Kabar Bima

Tidak Terima Istri Reaktif Rapid Test, Suami Ngamuk di Puskesmas Bolo

427
×

Tidak Terima Istri Reaktif Rapid Test, Suami Ngamuk di Puskesmas Bolo

Sebarkan artikel ini

Kabupaten Bima, Kahaba.- Lantaran hasil rapid test istrinya reaktif, PR (46) warga Desa Darusalam mengamuk di Puskesmas Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, Senin (29/6) sekitar pukul 10.20 Wita.

Tidak Terima Istri Reaktif Rapid Test, Suami Ngamuk di Puskesmas Bolo - Kabar Harian Bima
Suasana PKM Bolo saat PR ngamuk karena tidak terima istri reaktif hasil rapid tes. Foto: Ist

Saat itu, PR keluar masuk dibeberapa ruangan sembari berteriak, bahkan saat berada di ruangan dokter umum pria itu membanting kursi dan membuat panik orang di Puskesmas setempat.

Dokter Umum Puskesmas Bolo Heny membenarkan kejadian tersebut, saat itu PR menanyakan di mana dokter dan ruangan Laboratorium. Bahkan dia banting kursi dan membuat  dokter takut.

“Saya sedang periksa pasien, dia masuk langsung ngamuk dan banting kursi,” ungkapnya.

Saat itu, dia sempat bertanya tapi tidak diberikan kesempatan untuk bicara. Lalu, orang itu keluar dari ruangan dan tetap ngamuk.

Petugas Laboratorium Puskesmas Bolo Yayan Suryani menjelaskan, Fauziah (40) istri dari warga Darusalam itu datang ke Puskesmas Bolo Jumat (26/6) lalu dalam kondisi hamil tua. Sesuai prosedur, dilakukan rapid test dan hasilnya reaktif.

“Karena reaktif, dia dirujuk ke RSUD Bima dan itu sesuai mekanisme yang berlaku di masa pandemi,” katanya.

Kapolsek Bolo IPTU Juanda membenarkan kejadian itu, pasca mendapat laporan ada keributan di Puskesmas Bolo, anggota turun ke TKP untuk mengamankan suami yang ngamuk tersebut.

Terkait masalah itu kata dia, belum ada laporan secara resmi dari pihak Puskesmas Bolo. Saat ini terduga pelaku diamankan agar tidak membuat keributan lagi.

“Laporan baru secara lisan, kita masih menunggu laporan resmi dari Puskesmas,” terangnya.

Sementara itu, PR yang dikonfirmasi di Polsek Bolo mengatakan, pihaknya kesal lantaran hasil rapid test istrinya reaktif, dan dirujuk ke RSUD Bima untuk melahirkan tanpa didampingi oleh siapapun.

“Istri saya lahir pada Sabtu (27/6) tanpa ada pendampingan dari keluarga, kemudian dipulangkan pada Ahad sore (28/6),” tuturnya.

Yang membuat dirinya naik pitam, tadi pagi ada salah satu petugas Posyandu yang menelpon bahwa akan memberikan imunisasi terhadap anaknya. Namun saat memberikan imunisasi harus menggunakan APD lengkap.

“Saya berterima kasih jika dilakukan imunisasi, tapi yang tidak bisa diterima mereka datang menggunakan APD lengkap, sehingga dikuatirkan asumsi masyarakat terhadap keluarga saya buruk,” tegasnya.

*Kahaba-10