsi NTB,” bebernya.
Ia juga menyesalkan, bahwa sebelum dibakarnya alat peraga inovasi tersebut pegawai setempat melihat sudah ada minyak tanah yang dibawa. Artinya hal ini sudah direncanakan dan ada niat untuk dibakar.
“Kami takut alat peraga itu dibakar, karena apinya cukup besar, apalagi angin kencang. Sehingga sontak pegawai berusaha memadamkan api. Sepatu saya bahkan ikut terbakar,” imbuhnya.
*Kahaba-04