Kabupaten Bima, Kahaba.- BMKG memprediksi prospek cuaca ke depan akan cenderung lebih terik dan berpeluang terjadi hujan kecil untuk wilayah Bima dan Dompu. Sehingga masyarakat diminta mewaspadai kurangnya hujan pada Dasarian II Mei 2018, untuk wilayah dengan curah hujan rendah kurang dari 50 mm di wilayah Bima dan Dompu.
“Sehingga diharapkan agar masyarakat dapat menggunakan air dengan bijak dan selalu berhati-hati jika membakar sampah karena angin yang bertiup berpotensi cukup kencang,” kata Prakirawan BMKG Bima Laksita Widomurti melalui siaran pers, Selasa (15/5)
Berdasarkan peta monitoring awal musim kemarau jelas dia, yang telah diterbitkan oleh Stasiun Klimatologi Lombok Barat, untuk Zona Musim (ZOM) 237 yaitu untuk wilayah Pekat, Tambora, Sanggar dan Kempo awal musim kemarau pada Dasarian III Februari. Sedangkan ZOM 238 dan 239 meliputi Manggelewa, Woja, Dompu, Pajo, Hu’u, Kilo, Soromandi, Donggo, Bolo, Madapangga, Woha, Parado, Monta, Langgudu bagian Selatan awal musim kemarau terjadi pada dasarian II April.
Untuk ZOM 240 yaitu wilayah Kota Bima, Ambalawi, Wera, Palibelo, Belo, Langgudu bagian utara, Lambitu, Wawo, Sape, dan Lambu awal musim hujan pada April Dasarian II. Sehingga untuk wilayah Bima dan Dompu pada Bulan Mei 2018 telah memasuki musim kemarau.
Laksita memaparkan, musim kemarau identik dengan cuaca cerah dan tidak terjadi hujan. Paradigma yang terlanjur melekat di masyarakat adalah tidak akan terjadi hujan selama musim kemarau. Namun, yang perlu diketahui masyarakat bahwa musim kemarau dapat diartikan dengan frekuensi kejadian hujan lebih sedikit dibandingkan dengan musim penghujan, sehingga peluang terjadi hujan tetap saja ada namun banyaknya kejadian dan intensitas hujan yang kecil.
“Cuaca yang berpeluang terjadi di wilayah Bima dan Dompu untuk dasarian II Mei, berpotensi terjadi cuaca cerah hingga berawan, arah angin dominan dari tenggara hingga selatan dengan kecepatan angin rata-rata berkisar 24 km/jam,” paparnya.
Dengan kondisi cuaca yang berpotensi terjadi adalah cerah hingga berawan akan sangat menguntungkan bagi petani garam. Sebab energi panas dari matahari menjadi sumber utama.
“Namun sisi lain bagi petani yang memanfaatkan air hujan menjadi sangat sulit didapatkan,” ujarnya.
Berdasarkan data yang diterbitkan BMKG Lombok Barat lanjutnya, anomali suhu muka laut untuk bulan Mei hingga Juni 2018 diprediksi pada kondisi netral. Wilayah Nino 3.4 berada dalam kondisi anomali negatif mendekati netral, Samudera Hindia cenderung meluruh dari anomali positif ke netral.
“Selain itu, La Nina berakhir setelah memasuki bulan April 2018, selanjutnya diprediksi netral atau normal sampai akhir tahun 2018. Sehingga musim kemarau 2018 untuk wilayah Bima dan Dompu dalam kategori normal,” terangnya.
Ia menambahkan, berdasarkan data BMKG, musim kemarau tahun 2017 untuk wilayah NTB mengalami kekeringan atau curah hujan di bawah normal. Karena pada Oktober 2017 wilayah Bima dan Dompu mengalami 61 hari tanpa hujan. Sedangkan pada tahun 2018 diprediksi hujan bulan Juni hingga November 2018 di wilayah Bima dan Dompu berada pada kategori rendah kurang lebih 50 mm per bulan.
*Kahaba-03