Kabar Kota Bima

Jawaban Pemkot Bima Soal Limbah di Teluk Bima

3500
×

Jawaban Pemkot Bima Soal Limbah di Teluk Bima

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Sampel limbah di Teluk Bima yang menghebohkan masyarakat pekan kemarin telah dikirim ke laboratorium Kesehatan Kelautan Sekotong Lombok Barat dan Laboratorium Yayasan Generasi Biologi Indonesia Surabaya. Hanya saja, hasilnya belum lengkap. (Baca. Limbah Muatan Kapal Pertamina Cemari Pantai Lawata

Jawaban Pemkot Bima Soal Limbah di Teluk Bima - Kabar Harian Bima
Kondisi laut sekitar Pantai Lawata yang tercemar. Foto: Eric

Kepala Dinas Kominfotik Kota Bima H Mahfud menyampaikan, secara kronologis fenomena kemunculan awal buih atau gelatin atau jelly di Teluk Bima dimulai Minggu sore tanggal 24 April 2022 dengan volume yang masih sedikit. Kuantitasnya pun mulai meningkat sehari setelahnya yang biasanya muncul pada sore hari setelah terik matahari dengan suhu di atas rata-rata harian. (Baca. WALHI: Limbah Minyak di Teluk Bima Akibat Keteledoran Pertamina)

“Puncak kemunculan buih, gelatin, atau jelly laut ini terjadi pada hari Rabu tanggal 27 April 2022 pagi  hingga sore hari. Wilayah cakupan meluas mendekati Pantai Lawata, Pelabuhan Bima, Pelabuhan Pertamina, lokasi wisata Wadumbolo, Desa Panda dan Pantai Kalaki,” ujarnya, Minggu (2/5). (Baca. Laut Tercemar Limbah, Pemandian Pantai Lawata Ditutup

Juru bicara pemerintah ini menjelaskan, kemunculan buih, gelatin atau jelly akibat kondisi existing teluk Bima tersebut, plankton tumbuh pesat dan subur. Sayangnya juga akan mengalami kematian dalam waktu cepat.  Sehingga, terjadi tumpukan planton mati di dasar laut, akhirnya menimbukan kumpulan bahan organik yang tinggi di dasar laut yang tidak berdinamika (tanpa arus). (Baca. Warga Bima Keracunan Usai Konsumsi Ikan Sisa Limbah Laut

Jawaban Pemkot Bima Soal Limbah di Teluk Bima - Kabar Harian Bima
Kepala Dinas Kominfotik Kota Bima H Mahfud. Foto: Eric

Fenomena dampak biodiversitas yang menjadi hasil analisis mikroskopik mengungkap buih, gel atau jelly yang merupakan organik plankton ini mengandung jebakan udara, sehingga sangat mudah untuk membuat planton tersebut mengapung. Sejumlah besar udara terperangkap menyebabkan kolom air kekurangan oksigen. Hal tersebut menyebabkan beberapa biota termasuk ikan pelagis mati.

“Kematian ikan dan biota laut lainnya bukan akibat keracunan, namun karena kekurangan difusi oksigen, selanjutnya mengakibatkan pembusukan dan meninggalkan bakteri,” paparnya melalui siaran pers yang dikirim ke media ini.

Berdasarkan analisa tersebut kata mantan Kadis Perpustakaan dan Arsip Daerah itu, selanjutnya telah dilakukan penelitian terbatas bio-fisik sampel gellatin atau jelly laut oleh pihak Unhas.  Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah pengamatan mikroskopik, pengukuran suhu, pemotretan, identifikasi ikan terdampak.

“Hasil pengujian mikroskopis dan laboratorium serta identifikasi umum serta hasil sementara, menunjukkan adanya kelimpahan fitoplankton yang sangat tinggi dari kelas Bacillariophyceae atau diatom,” bebernya.

Dari hasil sementara tersebut kata Mahfud, pemerintah Kota Bima akan melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat hasil temuan dari berbagai penelitian mengenai fenomena yg terjadi. Kemudian juga meminta pada masyarakat diharapkan tidak berspekulasi sebelum ada hasil uji laboratorium dan analisa para ahli yang berkompeten.

“Diimbau kepada masyarakat juga agar tidak melaksanakan aktivitas secara langsung sepanjang pesisir pantai yang disinyalir terdampak, sampai dengan dikeluarkannya informasi resmi dan imbauan terbaru dari Pemerintah Kota, Kabupaten Bima dan Pemerintah Provinsi NTB,” tambahnya.

*Kahaba-04