Kota Bima, Kahaba.- Pada politik kontemporer, kekuatan politik Lokal menjadi ‘kunci’ dalam konteks perubahan negara. Dalam hal ini masyarakat sipil sebagai media bagi transformasi politik. Ini karena masyarakat sipil bukan hanya sebagai ikatan sosial di luar organisasi resmi yang mampu menggalang solidaritas kemanusiaan bagi penciptaan kebaikan bersama di bawah prinsip egatalitarianisme dan inklusivisme universal, tetapi juga mempunyai kekuatan untuk mengimbangi kekuatan pemerintah serta menghalangi tindak tanduk mereka yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan.
Landasan inilah yang menjadi acuan Julhaidin yang biasa disapa dengan panggilan Rangga Babuju ini ikut dalam bursa Calon Legislatif (Caleg) Daerah pemilihan (Dapil) 6 NTB yang meliputi Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu. Berikut petikan wawancara eksklusif yang dilakukan Media Online Kahaba.net.
Apa yang melatarbelakangi anda ikut sebagai Caleg, padahal selama ini anda sudah cukup dikagumi dengan berbagai kegiatan sosial kemanusiaan dan pendampingan kelompok wirausaha di Bima dan Dompu?
Iya, sejak tahun 2012, saya memang mendorong kawan-kawan di Komunitas Babuju untuk inovatif dalam memaksimalkan peran komunitas, agar bermanfaat bagi orang banyak. 2 hal yang menjadi kesimpulan saat itu, yaitu kegiatan pendampingan kemanusiaan dan pendampingan usaha budidaya dalam pengelolaan SDA yang ada di Bima.
Mulailah kami mengimplementasikan kesepakatan atas kesimpulan tersebut. Tujuannya adalah komunitas ini harus terus eksis ditengah krisis kepercayaan sosial soal kelembagaan sosial pada waktu itu. Waktu terus bergerak, pendampingan terus dilakukan, usaha kreatif dan budidaya terus menunjukan hasil positif. Kegiatan tanggap bencana dan kemanusiaan menjadi garda terdepan terus ditunjukan.
Tentu saja dalam perjalanannya, ada banyak kendala dan hambatan yang dihadapi. Salah satunya yang cukup membuat kami greget yaitu, ‘kakunya’ para pengambil kebijakan dalam memutuskan atau mengkompromikan hal kecil dan remeh temeh yang sesungguhnya tak berdampak apapun pada jabatannya, namun punya pengaruh positif yang luar biasa di tengah masyarakat.
Salah satu contoh, menjenguk warga miskin yang sakit yang sedang didampingi oleh kami atau sesekali melakukan kunjungan dadakan di lokasi-lokasi kegiatan Usaha Budidaya dan atau berpartisipasi dalam hal peralatan sederhana untuk usaha budidaya yang sedang kami bina. Setidaknya, negara ada melalui kehadiran mereka. Dengan catatan, tidak dalam konteks seremonial ya.
Ini yang menjadi alasan utama kawan-kawan mendorong saya untuk maju dalam bursa legislatif tahun ini. Dengan harapan, adanya ‘warna baru’ yang lebih baik dalam melihat sosial masyarakat sebagai media transformasi politik yang positif. Dan hal ini tidak lantas memutuskan semua kegiatan kemanusiaan dan pendampingan yang telah dilakukan selama ini.
Sebenarnya berapa kelompok yang dibina dan didampingi oleh anda dan teman-teman di Komunitas Babuju?
Begini, Komunitas Babuju itu adalah ‘payung’. Di dalamnya ada ‘Babuju Care Centre’ (BCC) yang bergerak dikebencanaan dan kemanusiaan. Kemudian ada Babuju Mandiri yang bergerak dipendampingan usaha produktif dan kreatif serta usaha budidaya pengelolaan SDA yang mumpuni. Lalu ada ‘Lensa Muda’ Babuju (Lembaga Analisa Pembangun Daerah) yang bergerak di Penelitian dan Pengembangan.
Nah, yang kerap eksis di tengah masyarakat itu adalah BABUJU mandiri dan BCC. Hingga hari ini setidaknya ada 42 Kelompok Usaha, Wirausaha dan Budidaya Ekonomi Kreatif yang dilakukan pendampingan dan Pembinaan diwil Kota Bima, Kabupaten Bima dan Dompu.
Hingga hari ini, setidaknya ada 39 warga miskin di Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu yang telah dilakukan pendampingan oleh BCC. Baik hanya sampai di RSUD saja, maupun hingga RSUP NTB dan hingga RS Sanglah Bali.
Dari data kami setidaknya ada 1.127 warga miskin di Kota Bima dan Kabupaten Bima yang telah kami dampingi untuk pengurusan dan mendapatkan kartu BPJS, sehingga memudahkan mereka untuk mendapatkan pelayanan jasa kesehatan yang memadai.
Apakah semua kelompok dan warga masyarakat itu setuju anda ikut caleg?
Sebelum saya resmi menyatakan diri serius untuk ikut berkompetisi, pada 28 Oktober 2018 yang lalu. Sebelum itu, saya datangi satu persatu kelompok binaan dan pendampingan untuk mendapatkan masukan dan saran dari mereka. Dan semua menyatakan dukungan dengan harapan, bahwa tidak sedikit warga sekitar yang juga ingin didampingi usaha dan budidaya yang tengah dilakukannya. Minimal menjembatani dengan pangsa pasar yang membutuhkan produk atau hasil budidaya mereka.
Demikian pula para pasien yang pernah dilakukan pendampingan penuh oleh BCC. Mereka senang dan berharap bisa maksimal bekerja dan memenangkan saya menuju ‘Gedung Udayana’. Sebab, selama pendampingan dilakukan, sedikit banyak mereka mengetahui rekam jejak yang kami lakukan baik dari cerita ke cerita maupun dari berita yang pernah mereka baca.
