Oleh: Delian Lubis*
Pro rakyat mengusung perubahan, siapapun calon itu. Segala warna yang berbeda entah baju partai, entah latar belakang pengalaman, asal usul, bahkan tempat lahir menyatu dalam satu kesatuan agenda besar yakni “perubahan”!
Berubah dari tatanan feodal, berubah dari tatanan birokrasi yang korup, berubah dari sistem politik oligarki lokal, berubah dari monopoli kekuasaan, berubah dari monopoli bisnis rente, berubah dari kebiasaan selalu mau dilayani, berubah dari kebiasaan narsis politik.
Perubahan-perubahan itu bertumpu pada membangun kesetaraan publik, kesetaraan kompetisi politik, kesetaraan akses menjadi bagian dari pembangunan, kesetaraan derajat pemimpin dan yang dipimpin. Itulah hakikat sejati perubahan yang sedang kita usung dan perjuangkan.
Kesetaraan dalam frame perubahan meletakkan kedudukan hak dan kewajiban diantara warga masyarakat berjalan dan bergerak seimbang. Itu sebabnya kita memerlukan “Figur ” sebagai alternatif yang mempertegas garis pembedah dengan pemimpin sekarang yang dari sudut apapun sulit kita nyatakan sebagai pemimpin yang berhasil.
“Slogan melanjutkan oleh petahana” adalah narasi paradoks yang bisa dinilai pada ketimpangan pelayanan kesehatan, lebarnya ketimpangan sistem pendidikan, meningkatkan angka pengangguran, meluasnya angka kejahatan, berulangnya kasus amoral dalam birokrasi pemerintahan, serta tingginya tingkat pengangguran akibat ketiadaan lapangan pekerjaan dan rendahnya akses investasi untuk menyerap lapangan kerja.
Uraian di atas kian memperjelas dan menegaskan posisi kita pengusung perubahan untuk tidak lagi memilih jalan mundur. Petahana hari-hari ini maupun ke depan sedang diujung tanduk. Maka kita perkuat dan rapikan barisan untuk satu tujuan yakni “perubahan”.
Siapapun itu kita jalan bareng sebab petahana sedang dalam sakratual maut.
Selamat tinggal petahana, terima kasih atas jasa baikmu selama Bupati walau sungguh sangat mengecewakan dan menyakitkan perasaan kaum rakyat proletarian.
*Penulis Aktivis Kiri