Kabar Kota Bima

Resah Soal Penangkapan, Warga Penatoi Gelar Pertemuan Bahas Radikalisme

1022
×

Resah Soal Penangkapan, Warga Penatoi Gelar Pertemuan Bahas Radikalisme

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Stigma negatif zona merah terkait radikalisme dan terorisme di Kelurahan Penatoi, serta adanya penangkapan 3 orang terduga teroris belum lama ini, masyarakat Penatoi geram dan sangat resah dengan fenomena tersebut.

Resah Soal Penangkapan, Warga Penatoi Gelar Pertemuan Bahas Radikalisme - Kabar Harian Bima
Pertemuan membahas soal radikalisme dan terorisme di Aula Kantor Kelurahan Penatoi. Foto: Bin

Berangkat dari adanya aspirasi masyarakat setempat, dilaksanakan kegiatan pertemuan tokoh dan stakeholder di Aula Kantor Kelurahan Penatoi, Kamis (17/3). Kegiatan dimaksud juga dihadiri Camat Mpunda, perwakilan Kementerian Agama Kota BIma, Ketua MUI dan perwakilan Bappeda Litbang.

Ketua panitia kegiatan Iwan Kamaruzaman saat laporan menyampaikan, masyarakat Penatoi geram da resah dengan penangkapan para terduga teroris yang selama ini terjadi.

“Kami juga tidak mau berdiam diri lagi, berikan kami konsep secara permanen dalam hal penyelesaian masalah radikalisme ini,” ingin pria yang juga Ketua LPM Kelurahan Penatoi itu.

Lurah Penatoi Kaimudin juga mengakui, keresahan masyarakat sudah dirasakan sejak belasan tahun. Oleh karena itu, dirinya menginginkan Penatoi segera berubah dan keluar dari zona merah.

Ia juga meminta petunjuk dari Pemerintah Kota Bima, agar bersama-sama menyelesaikan masalah radikalisme dan terorisme sampai keakarnya.

“Agar stigma negatif sebagai kelurahan sarang teroris  hilang dari Penatoi,” tegasnya.

Camat Mpunda Iskandar Zulkarnain berharap pertemuan terkait radikalisme ini semoga menjadi pertemuan terakhir. Diajaknya agar sama-sama mencari solusi agar menyelesaikannya.

“Kita bersama pemerintah bergandengan tangan, bersatu padu membangun Penatoi agar keluar dari stigma negatif zona merah,” katanya.

Pada sesi penyampaian materi oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bima H Abidin H Idris,  diajaknya agar ketokohan yang dimiliki digunakan untuk selalu sering bersilaturahmi dengan kelompok yang terindikasi jemaah radikal atau teroris.

Menurut Abidin, permasalahan khilafah dari kelompok jamaah dulu sangatlah kental, namun sekarang sudah reda. Tetapi persatuan yang kokoh ini tetap memiliki gangguan, bisa melalui berbagai macam program propaganda dari pihak yang tidak bertanggung jawab.

“Tujuannya untuk memecah-belah umat Islam, sehingga memunculkan aliran-aliran yang menganggap diri benar dan mengkafirkan yang lain,” jelasnya.

Ketua MUI menambahkan, radikal atau teroris ini ingin menghancurkan agama Islam. Maka perlu dibuat pertahaan yang kokoh, mulai dari orang tua yang harus menjadi contoh baik bagi anak-anak, dan harus selalu mengamati tingkah laku dan gerak-gerik anak-anaknya.

“Jika memang ada terindikasi kelompok radikal, ditindak tegas,” ujarnya.

*Kahaba-01