Opini

Wacana Kurikulum Baru di Era Revolusi Industri 4.0

912
×

Wacana Kurikulum Baru di Era Revolusi Industri 4.0

Sebarkan artikel ini

Oleh: Drs. Safruddin*

Wacana Kurikulum Baru di Era Revolusi Industri 4.0 - Kabar Harian Bima
Kepala SMK Negeri 1 Kota Bima Safruddin. Foto: Ist

Perubahan dunia kini tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau revolusi industri dunia keempat dimana teknologi informasi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia.Segala hal menjadi tanpa batas (borderless) dengan penggunaan daya komputasi dan data yang tidak terbatas (unlimited), karena dipengaruhi oleh perkembangan internet dan teknologi digital yang masif sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin. Era ini juga akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia, termasuk di dalamnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta pendidikan tinggi.

Ada tiga elemen penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa di era Revolusi Industri 4.0, yaitu: pertama; Persiapan sistem pembelajaran yang lebih inovatif di sekolah seperti penyesuaian kurikulum pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam hal data Information Technology (IT), Operational Technology (OT), Internet of Things (IoT), dan Big Data Analitic, mengintegrasikan objek fisik, digital dan manusia untuk menghasilkan lulusan yang kompetitif dan terampil terutama dalam aspek data literacy, technological literacy and human literacy. Kedua; Rekonstruksi kebijakan pendidikan yang adaptif dan responsif terhadap revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan transdisiplin ilmu dan program keahlian yang dibutuhkan. Selain itu, mulai diupayakannya program Cyber School, seperti sistem pembelajaran distance learning. Cyber School ini nantinya diharapkan menjadi solusi bagi anak bangsa di pelosok daerah untuk menjangkau pendidikan yang berkualitas. Ketiga; Persiapan sumber daya manusia khususnya guru yang responsive, adaptif dan handal untuk menghadapi revolusi industri 4.0.Selain itu, peremajaan sarana prasarana dan pembangunan infrastruktur pendidikan dan inovasi juga perlu dilakukan untuk menopang kualitas pendidikan.

Melihat urgensi respon kita dengan adanya revolusi industri 4.0 ini maka kurikulum pendidikan bisa jadi bakal berubah menyesuaikan dengan tuntutan perubahan. Kurikulum 2013 yang saat ini diimplementasikan bisa jadi akan mengalami perubahan. Mendikbud Nadiem Makarim telah mengundang sejumlah organisasi guru ke kantornya. Dia ingin mendengar cerita dan solusi masalah pendidikan tanah air dari para guru. Dalam pertemuan pada 4 November 2019. Beberapa wacana yang perubahan kurikulum seperti dalam pembelajaran bahasa Inggris yang dimaksud yang lebih difokuskan untuk mengajarkan percakapan. Bukan tata bahasa. Kemudian, untuk SMP, tidak boleh lebih dari lima mapel yang diajarkan kepada peserta didik. Sedangkan di SMA maksimal ada enam mapel tanpa penjurusan. Peserta didik yang ingin fokus pada keahlian tertentu dipersilakan memilih SMK. Karena SMK fokus mengajarkan keahlian tertentu, muncul wacana untuk menggunakan sistem SKS (satuan kredit semester). Dengan begitu, peserta didik yang dianggap pintar dan lebih cepat menguasai keahlian tertentu bisa lulus setelah dua tahun saja menempuh pembelajaran (kegiatan belajar-mengajar) di sekolah sedangkan peserta didik yang lambat menyerap ilmu bisa sampai empat tahun untuk lulus.

Pada hakekatnya menurut penulis merubah kurikulum itu tidak hanya mengubah konten. Esensinya adalah menyederhanakan dan mengubah cara penyampaian materi kepada peserta didik untuk tidak sekadar menghafal. Untuk mengubah ini bukan sesuatu yang bisa diubah dalam waktu cepat. Dibutuhkan pemikiran yang sangat matang dan masukan dari para guru dan pihak lain. Jadi, penyempurnaan, penyederhanaan, dan perubahan kurikulum perlu mengacu pada guru karena gurulah yang paling mengetahui apa yang dibutuhkan peserta didik-peserta didiknya.

Revolusi industri 4.0 bukan berarti menggantikan peran guru dengan teknologi. Teknologi tidak bisa menggantikan peran seorang guru. Karena pembelajaran yang sesungguhnya adalah adanya koneksi batin antara guru dan peserta didik. Teknologi adalah alat, bukan segalanya. Melihat perubahan zaman maka tuntutan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan zaman tidak dapat kita hindari. Hal ini berarti dibutuhkan sebuah kurikulum yang mendukung perkembangan teknologi mutakhir. Dengan tuntutan zaman saat ini sudah saatnya menempatkan pendidikan tidak hanya dalam kelas-kelas ruangan kuliah. Tapi lebih diarahkan khususnya di dunia maya atau sekolah yang harus keluar dan merdeka dari batasan-batasan gedung, waktu, seragam dan standar-standar yang membelenggu pendidikan kita.

