Opini

MEWUJUDKAN KOTA BIMA “BISA” YANG INDAH (2)

49
×

MEWUJUDKAN KOTA BIMA “BISA” YANG INDAH (2)

Sebarkan artikel ini

Oleh : Ahmad Usman*

Ahmad Usman, Dosen Universitas Mbojo Bima

Poin kedua dari Gerakan “BISA” Pemerintah Kota Bima yakni “Indah” atau “keindahan”. ?Keindahan berasal dari kata dasar “indah”, yang dapat diartikan bagus, cantik, molek, elok, dan permai, yaitu sifat yang menyenangkan, menggembirakan, menarik perhatian, dan tidak membosankan yang melekat pada suatu obyek (Muhammad, 2008).

Kata indah senantiasa dilekatkan dengan hal-hal yang terkait dengan objek yang dilihat oleh indera ini: lukisan indah, pemandangan indah, bunga yang indah dan lain-lain.

Umumnya manusia suka pada keindahan, termasuk keindahan alam yang berupa taman atau hutan kota. Keindahan alam adalah “keharmonisan yang menakjubkan dari hukum-hukum alam”, yang dibukakan untuk mereka yang mempunyai kemampuan untuk menerimanya (Mustopo, 1983). Hebert Read (Usman, 2024) menegaskan, keindahan itu adalah sesuatu kesatuan hubungan-hubungan yang formal daripada pengamatan yang dapat menimbulkan rasa senang (beauty is unity of formal relation among our sence perceptions). Atau, keindahan itu merangsang timbulnya rasa senang tanpa pamrih pada subyek yang melihatnya, dan bertumpu pada ciri-ciri yang terdapat pada obyek yang sesuai dengan rasa senang itu.

Menuju Kota Bima “Indah”, penulis terjemahkan : bukan hanya penataan taman kota, akan tetapi juga penataan green office atau taman kantor, taman sekolah (green school), taman kampus (green campus), dan taman rumah tangga atau keluarga.
?
Ragam Keindahan

Ken-Ichi Sasaki dalam artikelnya “For Whom is City Design: Tactility versus Visuality” (Ken-ichi Sasaki dalam Usman, 2024) membedakan dua konsep keindahan. Yang pertama adalah teori-teori yang datang dari Barat yang didasari oleh referensi visualitas, atau keindahan yang dilihat oleh mata. Di antaranya adalah teori townscape yang mana banyak diikuti oleh para perancang kota sebagai dasar teoritis untuk menciptakan estetika kota. Kata tersebut sejajar dengan kata landscape (diindonesiakan menjadi ‘lansekap’), cloudscape, waterscape dan lain-lain yang kurang lebih berarti ‘yang dapat dipandang dengan meluas’. Morfem scape (bahasa Inggris) berhubungan dengan morfem scope seperti microscope, telescope, cinema-scope, kaleidoscope dan lain-lain. Dari konstelasi kata-kata ini bisa dikatakan bahwa towscape dan landscape termasuk dalam kelompok kata-kata yang terkait dengan rupa (visual). Kata landscape mempunyai kesamaan asal dengan Bahasa Jerman Landschaft. Namun akhiran –schaft dalam Bahasa Jerman sama dengan akhiran –ship yang dalam Bahasa Inggris di mana keduanya tidak ada kaitannya sama sekali dengan visualitas. Dari sini “Sasaki” memunculkan pengertian kedua tentang keindahan.

Sasaki mengusulkan adanya taktilitas (tactility) sebagai salah satu cara untuk mencapai estetika, sebagai pengertian yang kedua. Taktilitas adalah perasaan ternaungi dan terlindungi yang hanya dapat dirasakan oleh segenap raga dan indera (bukan hanya dengan mata). Dengan mendeskripsikan Tokyo ia mengungkapkan idenya. Tokyo adalah kota dengan gunung Fuji sebagai latar belakangnya. Ia mendapati bahwa dengan adanya gunung Fuji ini, penghuni kota merasakan adanya ‘sesuatu yang menaungi’. Fuji menjadi sosok yang kadang-kadang ada kadang-kadang hilang namun seakan-akan melindungi dan melingkungi di paras kontak antar manusia. Area dikenali dengan cara bagaimana Gunung Fuji terlihat. Contohnya Fujimi-cho’ (tempat di mana orang bisa melihat Gunung Fuji), Fujimi-dai (ketinggian dimana orang bisa melihat Gunung Fuji) ataupun Fujimi-zaka (lereng di mana orang bisa melihat Gunung Fuji). Para pejalan kaki dan pengendara sepeda adalah yang paling merasakan adanya taktilitas ini karena merekalah yang paling intens mengalami kemunculan dan menghilangnya Gunung Fuji dari pandangan.

