Oleh: Hazairin A Rasul*
Posisi politik Wakil Bupati Bima dalam Pilkada 2020 “terancam, bisa terhempas, juga besar harapan”. “Terancam” karena dia bukan penguasa parpol di daerah. “Terhempas” bila hasil survei partai tidak mengunggulkannya. “Ada harapan” bila petahana tetap ingin melanjutkan kontestasi dengan Wakilnya yang sekarang. Itupun memerlukan restui partai pengusung khususnya Golkar dan Gerindra.
Petahana punya ketergantungan yang tinggi pada Wakilnya sekarang karena tiga alasan:
Wakil Bupati Bima dianggap mampu melakukan penetrasi atas kemurungan publik melihat, menilai, mengapresiasi kinerja Kepala Daerah yang secara faktual tidak memuaskan suasana kebathinan publik. Ketidakpuasan itu bertumpu pada ketiadaan program spektakuler yang berakar pada kebijakan strategis dan keputusan politik Kepala Daerah yang monumental untuk kepentingan jangka panjang daerah.
Wakil Bupati Bima dianggap punya kemahiran melakukan loby anggaran dan program dari pusat untuk di droping ke daerah. Pembangunan Rumah Sakit, pembangunan GOR, maupun pembangunan lain yang tidak bersumber dari DEPKEU adalah hasil kinerja Wakil Bupati Bima atas dukungan Bupati Bima serta perangkat daerah. Kinerja Wakil Bupati Bima untuk mendroping anggaran dari Deptan RI di sektor pertanian relatif tidak ada, bahkan mungkin tidak ada. Apa yang terjadi? Seluruh bantuan Kementerian Pertanian untuk Kabupaten Bima sejak 2016 hingga 2019 berupa bantuan Bibit Bawang, Kedelai, Jagung, Hedtraktor, menuai masalah manejerial dan penyimpangan administrasi yang potensial punya implikasi hukum.
Wakil Bupati Bima dianggap mampu memberikan kenyamanan untuk menutupi lubang kekurangan leadersip kepemimpinan Bupati Bima. Dianggap mampu mengamankan kebijakan Bupati Bima khususnya berkenaan dengan tata kelola pemerintah. Diperkuat dengan kemampuan Wakil Bupati Bima merekayasa gestur yang sepadan dengan irama perasaan Bupati Bima sebagai perempuan single parent.
Tiga alasan itu yang membuat Bupati menyediakan tempat dalam kepingan hatinya untuk melanjutkan dua periode dengan Wakilnya sekarang.
Sikap politik Bupati Bima mendaftar di Gerindra adalah skenario menyelamatkan Wakil Bupati Bima agar tetap berpasangan dengan petahana dan juga memberi konfirmasi aktual bahwa petahana tidak memiliki konfidensi yang utuh tanpa Gerindra. Saat yang sama menegaskan adanya kekuatan politik Gerindra yang bisa mempengaruhi eskalasi dan merubah konstalasi dalam pandangan petahana.
Posisi politik Gerindra yang dianggap bisa mempengaruhi eskalasi dan merubah konstalasi tidak dalam sudut personifikasi H Samsyuddin sebagai Ketua Gerindra Kabupaten Bima. Tetapi harus dilihat dalam personifikasi ketokohan Prabowo Subianto yang mudah dikapitalisasi secara politik untuk meraup sentimen perasaan keberpihakan mayoritas masyarakat Bima, akibat ketokohan figuritas Prabowo Subianto bertahta dengan sadar dalam sanubari dan memori kolektif mayoritas masyarakat Bima hari ini.
Pada titik ini, posisi tawar politik Partai Gerindra Kabupaten Bima kian menemukan harapan. Sementara tidak lama berselang pasca Petahana mendaftar di Partai Gerindra, Partai Golkar pemenang pemilu Kabupaten Bima meratapi duka lara politik yang teramat menyakitkan, akibat tak satupun kader Golkar dengan sembilan kursi memperoleh jabatan Ketua Komisi di DPRD. Fenomena ini menjelaskan ketidakcakapan dan ketidaklincahan Ketua DPRD yang notabete kader Golkar dalam mencermati arus dan dinamika politik parlemen.
Pada sisi yang lain mengkonfirmasi dengan terang-benerang ketiadaan konsolidasi politik internal Golkar dalam menyiapkan strategi dan skenario dalam memangkas gelombang kooptasi jajaran anggota parlemen non Partai Golkar. Kehilangan mengambil jatah politik ketua Komisi di DPRD adalah tamparan retaknya konsolidasi internal Golkar pada satu sisi, dan di sisi lain membawa implikasi buruk penilaian DPD 1 dan DPP terhadap kedudukan politik Ketua DPD 2 Golkar yang juga merupakan petahana.
Ternyata di belakang hari Partai Gerindra keberatan petahana menggandeng Wakilnya sekarang, maka saat yang sama kegoncangan bagi petahana. Lantas “menjadi kejutan dan hadiah bagi siapa yang dikehendaki Gerindra”? Di titik inilah politik sebagai political game menemukan seni dan momentumnya sendiri. Ujian bagi petahana sejauh mana meletakkan dua sorot mata untuk menaklukan dua subjek kepentingan untuk mengamankan misi dan ambisi politiknya. Atau jangan-jangan petahana diterkam oleh dua subjek politik yang berbeda itu. Dan dua subjek itu sama-sama gandrungi Gerindra yakni H. Samsyuddin dan Wakil Bupati Bima.
Sekian.
*Aktivis 98 dan Penulis Buku Nurani Keadilan