Kabupaten Bima, Kahaba.- La Rimpu atau dikenal dengan Sekolah Rintisan Perempuan untuk Perubahan merupakan program yang dipelopori Alamtara Institute bekerjasama dengan LP2M UIN Mataram.
Ketua Alamtara Institute sekaligus inisiator La Rimpu Atun Wardatun menyampaikan, La Rimpu merupakan sarana edukasi sekaligus wadah perjumpaan bagi perempuan-perempuan di Desa Renda dan Ngali, untuk berbagi dan saling belajar tentang permasalahan sosial, ekonomi, budaya dan lainnya.
“Desa Renda dan Ngali menjadi pilot project program ini. Ada sekitar 25 orang perempuan dari 2 desa tersebut yang terlibat aktif dalam sekolah ini,” ungkapnya saat menyampaikan siaran pers ke media ini, Sabtu (3/11).
Dosen UIN Mataram menjelaskan, La Rimpu telah menggelar 2 kali pertemuan. Sebelumnya launching Kelas Perdana La Rimpu yang dihadiri oleh Bupati Bima dan Ketua PKK sekaligus GOW Kabupaten Bima, di Madrasah Aliyah Al-Jihad Renda Ngali (22/9) lalu. Selanjutnya pertemuan kedua dilakukan di SDN Inpres Renda 1 (27/10) lalu.
“Untuk waktu atau tempatnya mereka sendiri yang menentukan. Kemudian untuk pakaian mereka sepakat untuk mengenakan Rimpu pada setiap pertemuan,” jelas perempuan asal Karumbu ini.
Atun, sapaan akrabnya menambahkan, saat pendampinagan La Rimpu ini akan ada modul yang menjadi pedoman kegiatan sekolah. Modul tersebut mencakup potensi diri, relasi keluarga, peran di masyarakat dan partisipasi dalam pembangunan. Dengan mengusung tagline dari perempuan, untuk perempuan dan oleh perempuan. La Rimpu akan memanfaatkan potensi peserta La Rimpu juga sebagai sumber belajar.
“Pendampingan ini akan berlangsung selama setahun dengan 20 kali pertemuan didampingi fasilitator-fasilitator perempuan,” paparnya.
Kata dia, pembelajaran tidak terfokus melulu pada teori. Tetapi ditekankan pada keterkaitan isu yang dibicarakan dengan realita yang terjadi, dan mereka akan turun ke lapangan melakukan hal-hal yang menjadi kesepakatan di dalam kelas.
La Rimpu juga menitikberatkan pada aspek pencegahan, advokasi, dan sosialisasi kepada masyarakat, serta pemberdayaan terutama pemberdayaan ekonomi perempuan dalam meningkatkan partisipasi perempuan sebagai agen perubahan dan subyek dalam pembangunan nasional.
Dari sekolah ini diharapkan, Desa Renda dan Ngali bisa menjadi model bagi komunitas lain sebagai pioneer dibentuknya sekolah perempuan, di mana komunitas perempuan mampu terlibat aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan desa. Juga bisa terciptanya kondisi dampingan yang mampu mengembangkan dirinya sendiri dari kondisi marginal dan terpuruk menjadi central dan berdaya.
*Kahaba-01