Kabupaten Bima, Kahaba.- Setelah pembakaran warga Godo yang dilakukan massa asal Desa Samili dan Kalampa, membuat kondisi pendidikan di Dusun itu terbengkalai. Sekitar dua ratus pelajar tak masuk sekolah usai kejadian tersebut.
Hal ini disampaikan salah seorang Pemuda Godo, Junaidin H. M. Khair (27) kepada Kahaba yang bertandang ke Dusun Godo, Minggu, 7 Oktober 2012 pagi tadi. Dari pantauan Kahaba, sejumlah pemilik rumah dan toko di Godo, sibuk membersihkan puing-puing huniannya itu.
Junaidin alias Doan menerangkan, kondisi pendidikan di Godo saat ini sangat memperihatinkan. Seluruh sarana pendidikan milik anak-anak Godo habis terbakar, seperti pakaian seragam, alat tulis, tas dan sepatu. Keadaan inilah yang membuat mereka setelah kejadian, Selasa (2/10/2012) lalu, sampai saat ini tak bisa mengikuti proses belajar di sekolah dari tingkat SD hingga SMA.
Selain kekurangan pakaian seragam dan sarana pendidikan lainnya, trauma yang dialami anak-anak Godo begitu mendalam. Dan hingga kini, sebagaian anak-anak dan orang tua yang sudah lanjut usia belum kembali ke Godo. Mereka masih menetap di rumah sanak saudara yang ada di Desa Risa, Desa Pandai, Dusun Dadibou, Desa Penapali bahkan ada yang ke Kecamatan Bolo.
“Entah bagaimana kelanjutan pendidikan anak-anak di Godo, mereka butuh seragam sekolah dan sepatu. Tak ada biaya dari masyakatat untuk membeli, karena rata-rata harta mereka ikut terbakar dan dijarah saat kejadian na’as itu,” ujar Doan, Alumni STKIP Taman Siswa.
Selain itu, dia menambahkan, kondisi Sekolah Dasar Inpres Godo Ginte lumpuh total usai tragedi yang menimpa warga Godo. Karena sebagian siswa yang ada di sekolah itu adalah anak-anak Godo yang masih trauma dan belum kembali ke rumahnya. “Bagaimana anak-anak bisa kembali, tempat tidur saja sudah tidak punya,” kata mantan pengurus Himpunan Mahasiswa Woha itu. [BM]