Rasa Keindahan

Keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa senang. Manusia memiliki sensibilitas esthetis (perasaan keindahan), karena itu manusia tak dapat dipisahkan dari keindahan. Manusia membutuhkan keindahan dalam kesempurnaan (keutuhan) pribadinya.

Rasa keindahan (sense of beauty) adalah rasa yang diterima oleh hati nurani sebagai hal yang menyenangkan, menggembirakan, menarik perhatian, dan tidak membosankan. Jadi, sesuatu itu dikatakan memiliki rasa keindahan apabila memenuhi sifat kualitas berikut ini : (a) menyenangkan (happy); (b) menggembirakan (cheerful); (c) menarik perhatian (attractive); dan (d) tidak membosankan (unboring) (Muhammad, 2008).

Secara teknis keindahan sebagai hasil karya budaya dan seni manusia misal, dapat dirasakan atau diterima dengan baik antara lain dengan mengenal tiga karakteristik wujud ciptaan, yaitu : integritas, harmoni, dan individuasi. Integritas merupakan ketunggalan atau kesatuan yang padu dari semua unsur dan bagian-bagiannya, yang masing-masing berfungsi membangun wujudnya. Harmoni atau keselarasan dan keserasian adalah proporsi dan hubungan atau pertalian yang tepat dari bagian-bagian. Sedangkan individuasi adalah suatu keunikan tertentu, yang berarti bahwa keindahan tak dapat dipertukar-tukarkan dengan keindahan ciptaan lainnya.

Sifat Keindahan

Objek keindahan meliputi: rasa keindahan (sense of beauty); sifat keindahan (nature of beauty); norma keindahan (norms of beauty); cara menanggapi keindahan (way of sensing beauty); cara membandingkannya (way of comparing beauty). Suatu itu dikatakan indah apabila memiliki sifat : menyenangkan (happy); menggembirakan (cheerful); menarik perhatian (attractive); dan tidak membosankan (unboring) (Novia Anjani, 2012).

Selain itu, ada sejumlah sifat keindahan (nature of beauty), antara lain : pertama, keindahan itu kebaikan (goodness), artinya setiap sesuatu yang indah pasti menyenangkan, menggembirakan, menarik perhatian, dan tidak membosankan; kedua, keindahan itu keaslian (originality), artinya objek itu asli, bukan tiruan; ketiga, keindahan itu keabadian (durability), artinya tidak pernah dilupakan, tidak pernah hilang, atau susut; keempat, keindahan itu kewajaran (properliness), artinya tidak berlebihan dan tidak pula kekurangan, menurut apa adanya; kelima, keindahan itu kenikmatan (pleasure), artinya kesenangan yang memberi kepuasaan; keenam, keindahan itu kebiasan (habit), artinya dilakukan berulang-ulang; dan ketujuh, keindahan itu relatif (relative), artinya terikat dengan selera perseorangan, waktu, dan tempat (Anonymous dalam Usman, 2025).

Selain objek yang melekat pada diri manusia (internal objects), ada pula objek yang di luar diri manusia (external objects) berupa ciptaan manusia dan ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa: pertama, ciptaan manusia, yaitu produk budaya sebagai pantulan rasa keindahan pada diri manusia yang bersifat relatif karena terbatas oleh tempat dan waktu. Misalnya mode pakaian, lukisan, dan bangunan rumah. Kedua, ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, yaitu produk kekuasaan Tuhan yang bersifat mutlak karena diakui oleh semua orang. Misalnya pemandangan (landscape), kecantikan (beauty), dan kenikmatan suami istri (sexual pleasure) (Novia Anjani, 2012).

Taman Kota sebagai Indikator

Salah satu indikator keindahan sebuah kota adalah adanya taman kota. Menurut Irwan (2007) taman kota adalah ruang terbuka hijau yang mempunyai fungsi utama untuk keindahan dan interaksi sosial.

Taman adalah sebuah tempat yang terencana atau sengaja di rencanakan di buat oleh manusia, biasanya di luar ruangan, di buat untuk menampilkan keindahan dari berbagai tanaman dan bentuk alami. Taman dapat di bagi dalam taman alami dan taman buatan. Taman adalah menyusun, menata berbagai macam tanaman dengan menggunakan berbagai macam media tanam serta elemen-elemen tambahan dan juga wadah yang digunakan agar terlihat keindahannya, kenyamanannya dan kesejukannya (Surianto, 2012). Taman adalah sebidang lahan berpagar yang digunakan untuk mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan (Laurie, 1986).

