Kabar Bima

Idap Kanker Payudara, Asmah Butuh Biaya untuk Kesembuhan

1577
×

Idap Kanker Payudara, Asmah Butuh Biaya untuk Kesembuhan

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Siti Asmah, wanita warga RT 08 RW 04 Kelurahan Penatoi sejak dua bulan lalu hanya terbaring dengan rasa sakit dan perih karena kanker payudara. Saat ini pun sudah tak ada upaya lagi yang bisa dilakukan, selain menunggu keajaiban untuk kesembuhan. Sebab, telah habis semuanya untuk kebutuhan berobat.

Idap Kanker Payudara, Asmah Butuh Biaya untuk Kesembuhan - Kabar Harian Bima
Asmah berbaring lemah ditemani suaminya Aljajirah. Foto: Bin

Saat didatangi media ini di rumah kecil miliknya di atas bukit Kelurahan Penatoi, Senin (14/7), wanita berusia 50 tahun ini ditemani oleh suami dan beberapa orang anaknya. Rumah dengan ukuran kecil itu dihuni sejak 2 tahun lalu, karena rumah dan lahan sebelumnya di kelurahan lain telah dijual untuk kebutuhan berobat.

Badan Asmah sulit untuk bergerak, jika digerakkan sedikit saja maka perih akan menghujam raganya. Akibat penyakit tersebut, perut Asmah pun semakin membesar. Sementara beberapa anggota tubuh lain semakin mengecil.

Menurut Aljajirah, suami Asmah, kanker tersebut muncul 6 tahun lalu. Sepanjang waktu itu tetap diupayakan untuk berobat, namun tak ada hasil berarti. Baru 2 bulan lalu Asmah hanya bisa menghabiskan waktu di tempat tidur.

“6 tahun lalu sakit ini muncul. Payudara kanan terasa sakit, keluar nanah dan darah,” ungkapnya.

Karena semakin menjadi, payudaranya pernah dioperasi di awal tahun 2020 di RSUD Bima. Tapi tidak tak ada hasil dan kanker tak kunjung sembuh. Kemudian disarankan untuk berobat dan operasi di Mataram. Keinginan itupun coba diwujudkan, hanya saja hasil medis kondisinya tidak bisa dioperasi.

Selama 15 hari di Mataram, hanya bisa mengonsumsi obat. BPJS yang sebelumnya diharapkan lebih banyak membantu kesembuhan, hanya bisa dimanfaatkan untuk operasi. Sementara pembelian obat, tetap harus mengeluarkan rupiah yang tidak sedikit.

“Ada BPJS, operasi di Bima waktu itu memang gratis. Tapi obat tetap beli. Begitupun di Mataram, obat – obat juga tidak ada yang gratis,” terangnya.

Aljajirah mengakui, ke Mataram pernah dibantu oleh Pemerintah Kota Bima. Bantuan Rp 3 juta hanya habis saat perawatan dan obat-obatan di Mataram. Kini, jika tidak ada uang, untuk sedikit mereda rasa perih dengan cara berobat tradisional.

“Hanya itu, mau bagaimana lagi, semua sudah kita jual,” ucapnya.

Kini, wanita yang memiliki 3 orang anak itu hanya menanti keajaiban dan belas kasih dari orang-orang yang peduli dengan rasa sakitnya. Pun kepada pemerintah setempat juga tetap diharapkan bisa membantu lebih banyak, agar derita ini segera berakhir.

Asmah yang coba diajak berbicara tak mampu mengeluarkan sepatah kata. Ia hanya merintih kesakitan dan memberi isyarat ucapan terimakasih kepada media ini karena sudah berkenan hadir dan melihat kondisinya.

*Kahaba-01