Kota Bima, Kahaba.- Kembali ratusan orang yang merupakan pendukung dan simpatisan pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Bima yang tidak puas dengan pelaksanaan dan hasil Pemilukada Senin (20/5) kemarin menyambangi kantor Komisi Pemilihan Umum Kota Bima. Massa pasangan Fersi dan Suri itu bahkan memblokir jalan di depan kantor tersebut dan menuntut dilaksanakannya Pemilukada ulang.
Hadir lebih awal, massa pasangan SURI berkonsentrasi di bagian utama kantor KPUD dan tertahan oleh barikade polisi yang menjaga ketat jalannya aksi. Sementara itu massa pasangan FERSI mendapatkan hambatan di bagian barat gedung KPUD serupa sehingga koordinator aksi memilih menggelar mimbar bebas di atas kendaraan bak terbuka tepat di depan kantor Jasa Raharja.
Orator massa Suri, Kurniawan dalam orasinya mengatakan pihaknya telah menemukan penyimpangan yang fundamental pada Pemilukada Kota Bima. Sehingga para penyelenggara pada semua strata pihaknya menduga telah dengan sengaja melakukan konspirasi yang terencana untuk memenangkan pasangan calon incumbent.
Ia pun menyebutkan sejumlah temuan tersebut seperti, seluruh petugas PPS, KPPS,KPPK, Panwas di setiap Kelurahan dan Kecamatan sejak tahapan perekrutan hingga perhitungan suara didominasi oleh PNS Kota Bima. Penyusunan daftar pemilih sementara dan penetapan daftar pemilih tetap tidak melalui mekanisme verifikasi, hanya berdasarkan asumsi dan selera penyelenggara. “Komponen Panwaslu diduga agen-agen pemenangan pasangan incumbent, sehingga aktifitas dalam proses penyelenggaraan dan pengawasan telah diatur,” duganya.
Kemudian, pengisian lembaran model C1-KWK-KPU dilakukan asal-asalan dan tidak segera diberikan oleh petugas KPPS kepada masing-masing saksi pasangan calon. Sehingga diduga dimanipulasi untuk kepentingan pemenangan pasangan incumbent. Lalu ditemukan hampir merata di TPS, anak-anak dibawah umur yang belum mempunyai hak pilih diberikan hak pilih oleh petugas KPPS. “Selain itu banyak juga pemilih ganda pada DPT dan pada pelaksanaan pemungutan suara,” sebutnya.
Atas dasar temuan dugaan pelanggaran tersebut, dirinya pun meminta kepada KPU Kota Bima agar bersedia menemui massa untuk klarifikasi. Jika tidak mereka mengancam akan turun dengan massa yang lebih banyak dan mendesak pembatalan hasil Pemilukada Kota Bima.
Sementara itu, di sebelah barat kantor KPU Kota Bima, massa Fersi juga meminta agar bertemu dengan komisioner KPU Kota Bima. Mereka menyoroti surat yang dikeluarkan oleh KPU Kota Bima mengenai rekapitulasi hasil pemungutan suara yang dimulai pada pukul 09.00 wita dan bersamaan dengan waktu rapat pleno penetapan pasangan terpilih pada jam yang sama. “Hebat sekali KPU Kota Bima, melakukan kegiatan pada waktu yang sama yakni rekapitulasi dan rapat pleno pada pukul 09.00 wita,” sorot Korlap Aksi, Farhan.
Ia juga mempertanyakan perubahan jadwal yang ditetapkan oleh KPU Kota Bima. Sebelumnya melalui Ketua nya menetapkan tanggal 20 Mei – 22 Mei untuk rekapitulasi hasil pemungutan suara dan penetapan pasangan calon terpilih. Namun penetapan pasangan terpilih akhirnya dimajukan tanggal 20 Mei dan dengan waktu yang sama dengan rekapitulasi. “Kami juga sudah mengambil puluhan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Panwaslu Kota Bima untuk ditindaklanjuti oleh KPU Kota Bima. Namun hingga saat ini belum dilakukan,” katanya.
Setelah lama berorasi, massa Fersi akhirnya diterima oleh Komisioner KPU Kota Bima. Namun hanya meminta perwakil sebanyak lima orang. Wartawan yang hendak meliput tak dijinkan masuk. Tidak berselang lama, Farhan keluar nampak mengamuk dan mengeluarkan bahasa sumpah serapah. “Kantor negara se kelas KPU tidak mungkin tidak memiliki arsip surat masuk dan surat keluar. Kami tanya mengenai surat untuk pasangan Qurma Manis yang telah melakukan kampanye diluar jadwal, malah mengaku belum di print. Ini kan konyol,” teriaknya.
Farhan mengaku, massa Fersi tak akan pernah beranjak dan akan tetap berada di kantor KPU Kota Bima untuk membatalkan pleno penetapan pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Bima terpilih.
Komisioner KPU Kota Bima, Gufran MSi yang ditanya mengenai tuntutan dua massa simpatisan tersebut, enggan berkomentar. [BK]