Kota Bima, Kahaba.- IM yang ditangkap Densus 88 Antiteror bersama FJ di Kelurahan Penatoi, merupakan korban salah tangkap. Pasalnya, IM diakui oleh Kepsek MIN Tolobali, tempat IM bekerja, sangat rendah pemahaman agamanya.
Kepala MIN Tolobali M. Adnan mengakui IM bekerja sebagai tenaga sukarela di MIN Tolobali. Di sekolah tersebut, IM bertugas sebagai tenaga cleaning service.
“Iya benar, IM bekerja sebagai cleaning servis selama tiga tahun di MIN Tolobali. Kami kaget mendengar informasi penangkapan itu,” ujarnya.
Di sekolah, kata dia, IM bersikap biasa biasa saja, bahkan dikenal pendiam. Terlebih soal pemahaman agamanya, nol besar. Bahkan, IM jarang ikut sholat berjamaah di sekolah.
“Kesadaran agama Imam masih rendah. Jika dilihat dari cara bicaranya saja masih kurang jelas, apalagi beretorika soal perdebatan masalah aliaran agama. Tidak ada tanda tanda bahwa dia tergolong dari orang intelektual yang mendalami aliran keras.
Bahka, sambungnya, IM tidak terlihat berjenggot, memakai celana diatas mata kaki, atau pakai kopiah hitam, atau cara tingkah laku seperti orang yang paham tentang agama.
“IM datang ke sekolah kebanyakan pakai kaos oblong, topi anak muda, dan berolahraga saja hobinya,” ungkapnya.
Lantas dirinya mempertanyakan dari sisi mana Densus menuding Imam sebagai terduga teroris. Karena yang diketahuinya IM orang polos dan bisa dibilang jarang sholat. “Sepertinya aparat salah tangkap,” tudingnya.
Untuk itu, Adnan meminta aparat untuk mengembalikan Imam kepada keluarganya. Biarkan dia bekerja kembali di sekolah seperti biasa. Agar pemuda itu memiliki masa depan yang lebih baik.
*Deno