Kota Bima, Kahaba.- Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Juhriati memberi komentar soal meninggalnya M Sabila Putra, joki cilik asal Dusun Embun Desa Roka RT 02 RW 01 Kecamatan Belo Kabupaten Bima. Sabila meninggal akibat kecelakaan di arena pacuan kuda Sambinae Kota Bima. (Baca. Wawali Bima Beri Santunan Joki yang Meninggal di Arena Pacuan Kuda Sambinae)
Menurut anak telah dipekerjakan dan mengais rejeki sebagai joki, tanpa memperhatikan resiko keamanan. Resiko yang membahayakan akan menimbulkan keadaan yang tidak aman bagi anak.
“Joki anak dalam pacuan kuda adalah gambaran eksploitasi anak. Nyawa anak digadaikan di tengah riuh tepuk tangan yang memberikan semangat,” ujar melalui siaran pers yang disampaikan ke media ini, Selasa (15/10).
Kata Juhriati, fenomena joki anak telah memberikan ruang dan mengabaikan hak-hak anak. Anak tidak bersekolah selama pacuan kuda, bahkan pada saat latihan.
“Jika 720 peserta pada pacuan kuda sama dengan 700 joki anak yang tidak bersekolah. Kemudian 700 joki anak ini digadaikan nyawanya selama perlombaan. Siapa yang bertanggung jawab atas nyawa sang joki,” katanya.
Maka atas nama rasa kemanusiaan, ia meminta agar hentikan sementara lomba yang kini berlangsung di Arena Pacuan Kuda Sambinae. Ini sekaligus bentuk empati kepada keluarga korban.
Ke depan, ia menginginkan joki dewasa sebaiknya mulai dibudayakan. Karena pelibatan anak adalah bentuk eksploitasi. Faktanya, joki cilik yang selama ini terlibat, mengais duit dari satu pemilik ke pemilik kuda lain.
Juhriati juga menambahkan, daya tarik pacuan karena joki anak tidak sepenuhnya tepat. Faktanya, sekarang ini kuda dan event pacuan telah menjadi semacam fenomena gaya hidup baru sebagian elit. Mengurus kuda dan tetek bengeknya berbiaya banyak.
Ia pun berharap, terutama kepada Gubernur NTB yang juga dikenal hobi kuda, saatnya merefleksi insiden di Pacuan Kuda Sambinae, untuk langkah perbaikan ke depan.
*Kahaba-01