Catatan pengabdian Pengajar Muda di Desa Baku Kec. Lambu Kab. Bima
“Tujuh belas Agustus Tahun empat lima. Itulah hari kemerdekaan kita. Hari merdeka nusa dan bangsa. Hari jadinya bangsa Indonesia. Merdeka… Sekali merdeka tetap merdeka. Selama hayat masih dikandung badan. Kita tetap… sedia… tetap… setia… membela bangsa Indonesia. Kita tetap sedia tetap setia mempertahankan Indonesia”
Lirik-lirik di atas terdengar sayup-sayup di Sekolah SDN Inpres Baku Dusun Baku. Anak-anak bersautan menyanyikan lagu hari merdeka. Walaupun terdengar pelan tetapi aku yakin itu mereka rasakan. Anak-anak berlatih lagu-lagu nasional untuk menyambut hari bersejarah bagi Indonesia. Mulai dari lagi hari merdeka, Indonesia Raya, dan Padamu Negeri. Persiapan merayakan hari kemerdekaan agak sedikit berbeda seperti yang sering anak-anak lakukan sebelumnya. Bahkan mereka tidak pernah tau arti hari merdeka. Tujuh belas Agustus merupakan hari biasa tanpa arti apapun.
Berujung hari menuju perayaan hari kemerdeka Republik Indonesia. Anak-anak rapi datang ke sekolah. Seragam merah putih mereka kenakan. Walaupun masih ada anak muridku yang tidak memakai seragam merah putih. Senada dengan semangat anak-anak, alam juga mendukung dengan suasana cerah ceria. Semilir angin membawa mereka untuk masuk ke kelas. Aku yakin perasaan ini akan bertahan lama sampai nanti selesai jam sekolah. Aku juga bersyukur karena anak-anak sudah mau datang ke sekolah walaupun tanggal merah.
Perayaan HUT RI di sekolah dimulai dengan pengenalan Indonesia. Pertanyaan hari ini hari apa terlontar dari mulutku untuk anak-anak. Aku sempat kaget karena mereka tidak mengetahui kalau hari tersebut adalah hari perayaan HUT RI. Aku coba tanyakan juga Indonesia sekarang ini ulang tahun yang ke berapa. Sama saja ekspresi mereka. Tidak tahu dan wajahnya bingung mendengar pertanyaan dariku. Kupancing dengan pertanyaan yang akan menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Seorang anak aku suruh maju kedepan. Aku tanya sekarang tahun berapa dan dijawab dengan benar kalau sekarang 2011. Aku kemudian tanyakan kembali tahun berapa Indonesia merdeka dan dijawab kembali dengan benar kalau tahun kemerdekaan RI adalah 1945. Aku menyuruh anak tersebut untuk mengurangkan tahun sekarang dengan tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Akhirnya anak itu menemukan jawaban kalau Indonesia sekarang merayakan HUT RI ke 66.
Pengetahuan tentang Indonesia aku kembangkan lagi mengenai struktur organisasi negara kita. Aku tanyakan mengenai Presiden dan Wakil Presiden kepada anak-anak. Mereka berebut menjawab pertanyaan yang aku ajukan. Jawaban-jawaban yang nyeleneh mulai muncul. Kalau nama Presiden langsung nyangkut tetapi kalau nama Wakil Presiden semapat muncul nama Burhan. Aku mau tertawa mendengar jawaban tersebut. Aku arahkan lagi anak-anak untuk mengingat kembali nama Presiden dan Wakil Presiden. Penemuan pun berakhir dengan nama Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono.
Jam tanganku mulai menunjukkan jam mulai siang. Kulihat di luar sana matahari sudah mulai menyengat. Aku ganti suasana kelas agar lebih aktif lagi. Aku keluarkan kertas berwarna merah dan putih. Anak-anak terlihat antusias sekali. Mereka menanyakan apa yang saya keluarkan. Buat apa kertas tersebut. Rasa penasaran tersebut aku gunakan untuk menaikkan emosi anak-anak. aku arahkan mereka untuk membuat bendera merah putih. Sebelumnya aku tanya dulu apa warna bendera Indonesia. Dari jawaban pertanyaan tersebut membuat mereka semakin senang untuk membuat bendera. Kertas merah dan putih sudah berada di depan mereka. Aku menyuruh mereka membuat bendera dari kertas tersebut. Aku membuat dahulu bendera yang akan mereka buat. Mereka seneng sekali karena contoh yang aku berikan bagus menurut mereka. “alae…. gaga.., kata anak-anak”. Maksudnya bagus.
