Usaha Lokal

Hadi: Sukses Itu Ada Dalam Ketangguhan dan Ridho Tuhan

463
×

Hadi: Sukses Itu Ada Dalam Ketangguhan dan Ridho Tuhan

Sebarkan artikel ini

Jendela Usaha, Kahaba.- Tak ada hal yang tak mungkin diraih, jika kita memiliki niat, tekad yang kuat dan selalu berdoa kehadirat Illahi Robbi. Ungkapan itu walau sering terdengar, tapi sebenarnya adalah kunci sebuah kesuksesan. Demikian pengungkapan seorang Pengusaha muda, Hadi Santoso, ST, MM, pemilik Toko Komputer, Sentral Muslim (SM) yang juga pengelola Acer Point di Pulau Sumbawa itu.

Hadi: Sukses Itu Ada Dalam Ketangguhan dan Ridho Tuhan - Kabar Harian Bima
Hadi Santoso, ST, MM (tengah) bersama Wakil Ketua DRPD Kabupaten Bima, Adi Mahyudi, SE (kiri) dan Anggota DPR RI, Syafruddin, ST (kanan),

Pemuda kelahiran 12 April 1978 di Desa Runggu, Kabupaten Bima semasa kecil diasuh oleh neneknya di Kediri, Jawa Timur. Ia dididik dari kalangan keluarga yang taat beribadah. Kerap kali Hadi kecil harus membantu neneknya di sawah dan ikut menggembala kambing. Jauh dari orang tua, tentu Hadi kecil dipaksa untuk mandiri dan bekerja keras. Tempaan di masa belia itu,  sungguh sangat berarti hingga ia beranjak dewasa.

Hadi: Sukses Itu Ada Dalam Ketangguhan dan Ridho Tuhan - Kabar Harian Bima

Pasca lulus di Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makasar tahun 2003, ia kembali ke kampung halamannya, Bima tercinta, untuk mengabdikan ilmu yang telah diperolehnya. Berbagai usaha dan profesi digeluti pemuda yang satu ini. Kegetiran akan berbagai profesi yang dilaluinya membentuk Hadi menjadi pemuda yang  tangguh, visioner, dan pekerja keras.

Awal kehadirannya, dia memilih menjadi wartawan dan membangun sebuah media tingkat regional NTB. Walau telah ditinggalkan secara profesi, namun identitas sebagai jurnalis di Bima tidak dihapusnya. Saat ini, selain menjadi Bos di Sentral Muslim, Ia pun tercatat menjadi Dewan Penasehat di Koran Stabilitas. Menjadi pegiat pendidikan pun pernah dilaluinya. Hadi pernah menjadi salah satu Pembantu Direktur di kampus Akademi Tehnik Bima (ATB), dan saat ini menjabat Ketua komite MIN Kota Bima.

Alumni Magister Universitas Islam Indonesia (UII) itu terus mencari bentuk profesi yang sesuai potensi dan kemampuannya. Akhirnya, bermodalkan uang Rp 6 juta yang berhasil dikumpulkan dari hasil tabungannya, Hadi membanting setir dan belajar menjadi seorang enterpreneur (pengusaha). Memilih bidang informasi dan teknologi, ia pun memulai dengan membuka toko komputer kecil-kecilan. Aksesnya yang kuat dan karakter dirinya yang mampu menyesuaikan diri sebagai enterprenaur sejati, saat ini toko komputer yang dinamainya “SENTRAL MUSLIM” itu berkembang pesat dan sudah membuka dua cabang hingga berekspansi ke Kabupaten Dompu.

Toko yang dikelolanya itu pun telah beromset milyaran di tahun keempat. Berbagai merk laptop, notebook, PC, Ipad, Digital, serta aksesoris lainnya dijual di Sentral Muslim.  Sentral Muslim pun adalah agen/distributor resmi produk komputer merk Axioo dan Acer. Dengan motto ber-IMAN (ekslusIf, Murah, amANah), Sentral Muslim telah mewarnai revolusi informatika di Pulau Sumbawa.