Pembeda antara taman sebagai landscape dan taman sebagai garden, yaitu bahwa taman (landscape) elemen tamannya lebih banyak didominasi oleh elemen alami, sedangkan (garden) elemennya lebih didominasi oleh elemen buatan manusia (artificial) dan dalam luas yang lebih terbatas (Suharto, 1994).
?Taman buatan (artificial) yang berupa taman aktif dan taman pasif. Taman aktif adalah taman yang di dalamnya dibangun suatu kegiatan pemakai taman, sehingga pemakai taman secara aktif menggunakan fasilitas di dalamnya. Sedangkan taman pasif adalah taman yang dibentuk agar dapat dinikmati keindahan visualnya, sebagai aksentuasi untuk menarik perhatian, dan karena kerindangannya, tetapi tanpa mengadakan aktifitas di dalamnya, seperti taman yang berada di pertigaan, di perempatan, taman meredian di perkotaan dan lainnya.

Para ahli tata taman misalnya, menguraikan dengan bagus korelasi antara tanaman dan bangunan sebagai berikut: “jumlah, jenis dan cara mengatur jaraknya dapat dibuat agar memberikan kesan nyaman, sejuk, tenteram, indah dan seterusnya. Jelas bahwa disitu bukan melulu pelestarian lingkungan (environmental preservation) yang dikejar, melainkan juga usaha untuk menumbuhkan keselarasan lingkungan (environmental harmony) dan itulah makna pemugaran dan pengubahan” (Daldjoeni, 1997).

Elemen-elemen lansekap atau ruang terbuka dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu: pertama, elemen keras (hard material), seperti perkerasan, bangunan dan sebagainya. Kedua, elemen lembut (soft material), yang berupa berbagai jenis tanaman.

?Bagi seorang arsitek lansekap yang menangani masalah lingkungan, keseimbangan alam dan berpaduan antara alam, manusia, mahluk hidup lainnya dan elemen buatan manusia serta elemen alami, materi tanaman merupakan faktor penting di dalam perencanaan lansekap.
?Soft material atau tanaman selalu berubah keadaannya, variasi ini dapat kita lihat dari bentuk, tekstur, warna dan ukurannya. Perubahan ini diakibatkan karena tanaman merupakan organisme yang selalu tumbuh dan berkembang dan juga dipengaruhi oleh alam habitatnya. Hal ini mengakibatkan penggunaan tanaman menjadi bervariasi.

Dalam kaitannya dengan perencanaan lahan, ”plantung design” atau tata hijau menjadi suatu hal penting dan mencakup antara lain fungsi tanaman, perletakan tanaman, tujuan perencanaan, habitat tanaman dan prinsip dari perencanaan.

?Elemen keras (hard material). Elemen keras merupakan suatu unsur yang dapat memberikan sifat ruang terbuka menjadi kaku, tegar dan memberikan kesan ruang yang kuat, misalnya bangunan, pagar, pedestarian dan pembatas atau furniture taman (kota) dengan menggunakan bahan yang berkesan masif. Sedangkan elemen lunak (soft material). Elemen lunak merupakan suatu unsur yang memberikan rasa kelembutan dan menggambarkan sesuatu yang hidup, karena kehidupan mempunyai sifat elastis dan fleksibel sedang kekakuan merupakan lambang kematian.

Estetika Kota

Bahasan estetika kota atau ‘the urban aesthetic’ merupakan tujuan yang utama dalam kegiatan profesional ‘arsitektur kota’. Bagian kota atau kawasan kota tertentu diusulkan dalam proposal kepada pemerintah kota agar terjadi peningkatan nilai estetika dari kawasan kota tertentu. Fokus utama dalam upaya peningkatan nilai estetika kota adalah mencari, menggali (eksplorasi) dan memanfaatkan potensi arsitektur kawasan untuk mewujudkan tampilan fisikal arsitektural.

Sudah barang tentu upaya-upaya di atas dilakukan seiring dengan kegiatan perencanaan kota dan perancangan kota yang dilakukan. Pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan ‘arsitektur kota’ adalah pendekatan yang komprehensif. Perhatian yang lebih terkait dengan rancang kota dan arsitektur kota pada saat sekarang ini menjadi lebih tinggi dan dinilai penting, manakala skala kota memasuki kota metropolitan (Pawitro, 2015).

