Opini

Kurikulum Merdeka Ganti “Isi” atau Sekedar Ganti “Cover”

1641
×

Kurikulum Merdeka Ganti “Isi” atau Sekedar Ganti “Cover”

Sebarkan artikel ini

Oleh: Adi Hidayat Argubi, S. Sos, SST.Par, M.Si*

Kurikulum Merdeka Ganti "Isi" atau Sekedar Ganti "Cover" - Kabar Harian Bima
Adi Hidayat Argubi. Foto: Ist

Pendahuluan

Akhir-akhir ini banyak sekolah yang melaksanakan kegiatan IHT dan Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka termasuk di SMK Negeri 1 Kota Bima sebagai respon kehadiran kurikulum baru, yakni Kurikulum Merdeka. Kenapa kurikulum menjadi penting?. Kurikulum merupakan panduan pembelajaran pada satuan pendidikan di mana dapat dimaknai sebagai titik awal sampai titik akhir dari pengalaman belajar peserta didik. Kurikulum itu kompleks dan multi dimensi, kurikulum itu dapat diibaratkan sebagai jantung pendidikan. Fungsi Kurikulum bagi pendidikan adalah sebagai panduan dalam proses belajar peserta didik. Pada hakekatnya sebuah kurikulum yang baik adalah kurikulum yang disesuaikan dengan zamannya, dan terus dievaluasi serta dikembangkan dan diadaptasi sesuai dengan konteks dan karakteristik peserta didik demi membangun kompetensi sesuai dengan kebutuhan peserta didik kini dan masa depannya.

Kritik Kehadiran Kurikulum Merdeka

Kenapa kurikulum di Indonesia berganti lagi? pertanyaan ini banyak ditanyakan mengingat bahwa Kurikulum 2013 sepertinya baru saja dan belum benar-benar diimplementasikan dengan baik sesuai dengan filosofi lahirnya. Kurikulum 2013 ini sejatinya juga diharapkan menjadi terobosan besar untuk mengatasi berbagai masalah pada kurikulum lama walau kehadirannya juga menimbulkan banyak kontroversi, sehingga pelaksanaannya sempat tertunda-tunda. Kementerian Pendidikan sendiri menyatakan bahwa Kurikulum 2013 baru bisa diterapkan seutuhnya pada seluruh sekolah di tahun 2018. Sementara di sisi lain saat ini di tahun 2022 Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) sudah akan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Kritik dari berbagai kalangan terhadap kurikulum merdeka lebih disebabkan pada fakta bahwa Kurikulum 2013 sebenarnya belum sepenuhnya diterapkan sudah harus berganti lagi.

Kelompok yang mengkritisi kehadiran Kurikulum Merdeka menilai bahwa seharusnya pemerintah benar-benar dulu melakukan evaluasi Kurikulum 2013 dan melakukan evaluasi dan penguatan-penguatan yang disesuaikan dengan perkembangan saat ini. Pelaksanaan Kurikulum 2013 ini telah menghabiskan banyak uang Negara yang kesannya menjadi sia-sia dengan kehadiran kurikulum baru yang belum benar-benar teruji lebih baik dibandingkan Kurikulum 2013. Terlalu pendek waktu pelaksanaan untuk membuat kita bisa menilai baik buruknya kurikulum sebelumnya. Sehingga bisa jadi pelaksanaannya, perumusan bahan ajarnya, belum sepenuhnya sesuai dengan amanat Kurikulum 2013.

Ketakutan kita akan mengulangi cerita yang sama pada Kurikulum Merdeka seperti nasib Kurikulum 2013. Titik kritik kita adalah pada aspek Kurikulum Merdeka dicanangkan saat masa jabatan Mendikbudristek tersisa kurang dari 3 tahun dan tidak ada garansi bahwa Menteri Nadiem akan menjadi menteri lagi pada kabinet berikutnya. Artinya dalam rentang waktu itu berbagai persiapan implementasi kurikulum merdeka dibuat dan belum benar-benar siap diterapkan atau kurikulum ini masih dalam tahap uji coba pelaksanaannya. Bisa jadi Menteri lain yang menjadi pelaksana kurikulum ini nantinya. Pertanyaannya adalah apakah mau Menteri baru kelak mempunyai selera yang sama dengan Menteri Nadiem.

