Kota Bima, Kahaba.- Warga terdampak banjir yang sudah pindah di rumah relokasi Kadole Kelurahan Oi Fo’o, kini hidup dibalut kesusahan. Bagaimana tidak, air bersih yang menjadi kebutuhan dasar begitu sulit didapat. Sementara pemerintah hanya terus memberi iming-iming jika air akan segera dipenuhi.
Selama mereka pindah dan menetap di rumah relokasi tersebut, kebutuhan air setiap hari diambil dari luar menggunakan jerigen. Sementara bor air yang dikerjakan oleh pemerintah beberapa bulan lalu, tak sekalipun berfungsi.
Rosidah, warga Kelurahan Dara yang sudah menetap di rumah relokasi mengeluhkan kondisi hidup mereka. Pasalnya, bagaimana bisa hidup dengan baik, sementara pemerintah tidak menyediakan air bersih.
“Kita ini dipaksa pindah. Giliran kita pindah ke rumah relokasi, tapi tidak sediakan air. Kita ini mau hidup pakai apa kalau air saja sulit didapat,” keluhnya.
Menurut dia, ada secercah harapan ketika melihat pemerintah datang untuk bor air di sekitar wilayah pemukiman baru tersebut. Tapi setelah itu, tak pernah ada air yang keluar. Mereka sehari-hari kembali harus mengambil air di jalan depan rumah relokasi.
“Air yang dibor itu tidak berfungsi sampai sekarang,” terangnya.
Rosidah pun mengajak sejumlah wartawan untuk melihat lokasi pengeboran air yang kini sudah tertutup batang kayu ukuran besar. Tapi pekerjaan itu pun berhenti, sementara sudah ditempatkan bak besar disekitar untuk menampung air keluar.
“Ini tempatnya, dibor dan dibiarkan begini saja. Tak ada air yang keluar,” ungkapnya.
Rosidah menambahkan, setelah banyak yang memilih pindah ke rumah asal, dirinya pun berpikir untuk kembali tinggal di rumah sebelumnya. Karena daripada terus bertahan dan hidup merana.
Demikian juga dikeluhkan Fahruddin, penghuni rumah relokasi lain. Sudah beberapa bulan terakhir mereka kesulitan mendapatkan air bersih. Sementara hidup di tempat tersebut harus tetap berjalan. Mengingat rumah yang ia tempati sebelumnya sudah diseret banjir tahun 2016 lalu.
“Kita susah hidup di sini. Air tidak ada,” terangnya.
Diakui pria warga Kelurahan Rontu itu, tidak sedikit warga yang sudah menetap di rumah relokasi yang memilih kembali pulang ke tempat semula. Karena tidak ingin hidup susah di tempat baru tersebut.
“Banyak yang memilih pulang. Tidak kuat hidup karena tidak ada air,” imbuhnya.
Fahruddin pun berharap pemerintah bisa lebih serius mengurus rumah relokasi dan warga yang sudah menempati rumah relokasi. Jangan dibiarkan begini tanpa ada kepastian kapan kebutuhan dasar warga bisa dipenuhi dengan baik.
*Kahaba-01