Berkaitan dengan peningkatan dan pengembangan kegiatan di kawasan pusat kota, kajian aspek keindahan kota atau ‘the urban esthetic’ menjadi penting untuk dibahas dan diterapkan dalam kerangka pembangunan visual-estetis kawasan kota. Dalam penelitian Pawitro (2015) setidaknya terdapat 5 (lima) komponen penilaian yang termasuk dalam ‘the urban esthetics’, yaitu : (a) ruang terbuka kawasan kota (taman), (b) kondisi view (arah pemandangan) kawasan kota, (c) potensi bangunan-bangunan lama (bersejarah), (d) kondisi jalan-trotoar, halte, jembatan penyeberangan dan zebra cross, dan (e) tanda-tanda (signate) pada kawasan termasuk penataan iklan / reklame.

Bahasan atau kajian tentang ‘urban desain’ dan ‘arsitektur kota’ terkait dengan aspek keindahan kota (the urban esthetic) di antaranya telah dibahas oleh beberapa pakar, seperti : (a) Paul D. Speiregen (1963), (b) Edmond Bacon (1980), (c) Hamid Shirvani (1979), dsb. Berkaitan dengan peningkatan dan pengembangan kegiatan di kawasan pusat kota, kajian aspek keindahan kota atau ‘the urban esthetic’ menjadi penting untuk dibahas dan diterapkan dalam kerangka pembangunan visual-estetis kawasan kota.

Fungsi Tanaman

?Fungsi taman kota sangat besar karena berusaha menciptakan suatu space yang manusiawi bagi penduduk kota. Fungsi dari taman kota : pertama, fungsi sosial. Fungsi sosial dari taman kota antara lain :sebagai tempat melakukan aktifitas bersama; sebagai tempat komunikasi sosial; sebagai tempat peralihan dan menunggu; sebagai tempat bermain dan olah raga; sebagai sarana olah raga dan rekreasi; sarana penghubung antara tempat satu dengan tempat lainnya; pembatas diantara massa bangunan; sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan hidup; sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, dan keindahan lingkungan.

Kedua, fungsi ekologis. Fungsi ekologis dari taman kota antara lain: penyegaran udara, mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro; penyerap air hujan; pengendalian banjir dan pengaturan tata air; memelihar ekosistem tertentu dan perlindungan plasma nuftah; pelembut arsitektur bangunan.

Tanaman adalah merupakan faktor utama dari elemen lunak di samping unsur lain seperti air misalnya. Tanaman tidak hanya mengandung nilai estetis saja, tetapi juga berfungsi untuk menambah kualitas lingkungan.

Fungsi-fungsi tanaman menurut Eko Budihardjo dan Djoko Sujarto (1999) yaitu : (1) Kontrol pandangan (visual control); (2) Pembatas fisik (physical barriers); (3) Pengendali iklim (climate control); (4) Pencegah erosi (erosion control); (5) Habitat binatang (wildlife habitats); dan (6) Nilai estatis (aesthetic values).

Pertama, kontrol pandangan. Sebagai kontrol pandangan atau visual control, tanaman dapat berfungsi untuk : pertama, menahan silau dari pantulan sinar di jalan raya maupun bangunan. Kedua, sebagai ruang luar, tanaman dapat dipakai sebagai dinding, atap dan lantai. Dinding dapat dibentuk oleh pembatas. Atap dibentuk oleh pohon yang membentuk konopi atau tanaman merabat pada pergola. Sebagai lantai dapat diperguna rumput. Ketiga, sebagai pembentuk privacy, tanaman dapat digunakan untuk membentuk kesan privacy yang dibutuhkan oleh manusia.

Keempat, pembatas hijau (green screen), tanaman digunakan sebagai penghalang pandangan terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan untuk dilihat seperti sampah, galian pembangunan dan sebagainya.
?Kedua, pembatas fisik. Tanaman dipakai sebagai penghalang gerak manusia dan hewan, selain itu juga dapat berfungsi untuk mengarahkan.
?Ketiga, pengendali iklim. Tanaman berfungsi sebagai pengendalian iklim untuk kenyamanan manusia. Faktor iklim yang mempengaruhi kenyamanan manusia adalah suhu, radiasi matahari, angin dan kelembaban. Selain itu hal yang mempengaruhi kenyamanan manusia adalah suara dan baru.

Kelima, pencegah erosi. Tanaman digunakan untuk menahan efek negatif terhadap kondisi tanah baik oleh pembuatan bangunan, konstruksi, pengolahan tanah dan sebagainya.
?Kleima, habitat binatang. Tanaman sebagai sumber makanan bagi hewan dan sebagai tempat perlindungannya.