Apa harapan mereka setelah mendengar anda ikut dalam bursa Legislatif kali ini?
Sampai sejauh ini yang saya tangkap dari berbagai sharing diskusi dan mendengarkan keinginan mereka, sesungguhnya mereka tidak ingin hal yang muluk-muluk. Mereka ingin komunikasi dan hubungan selama ini tidak putus begitu saja, lantaran saya yang sudah jadi anggota legislatif kelak, jika di Ridhoi. Atau lantaran saya belum ditakdirkan menjadi perwakilan suara mereka kelak.
Mereka ingin saya tetap seperti yang mereka kenal dan yang mereka lihat, tidak merubah cara saya berkomunikasi dan berinteraksi dengan mereka. Mereka berharap jika kelak saya ditakdirkan untuk menjadi anggota dewan, saya diminta untuk memperluas jejaring pendampingan dan binaan, sehingga akan banyak kelompok masyarakat yang merasakan manfaat keberadaan saya dan atau yang diringankan beban wirausahanya. Serta masyarakat miskin yang mendapati musibah sakit bisa jauh lebih banyak yang tertolong dan tertangani dengan tepat dan cepat.
Hal lain yang saya tangkap adalah harapan besar mereka atas generasi Bima dan Dompu ke depannya. Seperti banyaknya anak-anak mereka yang memiliki prestasi yang bagus tapi lantaran keterbatasan ekonomi harus kandas sampai pada tingkat pendidikan SMA atau S1. Harapannya agar yang berprestasi bisa menjadi aset daerah atau aset negara untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi tetapi tetap menghormati dan menghargai budaya lokal.
Orang tahu bahwa anda tidak memiliki modal materi yang cukup untuk ikut dalam bursa legislatif ini, lalu dimana anda dapat modal, setidaknya untuk operasional menyambangi wilayah dari ujung ke ujung di Dapil 6 NTB ini?
Pertanyaan itu sempat terlintas dalam benak saya diawal-awal saya mencalonkan diri atas desakan kawan-kawan kelompok. Tapi Alhamdulillah, semua Kelompok Binaan dan Pendampingan sepakat untuk patungan atau urungan dari setiap hasil panen usaha mereka untuk biaya politik saya.
Hingga hari ini saya tidak punya kendala soal biaya, hanya saja saya tidak pegang penuh. Semua biaya ada di kelompok-kelompok, dan kalau ada kegiatan baru saya kontak mereka untuk meminta sesuai dengan rencana biaya kegiatan. Misal kegiatan keluar daerah atau kegiatan turun ke kecamatan – kecamatan dan desa-desa. Termasuk biaya APK, semua diback up oleh kelompok pendampingan dan binaan.
Sederhananya, saya duduk, merekalah (kelompok – kelompok binaan dan pendampingan) yang menang sesungguhnya dan demikian pula sebaliknya.
Ok, jika anda menang. Lantas bagaimana jika anda kalah, apakah semua hal yang telah anda bangun selama ini akan anda tinggalkan, sebagai bentuk kekecewaan lantaran tidak terpilih?
Oh tidak lah, mau menang atau sekalipun kalah, saya akan tetap seperti ini. Rambut gondrong, duduk dari serambi ke serambi, dari desa ke desa. Bergelut dengan Lele, Nila dan Bebek Peking, sembari me-roasting Kopi.
Saya akan tetap seperti ini, Allah SWT Maha Tahu apa yang terbaik untuk Hamba-NYA. Dan saya pun menyadari disetiap hasil, apapun itu, selalu ada hikmah yang melingkupinya.
Yach, cerdas-cerdas saja kita mensyukuri apa yang dianugerahkan, maka kita akan tetap bahagia dan tenang menghadapi atau melewati apapun dalam hidup ini.
Baiklah, yang terakhir, apa harapan anda untuk masyarakat pemilih dalam menyongsong pilpres dan Pileg kali ini?
Politik itu adalah seni, jangan dibawa-bawa ke etnik atau perang. Jalani dan hadapi pula dengan seni dan strategi. Demokrasi itu pesta bagi para pemikir untuk adu konsep dan adu strategi untuk meraih simpati, bukan adu debat kosong atau adu argumen yang tidak mendasar.
Ini era dimana kreatifitas menjadi tolak ukur anda layak atau tidak mewakili suara rakyat. Era di mana inovasi menjadi karya yang akan menjadi nilai tawar diri kita. Era di mana pemberdayaan dan gerakan kemanusiaan menjadi momentum simpati.
Masyarakat tidak perlu panik dan risau menghadapi tekanan, kondisi dan situasi politik hari ini. Cukup anda pahami, mengerti lalu lakukan edukasi positif atas trend politik modern. Tidak perlu ‘jual Diri’ untuk sebuah harga diri politik. Pilihlah yang sesuai kebutuhan selama 5 tahun kedepan, jangan berpikir pendek untuk 5 hari kedepan.
Masyarakat yang telah tercerdaskan, jangan intimidasi dan provokasi lantaran ingin ‘kuda hitamnya’ lolos. Anda harusnya tetap menjadi lokomotif kecerdasan politik ditengah sosial masyarakat. Pikirkan masa depan negeri ini, jangan asal perut sendiri yang terisi.
Yang terakhir, siapapun yang kalah dan menang sudah tertulis di Lauhul Mahfudz nya Allah SWT. Kita hanya diberikan garis Embarkasi Ikhtiar untuk mengubah Nasib, bukan sebagai penentu Takdir. Kalau hal ini semua kompetitor dan masyarakat menyadarinya, saya yakin politik kita jauh lebih Indah dan Komunikatif dalam membangun negeri.
*Kahaba-01