Kota Bima, Kahaba.- Peran Joki Cilik saat ini sejatinya hanya sebagai anak-anak yang memberi hiburan untuk para pecinta kuda dan pacuan, tidak lebih. Memenuhi hasrat dan kepuasan orang-orang di arena, setelah itu selesai. Saat musibah pun datang dan terjadi, koar-koar soal kepedulian dan perlindungan, jauh panggang dari api.
Demikian pernyataan kritik keras disampaikan Muhammad Syahwan, paman Muhammad Arjuna – Sang Joki Cilik – yang meregang nyawa saat latihan di arena pacuan kuda.
Sebagai pihak keluarga yang telah menandatangani surat pernyataan tanpa keberatan terkait kematian keponakannya tersebut, mencurahkan keprihatinan terhadap tidak adanya perhatian dari berbagai pihak yang berkepentingan. Terutama fungsi Kartu BPJS Ketenagakerjaan yang sebelumnya telah diberikan kepada para Joki Cilik.
“Ini sudah terjadi, Arjuna meninggal dunia. Namun keluarga merasa bahwa kartu tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya, terbesit pertanyaan mengenai hajatan perlindungan yang dijanjikan,” katanya, Rabu 23 Agustus 2023.
Pertanyaan juga muncul mengenai persiapan Pacuan Kuda yang bakal diadakan di Arena Sambinae. Dalam konteks kecelakaan yang menimpa Arjuna, akan muncul ketidakpastian mengenai kemampuan Kartu BPJS untuk memberikan perlindungan yang memadai.
“Bagaimana nanti dengan Pacuan Kuda yang rencananya akan dilaksanakan di Arena Sambinae, jika saja ada kecelakaan, tentu Kartu BPJS itu pasti tidak bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan tidak ada jaminan untuk para Joki Cilik,” sorotnya.
Syahwan juga merespon mengenai keberadaan Pordasi. Muncul pertanyaan mengenai apakah perhatian mereka lebih terfokus pada kuda atau pada Joki Cilik sebagai atlet. Harapannya Pordasi sebagai pengawas dan pembina olahraga kuda, dapat membela nasib anak-anak yang terlibat.
“Jika Joki sebagai atlet, harusnya Pordasi yang memperjuangkan nasib anak-anak ini,” tegasnya.
Kepada pemerintah juga kata Syahwan, pihak keluarga Arjuna meminta agar pemerintah dan lembaga terkait dapat bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan ini, tanpa saling menyalahkan.
Program yang tujuannya bisa memberi perlindungan, mestinya perlu ada koordinasi dan tanggung jawab bersama agar masalah ini tidak berlarut-larut.
“Justru yang kami lihat, tidak adanya ketidakselarasan dalam program ini ketika saling lempar tanggungjawab,” kritiknya.
Kepada KONI lanjut Syahwan, sebagai lembaga yang mengawasi olahraga nasional diharapkan juga turut berperan dalam menyelesaikan masalah ini. Peran kepemimpinan Wali Kota Bima sebagai Ketua KONI diharapkan mampu membawa solusi. Hingga saat ini, perdebatan seputar kartu BPJS untuk asuransi kematian Arjuna, masih belum mendapatkan solusi terbaik.
“Saat ini nyata saja, kekhawatiran jika program ini hanya tipu-tipu benar adanya, sebab hingga sekarang tidak ada perlindungan yang nyata,” ungkapnya.
Syahwan menjelaskan, Joki Cilik dianggap sebagai pekerja yang memberikan jasa pada para pecinta kuda, dengan harapan bahwa penghasilan dari pacuan bisa membantu mereka dan keluarga. Namun, kekhawatiran muncul jika kondisi sebaliknya terjadi.
Selaku keluarga juga tidak menolak pacuan kuda, sebab pihaknya memiliki keterlibatan langsung dalam dunia ini. Namun, tidak henti-henti menyoroti perlunya perhatian terhadap nasib anak-anak Joki Cilik.
“Kami hobi pacuan sejak dulu, kakek dan orang tua kami menjalani ini. Tapi pemerintah, KONI dan Pordasi coba melihat ini semua secara menyeluruh. Terutama nasib para Joki,” tuturnya.
Syahwan menambahkan, kasus seperti dialami Arjuna yang kurang mendapatkan perhatian, tidak boleh lagi menimpa Joki Cilik lain. Cukup keponakannya yang hanya mendapatkan perlakuan seperti ini, jangan lagi anak-anak yang lain.
*Kahaba-01