Keenam, nilai estetis. Tanaman dapat memberikan nilai estetis dan menambah kualitas lingkungan disebabkan oleh sesuatu yang terkandung di dalamnya seperti warna, bentuk, tekstur dan skala.

Disadari atau tidak, masyarakat Kota Bima sedang demam atau keranjingan bunga. Sejumlah tumbuh-tumbuhan liar, seperti pohon asam, beringin, satinggi, bidara, dan pepohonan sejenisnya sedang diburu orang untuk dijadikan tanaman bonsai. Bukti kedemaman lainnya, nyaris semua ragam bunga yang dibawa dari Jawa, diserbu pembeli dan ludes dalam waktu sekejap. Di samping itu, bunga sekarang menjadi sasaran empuk bagi pencuri, karena pemasarannya gampang dan harganya selangit.
?Demam bunga adalah fenomena menarik sebab bermanfaat, baik secara estetis maupun sosial.

Nilai estetika dari taman diperoleh dari perpaduan antara warna daun, batang, dan bunga; bentuk fisik tanaman, meliputi batang, percabangan, dan tajuk; tekstur tanaman; skala tanaman dan komposisi tanaman. Nilai estetis tanaman juga dapat diperoleh dari satu tanaman, sekelompok tanaman yang sejenis, kombinasi tanaman berbagai jenis ataupun kombinasi antara tanaman dengan elemen lanksecap lainnya (Rustam Hakim, 2003).
?Warna batang, daun dan bunga dari suatu tanaman dapat menimbulkan efek visual, demikian pula refleksi cahaya yang jatuh pada tanaman tersebut. Warna daun dan bunga dari tanaman dapat menarik perhatian manusia dan memengaruhi emosi orang yang melihatnya.

Efek psikologis yang ditimbulkan dari warna tersebut, yakni warna cerah memberikan rasa senang, gembira dan hangat. Sedangkan warna lembut memberikan kesan tenang dan sejuk. Apabila beberapa jenis tanaman dengan berbagai warna dipadukan dan dikomposisikan akan menimbulkan nilai estetika.

Bentuk tanaman dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan bentuk dua atau tiga dimensi, memberi kesan dinamis, indah, memperlebar, atau memperluas pandangan, ataupun sebagai aksentuasi dalam suatu ruang.
?Tekstur suatu tanaman ditentukan oleh batang/percabangannya, massa daun, serta jarak penglihatan terhadap tanaman tersebut. Tekstur tanaman juga memengaruhi secara psikis dan fisik bagi yang memandangnya. Skala atau proporsi tanaman adalah perbandingan besaran tanaman dengan tanaman lain atau perbandingan antara tanaman dengan lingkungan sekitarnya.

Peletakan tanaman sebenarnya dapat menimbulkan nilai estetika. Menurut Rustam Hakim (2003) peletakan tanaman haruslah disesuaikan dengan tujuan dari perancangannya tanpa melupakan fungsi tanaman yang dipilih. Pada peletakan ini harus pula dipertimbangkan kesatuan dan desain atau unity, yaitu variasi (variety), penekanan (accent), keseimbangan (balance), kesederhanaan (simplicity), dan urutan (sequence).

?Di samping fungsi estetika, taman kota memiliki fungsi lain. Menurut Rustam Hakim (2003) taman kota sebagai ruang terbuka mempunyai beberapa fungsi sosial, antara lain meliputi : tempat bermain dan olahraga; tempat bermain dan sarana olahraga; tempat komunikasi sosial; tempat peralihan dan menunggu; tempat untuk mendapatkan udara segar; sarana penghubung antara satu tempat dengan tempat yang lain; pembatas di antara massa bangunan; sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan; dan sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, dan keindahan lingkungan.

Dari banyak fungsi taman kota tersebut, terdapat fungsi yang terfokus pada fungsi sosial, khususnya taman kota sebagai tempat bermain dan olahraga, tempat bermain dan sarana olahraga, tempat komunikasi sosial, tempat peralihan dan menunggu, tempat untuk mendapatkan udara segar. Fungsi-fungsi ini mengundang kerumunan orang untuk berdatangan sehingga dapat dikatakan taman kota memiliki fungsi sosial.

Salah satu kaidah panca faktor—Panca atau lima E dalam menata kota yaitu environment atau keseimbangan lingkungan/ekologi. Panca faktor lain yang juga perlu diperhatikan yakni employment atau lapangan kerja/ekonomi; equity atau pemerataan/keadilan; engagement atau peranserta (masyarakat maupun swasta); dan energy (baik energi yang terbarukan maupun tidak terbarukan); equity atau pemerataan/keadilan.

