Oleh: Didid Haryadi, S.Sos
Opini, Kahaba.- Sejarah perjalanan bangsa terus mengukir cerita. Tiap derap langkah generasi muda yang mungkin sekedar menikmati bangku kuliah. Pendidikan menjadi instrumen yang sangat penting dalam membangun karakter bangsa sekaligus menorehkan peradaban yang kekal.
Tidak perlu melakukan tafsir yang mendalam tentang betapa pentingnya nilai sebuah edukasi. Pembelajaran mengenai karakter dan juga keagamaan yang menitikberatkan pada hakiki kemanusiaan yang sebenarnya adalah media yang sangat efektif.
Mengenalkan konstitusi kepada para penikmat edukasi rasanya sudah kurang sekali nikmatnya. Betapa tidak, para pembuat konstitusi yang selalu muncul di televisi malah lebih banyak melakukan deviasi.
Keberadaan institusi pendidikan,seperti perguruan tinggi, idealnya tidak hanya mencicipi sisi keilmuannya saja tanpa melakukan sebuah gerakan yang nyata. Misalnya adalah aplikasi keilmuan yang harus berbanding lurus dengan kebutuhan masyarakat.
Petuah kuno yang mengatakan bahwa edukasi adalah bagian dari peradaban, kini menjadi problematika bersama, terutama bagi mereka yang masih menyempatkan diri, waktu, dan ilmunya untuk diamalkan pada orang lain.
Rasanya topik kemanusiaan kini mulai dikemas dalam bingkai sejarah dan semoga saja tak menjadi etalase pada museum, yang justru kini keberadaannya juga semakin memprihatinkan. Filosofi sebuah keilmuan harus ditanamkan sejak dini. Begitu banyak tantangan yang akan menghadang, salah satunya adalah modernisasi.
Agenda Globalisasi
Jika diibaratkan, globalisasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam modernisasi. Lihat saja, sebuah bentuk penyeragaman yang terkesan sangat memaksakan. Mulai dari penggunaan teknologi hingga pemaksaan gaya hidup atas nama konsumsi.
Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah hegemoni. Terminologi ini merujuk pada adanya dominasi penguasaan aset dalam ranah kebutuhan manusia. Pendidikan adalah kontekstualisasi yang sangat nyata, tentunya bagi mereka yang menyadarinya.
Tidak ada yang menjadi korban tanpa sebuah intuisi diri yang diimbangi dengan kontemplasi mengenai diri dan edukasi itu sendiri.Konsitusi edukasi tetaplah menjadi konstitusi yang kini telah menyapa kita di ruang kelas, privat dan juga publik.
Percayalah, kita semua masih berada dalam biosfer masyarakat yang berbhineka tunggal ika dan siap melakukan perubahan menuju muara pencerahan. ***
Penulis adalah Manager Dept. Riset di Lembaga Edukasi dan Advokasi (LEAD), Alumni Universitas Brawijaya.