Seperti kebiasaan yang umum terjadi di negeri kita adalah setiap menteri ketika dipilih akan membawa gagasan dan ide yang baru dan berbeda dengan Menteri sebelumnya. Tidak usah jauh saya memberi contoh salah satu kepala Sekolah Dasar di Kota Bima yang mengganti semua warna cat sekolah gara-gara tidak mau sama dengan kepala sekolah sebelumnya padahal sekolah tersebut sudah bagus dan juara pada kepemimpinan Kepala Sekolah sebelumnya. Ketakutan bahwa kurikulum merdeka ini tidak akan bertahan lama di “ring” dan akan segera diganti kembali seiring dengan kehadiran Mendikbudristek baru pada tahun 2024 terus menghantui dunia pendidikan. Maka tidak heran ada ungkapan “ganti menteri ganti kurikulum” karena memang faktanya seperti itu.

Implementasi Kurikulum Merdeka

Berbagai kritik terhadap Kurikulum Merdeka ini tidak menjadikan Mendikbudristek Nadiem Makarim berhenti dan mundur, tetapi terus berjalan bahkan dengan merilis program Merdeka Belajar Episode 15 bernama Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. Ia mengatakan, Kurikulum Merdeka adalah nama baru dari kurikulum prototipe. Kurikulum merdeka ini sudah di tes di 2.500 sekolah penggerak, namanya dulu kurikulum prototype. Nadiem menyatakan bahwa penggunaan kurikulum merdeka ini akan terus didorong dan kurikulum merdeka akan tetap bersifat opsional. Artinya, bisa diterapkan dan bisa juga tidak.

Penerapan kurikulum merdeka dimulai pada tahun ajaran baru di 2022/2023. Semua jenjang pendidikan, mulai dari TK sampai dengan SMA dapat mengimplementasikan kurikulum tersebut secara bertahap. Kemendikbudristek akan menyiapkan suatu survei angket untuk membantu satuan pendidikan menilai dirinya saya udah siap apa tidak untuk menerapkan (kurikulum merdeka). Bagi sekolah yang tak ingin menjalankan kurikulum merdeka, terdapat dua opsi, yakni tetap menggunakan kurikulum 2013 atau menggunakan kurikulum darurat.

Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim pada laman web https://ditpsd.kemdikbud.go.id/ mengatakan bahwa pada saat ini kurikulum yang digunakan dalam skala nasional ada beberapa kelemahan yang sudah sudah diidentifikasi, dan ini (Kurikulum Merdeka) sebenarnya bukan suatu hal yang baru. Ia mengatakan Kurikulum Merdeka ini merupakan kurikulum yang jauh lebih ringkas, sederhana dan lebih fleksibel untuk bisa mendukung learning loss recovery akibat pandemi Covid-19. Selain itu melalui Kurikulum Merdeka juga untuk mengejar ketertinggalan Pendidikan Indonesia dari negara-negara lain.

Pro dan kontra terhadap kehadiran Kurikulum Merdeka terus mengemuka diberbagai media. Ada yang mendukung karena menganggap bahwa Kurikulum Merdeka merupakan transformasi pembelajaran yang penting, bukan saja dalam menghadapi pendidikan pasca pandemi tapi juga untuk menghadapi situasi dunia yang terus berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Mereka yang mendukung ini melihat dan meyakini bahwa setiap anak itu unik, oleh karena itu pendekatan yang holistik fleksibel dan fokus pada kompetensi anak adalah kunci untuk mengembangkan anak secara maksimal demi cita-cita yang ingin mereka raih. Kelompok ini berpendapat bahwa Kurikulum Merdeka merupakan bagian dari guru di sekolah maka semua guru harus bisa menyelaraskan adanya perubahan.