?Apabila panca-faktor yang disebutkan di atas dipenuhi, kiranya kita semua akan dapat menyaksikan dan menikmati kota masa depan yang ideal, manusiawi, menyejahterakan dan membahagiakan warganya. Di samping kaidah “Panca E” tersebut dalam menata kota, masih terdapat pula “Tri E” yakni Etos kerja, Etika pembangunan, dan Estetika kota.

Kaitan dengan environment atau keseimbangan lingkungan/ekologi (Panca E) dan “estetika” kota (Tri E) tersebut, maka sebuah kota termasuk Kota Bima, mesti menyediakan lingkungan yang sejuk, indah, nyaman, bersih, aman, rapi, tertib, dan rekreatif. Karenanya, perlu mengembangkan konsep pembangunan berkelanjutan. Secara ekologis terdapat tiga kaidah pokok yang dapat menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan. Pertama, keharmonisan spasial; kedua, kapasitas asimilasi; ketiga, pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial (spatial sustainability) masyarakat bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, seluruh arealnya tidak boleh dialokasikan hanya untuk zona pemanfaatan. Namun, ada sebagian yang disisakan untuk zona prevervasi (jalur hijau, baik pantai maupun sungai; dan hutan lindung), dan zona konservasi (hutan produksi dan kebun raya).

Kenapa perlu zona prevervasi atau jalur hijau—taman kota, misal? Suatu kota yang hanya sarat dijejali dengan beton, besi, baja, dan batu bata yang keras, tidak dilengkapi dengan ruang terbuka dari penghijauan yang mencerminkan kelembutan berarti sudah dekat dengan kematian (Eko Budihardjo, Harian Suara Pembaruan, 1/3/1996). Pada kesempatan lain, beliau menyarankan (Harian Suara Merdeka, 22/6/1996) “… agar kota-kota kita dihutankan.”
?Perlunya penghijauan kota dilatari alasan bahwa hutan/hijauan kota bermanfaat : memfilter atau menyaring asap dan debu kendaraan dan debu alam yang beterbangan, apalagi Kota Bima masih dominan kotoran kuda (penarik benhur); terjaminnya fungsi pengaturan iklim; dan nilai estetika yang menyangkut arsitektur, serta kebahagiaan manusia. Pada dimensi lain, hijauan/hutan kota berfungsi sebagai wahana rekreasi murah-meriah bagi masyarakatnya, yang ingin melepaskan lelah di siang hari sesudah bekerja, agar etos kerja dapat pulih kembali dan akhirnya dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Hutan kota, sebenarnya dapat berupa : taman-taman, kebun-kebun, bahkan sekumpulan tanaman/pohon yang menghijau di sepanjang jalan (sekarang sedang ditanam), pinggir sungai atau sekeliling perkotaan, hotel, rumah sakit, pekarangan warga, lapangan olah raga, dan tempat-tempat pemukiman lain.

Dalam gerakan menghutankan kota misal, bukan mustahil bila menggunakan konsep hutan kota dengan orientasi tanaman hortikultural (sayur-sayur, buah-buahan, dan bunga-bungaan—kini lagi trend), sehingga menjadi produktif, termasuk di setiap pekarangan rumah masyarakat.

Taman merupakan bagian dari bidang publik dalam ruang perkotaan (Tibbalds, 2001), yang dapat diakses oleh masyarakat yang berbeda kelas (Madanipour, 1996).

Ruang publik antara lain meliputi taman yang dapat dimanfaatkan oleh publik (Mulyani, 2002). Menurut Tibbalds (2001) bidang publik dalam ruang perkotaan adalah semua bagian jaringan perkotaan yang dapat diakses secara fisik dan visual oleh masyarakat umum, termasuk jalan, taman, dan lapangan/alun-alun.
?Taman merupakan ruang publik yang memiliki batas tertentu yang digunakan untuk kesenangan dan dapat diakses oleh publik. Makna taman menunjukkan ruang terbuka yang memiliki keindahan dan kenyamanan yang divisualisasikan oleh alam, baik alam yang bersifat natural maupun alam buatan dan dapat diakses oleh publik.

Bukan Hanya Taman Kota

Menuju Kota Bima “Indah”, bukan penataan taman kota “an sich”, pun penataan taman kantor atau green office, green school / campus, taman rumah tangga/keluarga.