Anak-anak mengambil kertas dan lem yang ada. Aku menjelaskan bagaimana cara membuatnya secara pelan-pelan. Kadang apa yang aku samapaikan memakai bahasa Indonesia tidak paham. Mereka gunting kertas warna merah dan putih. Lalu merekatkan kedua kertas yang sama warnanya dan mengabungkan warna merah putih. Dilekatkan kertas merah putih tersebut di ujung lidi dari daun kelapa. Suasana keras menjadi sangat ramai. Anak-anak berlomba untuk membuat bendera yang terbaik.
Disela-sela keramaian anak-anak terlihat ada dua anak yang salah dalam warna bendera merah putih. Aku mendekatinya sambil menanyakan lagi apa warna bendera Indonesia. Aku ajak anak tersebut utuk keluar kelas. “Coba lihat itu namanya apa?” tanyaku. “Bendera pak” jawabnya. “Itu bendera apa?” Tanyaku. “Tidak tahu pak” jawab anak itu dengan polos. Aku rangkul anak itu sembari mulut ini berbicara mengenai bendera Indonesia. Bendera merah putih yang berkibar ikut menyaksikan keingin tahuan anak tersebut tentang Indonesia. “Owh jadi bendera merah putih itu warna merah putih y pak” kata anak itu polos. “Gaga pak’e…” tambahnya dengan baik. “Yup memang bagus” kataku.
Aku mengajak anak itu kembali ke kelas untuk menyelesaikan pembuatan bendera. Anak itu semakin semangat untuk menyesaikan bendera yang dibuat. Dia malah memberi tahu kembali temannya bagaimana pemasangan warna bendera yang tepat. Anak-anak yang sudah yakin pun bertanya kepadanya sehinga membuat semacam penguatan bahwa pekerjaan yang dikerjakan itu benar. Larut dalam pembuatan bendera, anak-anak semakin senang berada di sekolah. Bu guru yang ada pubn ikut sibuk membantu anak-anak yang belum bisa. Setelah sekitar satu setengah jam berlalu anak-anak memamerkan hasil karya mereka kepadaku. Mereka berkata bahwa hasil karya bagus sambil berebut mendekatiku. Aku mengangkat jempol sambil berkata “Gaga nak…”. Aku senang sekali karena anak-anak bisa belajar membuat bendera dengan rapih tanpa ada keributan.
Untuk membuat suasana hari kemerdekaan menjadi semakin sakral aku bersama murid-muridku berkumpul di lapangan dengan membawa bendera merah putih. Mereka berbaris lurus di bawah sinar matahri. Karena mereka belum bisa melakukan upacara bendera maka format upacaranya aku buat secara sederhana. Tepat pukul 10.00 aku memulai upacara bendera sederhana. Penaikan bendera dan penghormatan kepada bendera merah putih. Aku ajarkan kehikmatran menghormati perjuangan pahlawan. Suasana hening ketika merah putih berkibar di atas. Sikap hormat anak-anak terhadap bendera menunjukkan kecintaan mereka terhadap Indonesia. Bola mata mereka terlukis bendera putih dengan jelas. Mulut mereka berkomat kamit menyanyikan lagu Indonesia Raya. Semangat patriotisme tertanam dalam diri anak-anak. Aku memberikan sedikit nasihat untuk anak-anak mengenai Indonesia. Aku bercerita mengenai Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka antusias untuk mendengarkan walaupun agak ribut karena berbicara sana kemari. Lagu-lagu nasional mereka nyanyikan bersama-sama. Sambil bernyanyi mereka kibarkan merah putih di atas awan. Bersama-sama menikmati suasana hari ulang tahun lahirnya Indonesia dengan suka cita. Senyum membahana muncul di bibirku. Sambil aku tanamkan pentingnya pendidikan dan cita-cita. Aku bercerita bahwa yang muda kelak menjadi sang pemimpin bangsa sehingga harus belajar dengan rajin. Sebagai anak Indonesia kita bisa memberikan seluruh jiwa raga untuk memberikan sedikit subangsih bagi Negara Republik Indonesia. Mulut ini tak henti memberikan contoh arti pentingnya pendidikan dalam keadaan apapun. Aku menekankan pada anak-anak bahwa niat, semangat dan keyakinan akan menghancurkan segala keterbatasan kita. ***
Bima, November 2011
MARISTYA YOGA PRATAMA
Pengajar Muda dari Gerakan Indonesia Mengajar yang mengabdi pada SDN Baku-Lambu Kab. Bima-NTB