Jakarta, Kahaba.- Beberapa hari terakhir ini, dunia pendidikan Indonesia mendapatkan sorotan dari masyarakat. Hal tersebut disebabkan karena maraknya aksi kekerasan yang terjadi antar pelajar. Kasus tawuran yang terjadi di beberapa sekolah di Jakarta merupakan cerminan gagalnya sekolah dalam memberikan pendidikan yang baik. Pengamat perlindungan anak, Seto Mulyadi, memandang perlu adanya perubahan kurikulum pendidikan yakni lebih mengutamakan pendidikan karakter terutama bagi anak dan remaja.
Seto Mulyadi menyarankan perlu adanya metode yang tepat untuk memutus mata rantai kekerasan dan tawuran di dunia pendidikan. Dalam hal tersebut, peningkatan kurikulum dapat diperankan oleh guru di sekolah. “Sistem pendidikan kita, nampaknya sudah melupakan etika, bahkan masih belum mementingkan pendidikan spiritual. Cara bertingkah laku pelajar masih kacau, masih ada banyak kasus kerasan dan aksi tawuran seperti yang lalu itu,” ujarnya, Kamis (11/10), seperti yang dilansir Kompas.com.
Guru bisa mempraktikkan dan mengajar tentang etika kepada siswa melalui games (permainan) yang mengedepankan kecerdasan emosional dan spiritual. Hal tersebut sangat efektif bagi anak untuk membuatnya senang dan mampu membentuk karakter pada anak.
Pria yang biasa disapa dengan Kak Seto ini juga menjelaskan, visi pendidikan Indonesia harusnya sudah mengedepankan soal penerapan etika, yang kemudian dilanjutkan dengan pengembangan estetika. “Tidak hanya mengejar nilai-nilai akademis, tetapi juga etika dan estetika. Dengan begitu, para pelajar dapat menjadi pribadi yang baik, dan bisa menjauhi tindakan-tindakan kekerasan yang ada di sekitarnya,” jelasnya.
Peranan orangtua, sekolah dan aparat sangat penting untuk memberikan teladan bagi anak-anak. Selain itu, kondisi lingkungan juga menjadi factor yang sangat penting juga dalam menunjang system pendidikan yang mereka peroleh. [Kompas.com/DH]