Green office adalah suatu konsep tentang sebuah kantor yang kegiatannya dijalankan dengan cara yang ramah lingkungan. Dengan mengedepankan ramah lingkungan, maka pegawai tidak saja melaksanakan efisiensi yang menguntungkan kantor/perusahaan, namun juga sudah ikut membantu meningkatkan kualitas kehidupan komunitas di sekitar kantor (Mbakarlin, 2013).

Green office adalah sebuah konsep kantor hijau yang mengikuti kaidah-kaidah etika lingkungan. Green office bukan berarti perubahan lingkungan kantor yang dirubah warnanya menjadi hijau. Akan tetapi lebih kearah perubahan perilaku pegawai/karyawan yang berpikir tentang kesadaran lingkungan.

Meminimalkan penggunaan AC, memakai kertas bolak balik, mendaur ulang kertas, meminimalkan pemakaian tissue, dan lain-lain. Green office memberikan wahana baru terhadap perubahan harapan manusia dalam pengelolaan lingkungan di kawasan perkotaan. Green office bentuk alternatif inspiratif mengurangi adanya dampak aktifitas dan perilaku manusia yang menyebabkan terjadinya pemanasan global di muka bumi ini sehingga terjadi yang namanya perubahan iklim. Bumi seolah–olah seperti dioven, sehingga suhu di kota pada umumnya semakin panas. Merubah paradigma/perilaku dari pegawai/karyawan agar berperilaku green office merupakan harapan tersendiri sebagai titik awal perubahan sikap menu kelestarian lingkungan dan pengurangan sampah di kawasan perkantoran serta efisiensi terhadap pemakaian sumber daya tidak terbaharukan.
Beberapa cara yang dapat dilakukan melalui konsep green office misalnya, pegawai dan pihak manajemen kantor berupaya untuk menerapkan berbagai penghematan, seperti hemat air, hemat kertas, hemat listrik dan juga pengelolaan sampah. Jika cara yang sederhana tersebut diterapkan di kantor dan kemudian menjadi kebiasaan dan budaya kantor/perusahaan, maka hal tersebut akan mudah dilakukan para pegawai/karyawan di rumah masing-masing. Muara dari green office adalah: menciptakan suasana kerja yang nyaman dan kondusif; mengkampanyekan green office dalam setiap momen kegiatan; sosialisasi visi dan misi program green office kepada semua lapisan masyarakat; memberikan contoh melalui aplikasi media pendidikan lingkungan di wilayah perkantoran; dan membuka peluang seluas-luasnya kepada mitra yang memiliki visi dan misi tentang lingkungan untuk ikut bergabung dalam program green office.

Green school adalah sekolah hijau. Bermakna sekolah yang memiliki komitmen dan secara sistematis mengembangkan program-program untuk menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktivitas sekolah.

Karenanya, tampilan fisik sekolah ditata secara ekologis sehingga menjadi wahana pembelajaran bagi seluruh warga sekolah untuk bersikap arif dan berperilaku ramah lingkungan (Sugeng Paryadi, 2008). Pengertian hijau dari green school di sini bukan sekolah yang dicat temboknya berwarna hijau, atau sekolah yang banyak tanamannya bahkan bukan sekolah yang menggunakan seragam serba hijau, namun identitas hijau di sini merupakan gerakan untuk menerapkan konsep pengelolaan, pelestarian dan perlindungan terhadap lingkungan khususnya kawasan sekolah dan sekitarnya.

Sekolah yang menggunakan pendekatan belajarnya dengan konsep pengelolaan terhadap lingkungan maka: menjadikan suasana kegiatan belajar mengajar yang nyaman; meningkatkan kesehatan bagi seluruh warga sekolah; membangun karakter siswa cinta terhadap lingkungan; sumber pembelajaran yang nantinya dapat dilakukan penerapannya di rumah siswa masing-masing; mendorong percepatan gerakan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim; dan lingkungan sekolah terlihat bersih, hijau dan enak dipandang sehingga siapapun betah/tinggal berlama-lama di sekolah.

