Opini

Adakah Aksi Teror di Bima?

348
×

Adakah Aksi Teror di Bima?

Sebarkan artikel ini
Oleh: Syarif Almubarak

Opini, Kahaba.- Belakangan ini aksi terorisme kembali menjadi perbincangan hangat, terlebih lagi setelah aksi penembakan (baca: pembunuhan) terbaru yang dilakukan oleh densus 88 terhadap 7 orang terduga sekali lagi terduga teroris yang dua terjadi  di pelataran teras Masjid Nurul Afiah di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Sedangkan lima korban lainnya di daerah Bima dan Dompu, NTB.

ilustrasi / foto: suarapembangunan.net
ilustrasi / foto: suarapembangunan.net

Hal ini kemudian menimbulkan banyak pertanyaan, terlebih lagi bagi masyarakat daerah Bima dan Dompu yang selama ini terkenal damai, agamis, dan sangat toleran. Aksi dari densus 88 ini ditanggapi secara negatif oleh seluruh warga masyarakat Bima dan Dompu. Pasalnya penembakan yang dilakukan oleh densus ini mengandung banyak kejanggalan. Salah satu sikap masyarakat bima dalam menanggapi hal ini bisa kita lihat dengan hadirnya  tim pencari fakta dan rehabilitasi (TPFR) Bima yang dimotori oleh MUI dan Ormas Islam seluruh Bima. Selain itu sikap spontan para Jurnalis Muslim Bima untuk menggalang dana yang diberikan kepada keluarga korban penembakan. Hal ini adalah bukti bahwa sebenarnya masyarakat Bima adalah orang-orang yang peduli terhadap para korban. Jika memang para korban adalah pelaku teror apakah layak jika masyarakat menyikapinya sedemikian baik?

Lalu siapakah yang memulai aksi teror di Bima sehingga pada akhirnya seluruh pulau Sumbawa dinyatakan dalam kondisi siaga 1? Pertanyaan itu tentu akan dengan sangat mudah di jawab oleh seluruh lapisan masyarakat Bima bahwa tidak lain dan tidak bukan pelakunya adalah dari kalangan Densus 88. Mereka tanpa bisa menjelaskan, tanpa ada bukti yang benar-benar bisa menguatkan dugaan mereka langsung saja menembaki para assatidz bahkan masyarakat awam yang mungkin bahkan tidak mengetahui apa itu makna terorisme. Densus 88 sedang menciptakan suasana di mana situasi dan kondisinya akan menjadikan psikologi masyarakat Bima cemas dan takut. Nantinya masyarakat akan enggan untuk belajar dan membangun nuansa religius di kawasan Bima karena akan distigmakan sebagai teroris. Para orang tua akan takut untuk menjadikan anaknya para alim ulama, akan cemas jika anaknya dipanggil ustadz karena sapaan ustadz kemudian akan berkonotasi sama dengan teroris.

Bahkan menurut Dr. Saharudin Daming, SH, MH “Densus 88 itu lebih mirip sebagai bandit daripada aparat penegak hukum. Saya sendiri tidak lagi mentolelir eksistensi Densus 88 itu sebagai aparat penegak hukum, karena sudah terlalu sering mengatasnamakan penegakkan hukum tapi menginjak-injak Hak Asasi Manusia dan menginjak-injak kesucian agama,” ujarnya saat diwawancara voa-islam.com, Selasa (8/1/2013).

Lanjut beliau, “Densus 88 sama sekali tidak menghormati, jangankan nyawa manusia rumah ibadah pun tidak dihormati, karena itu saya menyerukan agar Densus 88 itu segera dibubarkan,” kata dewan pakar Pusat HAM Islam Indonesia (PUSHAMI) itu.

Maka siapakah yang sebenarnya menjadi teroris di Bima sehingga menjadikan pulau Sumbawa dalam kondisi Siaga 1?

*Penulis adalah mantan Ketua Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PII) NTB.