Kabupaten Bima, Kahaba.- Air terjun di Desa Riamau rupanya sudah ramai dikunjungi. Destinasi wisata di Kecamatan Wawo itu memang sekarang sedang jadi idola. Pemandangan alamnya indah, suasana pegunungannya juga sangat sejuk. Tempat itu bak serpihan surga.
Air terjun itu turun dari ketinggian hingga 30 lebih meter, turun menghantam bebatuan besar yang ada di bawahnya. Dibagian bawah selain dikelilingi oleh batu, juga ada kubangan tempat pengunjung bisa mandi menikmati air yang cukup jernih dan dingin.
Saat media ini dengan sejumlah pekerja kuli tinta mengunjungi tepat wisata tersebut. Juga terlihat banyak remaja, baik itu pelajar dan mahasiswa yang datang. Mereka berbondong – bondong menapaki jalan setapak. Menuruni lereng gunung yang cukup terjal.
Tiba di lokasi, suasana riang tak terbendung. Beberapa orang diantara mereka berteriak melepas lelah. Bagaimana tidak, setelah letih berjalan dengan jalur yang cukup curam. Pemandangan air terjun cukup menjadi obat yang mujarab. Mereka bersuka ria, berfoto selfie dan mengabadikan setiap momen di lokasi itu.
Mendatangi air terjun memang cukup butuh tenaga. Bagaimana tidak, kilometer berkendara dengan jalur yang penuh dengan bebatuan. Jalan licin selepas hujan harus menuntun pengguna jalan untuk ekstra hati – hati. Jika tidak, maka terpeleset dan jatuh.
Tiba di lokasi kendaraan diparkir. Pengunjung harus turun melalui jalur setapak. Jalan beriringan di tengah kondisi gerimis yang sesekali turun membasahi tanah dan dedaunan sekitar. Berjalan harus hati – hati sembari memegang batang – batang kayu. Sebab, jalan begitu licin.
Karena jalan yang tidak mudah, warga setempat juga membuat dan mengikat batang – batang kayu di beberapa tempat yang terjal. Keberadaannya cukup membantu pengunjung untuk selamat tiba di lokasi air terjun.
Yah, lokasi wisata itu memang indah nian. Suasana alamnya segar, udaranya seolah memberi energi positif yang tidak bisa didapat di tengah – tengah Kota. Suara gesekan pohon dihembus angin menambah kesempurnaan tempat itu.
Nasrun, Sekretaris Karang Taruna Desa Riamau yang berkesempatan menemani pekerja media ke lokasi itu mengaku, masyarakat di Desa Riamau sudah lama mengetahui adanya air terjun tersebut. Mereka menyebutnya Oi Mabu.
Air terjun itu kemudian baru dilestarikan pada tahun 2011. Setelah mahasiswa bersama dirinya melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Riamau. Karena melihat dan menilai air terjun tersebut merupakan obyek wisata yang perlu diperhatikan dan dilestarikan. Maka mereka membuat akses sealakadarnya, agar bisa didatangi oleh pengunjung.
“Jalan turun ke air terjun ini masih seadanya. Terjal dan licin. Gerimis turun setiap saat,” katanya.
Diakui Nasrun, saat mahasiswa dulu, mereka pernah menyampaikan kepada pemerintah desa kondisi air terjun tersebut. Dengan harapan, pemerintah desa bisa menyampaikan ke pihak yang berwenang untuk diperhatikan.
Tidak saja untuk akses yang menuju air terjun, tapi juga jalur transportasi di Desa Riamau. Tujuannya, agar pengunjung bisa dengan nyaman berada di Desa Riamau dan bisa mudah mendatangi air terjun.
“Selaku pemuda di Desa Riamau dan warga disini, harapan kita itu saja. Akses jalan diperbaiki dan air terjun diperhatikan. Sayang, ini wisata yang indah,” katanya.
Air terjun Oi Mabu menjadi salah satu lokasi wisata yang menyimpan pesona. Keberadaannya, baik dari cerita mulut ke mulut, atau yang sudah tersebar di media sosial, memantik rasa penasaran warga untuk mengunjungi. Berharap dan berdoa saja, semoga harapan – harapan warga Desa Riamau dan warga yang mendatangi tempat itu bisa segera direalisasikan oleh pihak – pihak berwenang.
*Kahaba-05