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum hasil penyederhanaan yang menjadi opsi pilihan lain dari dua kurikulum yang sudah ada sebelumnya yaitu: Kurikulum 2013 dan Kurikulum darurat. Kurikulum merdeka atau prototipe akan mulai digunakan mulai tahun ajaran 2022/2023 bersama dengan dua kurikulum lainnya hingga pada tahun 2024. Nantinya pemerintah akan merumuskan kurikulum baru yang akan digunakan di seluruh satuan pendidikan. Sehingga pada tahun 2024 secara menyeluruh siap diterapkan.

Pada hakekatnya, inisiasi pembuatan kurikulum prototipe ini sendiri muncul setelah adanya hasil riset yang menyebut hilangnya potensi pembelajaran literasi dan numerasi akibat dampak pandemi yang sangat tinggi sehingga perlu dilakukan perumusan kurikulum baru yang kemudian dikenal dengan kurikulum prototipe. Kurikulum baru ini, memiliki perbedaan secara khusus di tiap jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga jenjang sekolah menengah atas.

Perbedaan Kurikulum Merdeka dan Kurikulum 2013

Banyak masyarakat dan bahkan guru yang belum benar-benar paham perbedaan mendasar antara Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka. Dikutip dari berbagai media dapat diketahui bahwa misalnya perbedaan di Sekolah Dasar. Pada kurikulum 2013 untuk sekolah dasar, terdapat pemisahan antara mata pelajaran IPA dan IPS. Sedangkan, pada kurikulum prototipe, kedua mata pelajaran ini digabung menjadi satu mata pelajaran menjadi Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) tujuan sebagai persiapan ketika siswa melanjutkan pendidikan di level sekolah menengah pertama (SMP). Di SMP perbedaan mencolok antara kurikulum 2013 dan kurikulum prototipe di jenjang ini, adalah pada mata pelajaran informatika, jika sebelumnya lebih bersifat pilihan, maka pada kurikulum prototipe mata pelajaran ini dianggap wajib. sedangkan pada jenjang SMA perbedaannya adalah jika pada kurikulum 2013, siswa baru harus memilih jurusan sementara, maka pada kurikulum prototipe pemilihan jurusan atau peminatan dimulai saat siswa memasuki kelas 11 yang dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan konsultasi antara wali kelas, guru BK serta orang tua siswa.

Kurikulum prototipe juga memiliki perbedaan dalam hal waktu atau jam pelajaran. Jika kurikulum 2013 lebih menghitung jumlah jam pelajaran berdasarkan hitungan minggu, maka kurikulum prototipe menghitung jam pelajaran berdasarkan tahun. Dengan waktu jam pelajaran yang berdasarkan tahun ini akan memudahkan pihak sekolah untuk mengatur aktivitas pembelajaran, contohnya: mata pelajaran yang belum diajarkan pada semester genap bisa diajarkan pada semester ganjil demikian pula sebaliknya atau menyesuaikan jam pelajaran setiap tahunnya.

Selanjutnya, perbedaan lainnya adalah kurikulum prototipe dengan kurikulum 2013 bahwa tidak lagi dikenal istilah kompetensi inti maupun kompetensi dasar melainkan diganti dengan capaian pembelajaran yang ditandai dengan hasil yang telah dicapai dalam bentuk sikap maupun keterampilan siswa dalam satu kesatuan yang saling terkait erat dan berdampak langsung pada kompetensi tiap siswanya.

