
Karena baginya, percuma calon pemimpin memiliki sederet titel, ilmu tinggi dan kekayaan melimpah tanpa ada sifat jujur dan ikhlas. Sebab, ia pernah punya pengalaman pahit dikecewakan calon pemimpin NTB saat Pilkada 5 tahun lalu.
“Ada calon pemimpin yang datang ke saya dulu dan menggelar doa syukuran di Pondok Pesantren Al Ikhwan. Tetapi setelah berhasil, janji-janjinya untuk daerah Bima dan Pulau Sumbawa tidak ditepati,” kata Abu Ya di kediamannya, kemarin.
Untuk itulah, ia menempatkan syarat jujur dan ikhlas adalah yang utama dimiliki calon pemimpin NTB. Soal program dan visi-misi menurutnya hanya polesan saja. Nanti kalau sudah jadi, bisa dirumuskan kembali program tersebut oleh ahli di bidangnya.
“Ditambah lagi gampang ditemui oleh masyarakat. Jangan setelah jadi, menghindar. Saat kampanye saja baru nongol,” kata Pendiri Pondok Pesantren Al Ikhwan Salama ini.
Abu Ya juga berharap, siapa pun yang terpilih jadi pemimpin NTB 2018-2023 nanti, ia hanya berpesan tidak menganak tirikan Pulau Sumbawa. Pembangunan dinilainya sudah cukup banyak di Pulau Lombok, sekarang saatnya pembangunan dimulai dari wilayah timur NTB.
Ketika ditanya, akan mendukung Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTB yang mana 27 Juni 2018 nanti, Abu Ya hanya memberi isyarat bahwa siapapun orang Bima akan didukungnya.
“Sejelek-jeleknya orang Bima tetap saya dukung. Gunakan nurani saja. Karena ketika dia jadi, orang Bima juga yang bangga,” katanya menutup pembicaraan.
*Kahaba-03