Ciri-ciri green school atau sekolah hijau : sekolahan bersih, hijau, sehat dan menyenangkan; memiliki peraturan dan kebijakan menyangkut masalah lingkungan (misalnya tentang sampah, efisiensi air, energi, kantin, dan lain-lain); memiliki sarana dan prasarana yang memadai seperti: ruang pembibitan, alat kebersihan/sapu dan lain-lain, tempat sampah terpilah, komposter (sarana pengelola sampah organik), lubang biopori (untuk resapan dan pengolah sampah organik) dan lainnya; memiliki program kegiatan yang reguler baik jangka pendek,menengah dan panjang; memiliki pedoman pembelajaran siswa terkait pengelolaan lingkungan baik secara monolitik maupun terintegrasi; memiliki sumberdaya manusia (kepala sekolah, guru, staf, dan komite) yang memiliki keahlian di bidang pendidikan lingkungan hidup, setidaknya pernah dan selalu melakukan pelatihan atau bimbingan tekhnis yang berkesinambungan ditandai sertifikat kegiatan; memiliki perencanaan anggaran pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan baik dalam mengembangkan kapasitas guru dan siswa maupun terhadap kelengkapan sarana prasarana sekolah; dan memiliki sekretariat khusus yang di dalamnya ada tim pengelola kegiatan hingga penugasan untuk pendokumentasian menyeluruh.

Lingkungan sekolah sebaiknya bersih, rapi dan hijau. Sekolah yang hijau rimbun akan melahirkan suasana yang sejuk dan nyaman, belajarpun asyik. Bagaimana cara menciptakan lingkungan sekolah yang hijau dan sehat? Pihak sekolah membuat paket program penghijauan berkelanjutan, misalnya mengambil tema “Sekolah Seribu Bunga”.

Lalu, apa green campus? Hampir sama dengan green school. Pengertian green campus adalah sistem pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat dan lokasi yang ramah lingkungan serta melibatkan warga kampus dalam aktifitas lingkungan serta harus berdampak positif bagi lingkungan, ekonomi dan sosial. Green campus adalah konsep perpaduan antara lingkungan dengan dunia kampus. Konsep lingkungan yang meliputi 3R, penghijauan, in front of office, CSR dan sebagainya digabung dengan konsep kampus yang terdiri dari fisik kampus, lokasi dan perilaku warga kampus.

Green campus bertujuan : mendukung upaya pembangunan berkelanjutan; meningkatkan kualitas pendidikan; peningkatan kesadaran lingkungan warga kampus dan masyarakat; dan menjamin keberadaan perguruan tinggi berkelanjutan.

Demikian juga taman rumah tangga atau keluarga. Manfaat taman di rumah : mempercantik hunian; menangkal polusi; mengurangi tingkat stres; menghadirkan suasana sejuk pada rumah; area untuk menghabiskan waktu senggang; tempat menyalurkan hobi; berguna untuk area resapan air; sebagai ruang keluarga yang nyaman; membuat tamu bahagia; membuat suasana luar tampak alami dan hangat; dan untuk menambah nilai jual rumah.

Ada konsep taman minimalis untuk di rumah atau sekitar rumah. Taman minimalis tidak hanya memberikan keindahan visual, tetapi juga memiliki berbagai manfaat penting lainnya. Taman minimalis adalah taman yang dirancang dengan konsep sederhana dan efisien. Dalam desain ini, setiap elemen dipilih dan ditempatkan dengan cermat untuk menciptakan harmoni dan keseimbangan. Meski sederhana, taman minimalis bisa memberikan nuansa segar dan tenang sehingga membuat penghuni merasa lebih rileks dan nyaman.

Beberapa alasan mengapa penting memiliki taman minimalis di rumah (depobagoesbangunan.com, 2023). Pertama, taman minimalis bisa menjadi oasis hijau di tengah kesibukan kota. Meski lahannya sempit, taman minimalis mampu menciptakan suasana alam yang menenangkan. Tumbuhan dapat membantu menyerap polusi udara, membuat udara di rumah menjadi lebih segar dan sehat. Kedua, taman minimalis dapat meningkatkan nilai estetika rumah. Dengan desain yang tepat, taman minimalis bisa menjadi elemen yang menonjol dan mempercantik tampilan rumah. Selain itu, taman juga bisa menjadi ruang tambahan untuk beraktivitas, seperti membaca buku, bermeditasi, atau sekadar menikmati teh di pagi hari.

Ketiga, taman minimalis berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan. Dalam skala mikro, taman minimalis membantu menjaga siklus air dan menjaga kelembapan udara. Dalam skala yang lebih besar, taman minimalis berkontribusi menurunkan suhu udara sekitar, mengurangi dampak pemanasan global. Keempat, memiliki taman minimalis dapat menunjang kesehatan mental. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa berinteraksi dengan alam dapat mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati. Dengan memiliki taman minimalis di rumah, kita bisa mendapatkan manfaat tersebut tanpa harus pergi jauh.
Semoga bermanfaat !!!

*Dosen Universitas Mbojo Bima (Alumni UNM dan UNHAS Makassar)