Kabupaten Bima, Kahaba.- Sudah lebih setahun lamanya, Siti (60) warga RT 03 RW 02 Desa Talabiu Kecamatan Woha terbaring lemah melawan penyakit yang dideritanya. Perempuan tua yang ditinggal mati oleh suami sejak 5 tahun silam tersebut menderita penyakit yang tidak biasa. Bola matanya merah, berair dan bernanah hingga ingin keluar dari kelopak mata.
Setiap malam, ibu dari 6 orang anak tersebut tidak bisa lelap. Pasalnya, bola matanya yang bernanah itu sangat sakit dan selalu bergerak sendiri ketika dipejamkan.
Siti kini tinggal di rumah anaknya. Hidup sederhana di rumah berdinding anyaman bambu. Kondisi ekonomi yang lemah tidak memungkinkan Siti untuk berobat ke dokter atau rumah sakit. Sebab, Siti saat ini juga tidak memiliki kartu BPJS.
Sejak jatuh sakit hingga saat ini, Siti tidak pernah mendapatkan perhatian pemerintah. Baik dari pemerintah desa, kecamatan, dan bahkan pemerintah Kabupaten Bima dan Dinas Kesehatan.
Anak ke-4 Siti, Awaludin menceritakan, awal mula orang tuanya sakit, sejak puluhan tahun lalu. Namun, saat itu Siti diketahui hanya mengidap penyaki gondok.
“Awalnya hanya penyakit gondok, tapi semakin membesar kemudian lama kelamaan matanya lebam dan bengkak,” ungkapnya saat disambangi media ini, Kamis (7/11).
Ia menceritakan, pada tahun 2018, upaya pengobatan untuk kesembuhan Siti dilakukan oleh anak-anaknya. Dengan menggunakan uang hasil urungan anak, Siti dibawa ke rumah sakit. Dokter lalu mendiagnosa bahwa Siti mengidap penyakit gondok beracun.
“Waktu itu dokter mengharuskan untuk dioperasi. Tapi dirujuk ke rumah sakit di Bali,” ceritanya.
Siti kemudian diberangkatkan ke Bali, lalu mendapatkan perawatan medis hingga akhirnya dioperasi. Meski penyakit gondok sudah sembuh, namun kondisi matanya semakin memprihatinkan.
“Ibu menangis karena kondisi matanya yang semakin memburuk,” katanya.
Saat ini perempuan renta tersebut telah kehilangan penghilatan. Matanya yang merah dan nanah harus diolesi salep setiap hari. Tidak hanya itu, dia juga harus mengonsumsi obat setiap hari, sejak dioperasi sampai saat ini.
Keinginan Siti untuk segera sembuh sangat besar. Terlebih rasa sakit yan dialaminya sangat luar biasa. Namun apalah daya, kondisi ekonomi anak-anaknya yang lemah tidak lagi mampu membiayai dia untuk operasi mata.
“Kami hanya beli obat setiap kali akan habis. Itupun obatnya harus dipesan di Bali,” bebernya.
Ia berharap semoga ada dermawan yang terketuk hati untuk membantu ibunya. Terlebih kepada pemerintah agar membuka mata dan hati melihat kondisi ibu dari 6 orang anak itu untuk dibantu pengobatannya agar sembuh.
“Semoga saja ada yang mau membantu ibu,” harapnya.
*Kahaba-10