Wacana Mendikbud baru untuk merubah kurikulum, secara konseptual tidak ada keberatan dengan pengembangan Kurikulum yang diwacanakan, hampir semua stakeholders pendidikan menyadari bahwa kurikulum selalu memerlukan pengembangan baru sesuai dengan perkembangan masyarakat dan tuntutan zaman. Justru kurikulum akan menjadi tidak relevan lagi, manakala masyarakat dan zaman berkembang begitu cepat, sementara kurikulum masih berkutat pada masa lalu. Tetapi yang harus diketahui adalah mengenai kesiapan guru serta aspek pendukung implementasi kurikulum. Semua stakeholders pendidikan sangat mengenal kebiasaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang memiliki kebiasaan setiap kali berganti Menteri, maka berganti pula kurikulum. Jangan sampai dunia pendidikan hanya menjadi korban kelinci percobaan sebuah proyek yang menguntungkan sebagian pihak dengan “topeng” perubahan kurikulum bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Untuk meningkatkan akselerasi pencapaian tujuan kurikulum baru nanti maka tetap membutuhkan peran dan dukungan dari semua stakeholders pendidikan yang dimulai dengan merubah persepsi guru, sekolah, peserta didik ataupun orang tua. Pertama, dari aspek guru, perubahan kurikulum ini seharusnya dijadikan media untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya sebagai seorang guru apalagi di dukung oleh peningkatan kesejahteraan yang telah diperoleh melalui tunjangan sertifikasi. Dengan kurikulum baru guru benar-benar harus mencermati kompetensi yang harus diajarkan serta mengukur ketercapaiannya dengan tepat dengan mengikuti perkembangan zaman dan teknologi mutakhir. Pertama bagi guru. Guru harus sadar bahwa dirinya harus terus meningkatkan kompetensi dan bahwasanya sumber pembelajaran bukan hanya dirinya. Kedua bagi sekolah, haruslah disadari bahwa kurikulum menuntut agar sekolah mampu memfasilitasi peserta didik agar mencapai kompetensi tersebut, melalui perbaikan sarana, pengaturan jam dan pembinaan guru agar menguasai kompetensi yang akan ditularkannya; Ketiga, dari aspek peserta didik haruslah merubah perilaku ketergantungan terhadap guru, dengan berfikir lebih mandiri, bebas dan inovatif. pusat belajar haruslah di tangan peserta didik, sehingga peserta didik menyadari dengan sepenuh hati kapan dirinya kompeten. sumber belajar tidak hanya guru semata, peserta didik harus mencari masukan dari lingkungan, teman ataupun dunia maya; Keempat, dari aspek orang tua pun harus memahami bahwa dalam upaya mencapai kompetensinya peserta didik harus diberikan ruang untuk berfikir, berkreasi dan berinovasi; dan Kelima, dari aspek Pemerintah juga harus mempersiapkan kurikulum ini dengan baik, dan juga disertai program pembinaan gurunya, perbaikan sarana sekolah serta penyedian buku atau literatur yang mensupport serta dukungan teknologi dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, maka pelaksanaan kurikulum ke depan ini harus terus dimonitoring dan dievaluasi agar dapat mencapai harapan dan terwujudnya cita-cita pendidikan nasional kita.

Persoalannya sekarang adalah bagaimana nasib kurikulum yang diterapkan selama ini yaitu kurikulum 2013. Banyak pengamat yang menilai bahwa kurikulum yang ada saat ini masih kurang baik. Karena mata pelajarannya terlalu banyak sehingga banyak membutuhkan banyak tenaga guru. Selain itu, kurikulum 2013 menjadi beban bagi para peserta didik karena banyaknya mata pelajaran yang harus dikuasai. Hal demikian, membuat peserta didik tidak memahami sepenuhnya dari konteks kurikulum dan pelajaran terrsebut. Menurut hemat penulis, sangat perlu dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap implementasi kurikulum 2013 sebelum benar-benar wacana perubahan kurikulum benar-benar dilakukan. Evaluasi ini perlu melibatkan seluruh stakeholders pendidikan sehingga jangan sampai perubahan kurikulum dengan anggaran yang besar tidak benar-banar membawa kebaikan bagi peningkatan kualitas pendidikan kita.

Selamat Hari Guru Nasional…

 

*Penulis Kepala SMK Negeri 1 Kota Bima