Bermodal kepercayaan dan kejujuran, dalam waktu yang masih terbilang muda, dan di tengah ramainya kompetitor penjualan komputer di Bima dan sekitarnya, dalam waktu kurang dari empat tahun, ia sudah bisa membagi dana CSR (Corporate Sosial Responsibility) perusahaannya hingga 10 persen dari keuntungan yang dikantonginya. Ia memang dikenal sebagai sosok yang dermawan, dan sering melakukan kegiatan amal terutama di bidang keagamaan.

Hadi: Sukses Itu Ada Dalam Ketangguhan dan Ridho Tuhan - Kabar Harian Bima
Toko Sentral Muslim, di Jalan Soekarno Hatta, Kelurahan Rabangodu Utara, Kota Bima

Sentral Muslim yang berpusat di bilangan depan jalan Soekarno-Hatta, Kelurahan Rabangodu Utara, Kota Bima, saat ini telah merekrut belasan tenaga kerja. Bersendi nilai-nilai keislaman dalam pijakan usahanya, ia pun terlihat mengayomi dan mendidik setiap karyawan di perusahaannya. Gaji mereka pun disesuaikan dengan Upah Minimun Propinsi (UMP) dan mematuhi setiap peraturan ketenagakerjaan yang ditentukan pemerintah.

Sudah beromset milyaran, bukan Hadi jika ia akan berhenti dan mempertahankan posisi itu. Berbagai pelatihan dan pertemuan tingkat nasional tetap diikuti demi inovasi usahanya di masa mendatang. Sederet penghargaan dan prestasi pun diraihnya. Tahun 2011 lalu, Sentral Muslim meraih peringkat  III tingkat NTB dalam penjualan komputer versi Leasing.

Diakhir wawancara, Hadi berpesan, “Hidup dan usaha itu bagaikan main bola, butuh kekompakkan, kesatuan perintah, percaya pada sesama tim dan sadar penuh bahwa gol-gol indah ada diakhir. Jadi, pantang tergoda di tengah jalan dan puas sebelum permainan sesungguhnya selesai,” ujarnya kepada Kahaba sambil menikmati tegukan terakhir teh manis miliknya, Kamis malam, 13 September 2012, di pinggiran pantai Amahami.

Lalu, bagaimana keadaan perusahaan lokal dalam kacamata pemerintah daerah?

Dalam riset dan  pantauan Kahaba, prestasi keberpihakan toko komputer seperti Sentral Muslim yang intens melakukan kerja-kerja pemberdayaan berbanding terbalik dengan sikap pemerintah daerah dalam mengakomodir potensi dan keberadaan usahawan lokal.

Pemerintah cenderung memandang sebelah mata dan selalu menggandeng perusahaan luar dalam membangun kemitraan di proyek pengadaan yang ada. Kalaupun ada pengusaha lokal yang digunakan tentu tak jauh karena adanya hubungan keluarga maupun politik dengan kekuasaan, yang coraknya hanya mencari untung saja, dan mengorbankan aspek kualitas pekerjaan.

Semestinya, aplikasi pemberdayakan masyarakat harus melihat potensi lokal yang kompeten. Saat ini, pengusaha lokal di Bima, tak kalah profesionalnya dengan pengusaha luar Bima. Namun, pemerintah daerah, jangankan memberi bantuan materil, melirik usaha lokal yang peduli memberdayakan masyarakat saja terkesan acuh tak acuh.

Keadaan ini sama halnya mencari untung dibalik program pemberdayaan masyarakat dengan menggandeng perusahaan luar yang gampang diajak kompromi demi bargaining dan kepentingan fee/materi pejabat terkait. “Yang pasti keadaan itu, bukan atas nama pemberdayaan masyarakat, namun yang sejatinya adalah masyarakat yang diberdayai”. [Adv/BM]