Tentu kita semua sepakat bahwa kurikulum harus selalu berubah agar sesuai dengan perkembangan zaman, apalagi masa sekarang ini Ilmu Pengetahuan dan teknologi informasi telah berkembang dan pembelajaran akan membosankan tanpa adanya perubahan bukankah tugas kita untuk menyiapkan para peserta didik kita menghadapi zaman yang baru, zaman yang sama sekali berbeda dengan zaman kita dulu. Mengantarkan mereka untuk belajar sesuai zamannya menjadi kewajiban kita semua guru.

Kita berharap dengan kurikulum merdeka, jelas akan ada terjadinya perubahan di kelas, baik bagi guru, murid, ataupun sekolah. Salah satu perubahannya adalah di kurikulum merdeka ini lebih mengutamakan pemahaman konsep.

Di kurikulum merdeka, guru mengajarkan materi materi yang lebih sederhana sehingga bisa mendalami materi pelajaran tanpa harus terburu buru untuk masuk ke materi selanjutnya. Menurut saya, hal ini lebih baik karena pemahaman konsep lah yang paling penting, bukan hanya sekedar menghafal yang akan membuat murid lebih mudah lupa. Kurikulum merdeka ini lebih interaktif dan relevan. Dalam proses pembelajaran dilaksanakan dengan berbagai macam kegiatan yang berbasis project sehingga murid memperoleh keterampilan yang akan dibutuhkan kelak saat sudah lulus sekolah.

Istilah Baru Dalam Kurikulum Merdeka

Berbagai istilah baru dalam Kurikulum Merdeka ini perlu dikenal, mengutip dari berbagai sumber dapat dilihat perubahan berbagai istilah dalam Kurikulum Merdeka, misalnya istilah populer Kurikulum 2013 adalah Silabus. Di dalam Kurikulum Merdeka, sebutan Silabus diganti diganti dengan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP). Pada dasarnya meskipun istilahnya berbeda, esensi dari kedua hal tersebut tentu saja tidak terlalu berbeda jauh. Kemudian di dalam Kurikulum 2013 juga dikenal istilah KI atau Kompetensi Inti. Dalam Kurikulum Merdeka, istilah tersebut bisa dikatakan dengan CP atau Capaian Pembelajaran. Untuk konsep RPP yang kita kenal dalam Kurikulum 2013 dalam Kurikulum Merdeka dihapus. Sebagai gantinya, RPP bisa menggunakan Modul Ajar. Selain itu, istilah lain yang perlu diingat dalam Kurikulum Merdeka adalah Tujuan Pembelajaran (TP). Istilah ini akan menggantikan istilah KD (Kompetensi Dasar) dalam Kurikulum 2013. Istilah KKM juga akan lenyap dalam penerapan Kurikulum Merdeka. Istilah tersebut akan diganti dengan KKTP (Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran). Sedangkan istilah Penilaian Harian dalam Kurikulum 2013 diganti dengan istilah Sumasif. PTS diganti dengan STS (Sumatif Tengah Semester), dan istilah PAS diganti dengan SAS (Sumatif Akhir Semester). Selain istilah-istilah di atas di dalam Kurikulum Merdeka sebenarnya masih terdapat sejumlah istilah baru yang muncul. Misalnya, AKM, literasi, numerasi, dan lain sebagainya.

Penutup

Pada akhirnya kurikulum yang berfungsi sebagai panduan dalam proses belajar peserta didik harus didesain dengan baik yang menghasilkan guru yang bahagia dalam mengajar serta peserta didik yang bahagia dalam belajar. Mengutup kata-kata Dr. Salahuddin, S.Ag, M.Pd (Plh. Kepala KCD Bima dan Kota Bima) pada setiap kegiatan guru bahwa ukuran keberhasilan guru dalam mengimplementasikan kurikulum adalah di mana guru dirindukan kehadirannya oleh peserta didik di kelas. Kurikulum berubah sementara kita guru tidak berubah sama saja perubahan tersebut tidak artinya. Selamat datang kurikulum merdeka

*Wakasek Kurikulum SMKN 1 Kota Bima
dan Kepala Badan Penjaminan Mutu STISIP Mbojo Bima