Kabar Bima

Pasien Umum Dikira Jamkesmas, Keluarga Mengeluh

349
×

Pasien Umum Dikira Jamkesmas, Keluarga Mengeluh

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Stigma berbeda yang berimbas pada perbedaan pelayanan antara pasien umum dan pasien Jamkesmas bukan hal yang baru terjadi di rumah sakit pemerintah. Keluhan terbaru dari pasien  Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima, sakit yang dialami Samiah (60) tak kunjung sembuh karena petugas rumah sakit memperlakukan pasien layaknya pasien miskin peserta program Jamkesmas.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima. Foto: Buser
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima. Foto: Buser

Samiah, wanita paruh baya asal Desa Sampungu Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima yang tengah dirawat karena mengalami diare (mencret), sejak sejak Senin minggu lalu, hingga saat dikeluhkan Sabtu (9/2/2013) kemarin, tak menunjukkan tanda-tanda membaik. Suharni (35), anak dari pasien menuding ibunya diperlakukan layaknya pasien miskin pengguna kartu Jaminan Kesehatan Mayarakat (Jamkesmas), oleh para medis setempat sehingga berpengaruh pada laju kesembuhannya.

Tutur Suharni, ketika berkonsultasi mengenai resep obat  yang diberikan kepada tim medis zal penyakit dalam, rupanya sejumlah obat yang dikonsumsi Samiah merupakan obat generik yang tidak paten. Dari konsultasi itu pula baru diketahui bahwa pemberian obat-obatan jenis ini merujuk dari asumsi pihak Rumah Sakit, bahwa pasien tersebut merupakan pengguna Jakesmas alias pasien miskin.

”Kami kira pasien pengguna Jamkesmas. Selama lima hari ibu saya tak kunjung sembuh. Mencretnya tetap saja tak membaik,“ Suharni.

Parahnya lagi, pihak rumah sakit, justru mengatakan ada obat paten untuk menyembuhkan diare pasien, bentuknya kapsul dengan harga Rp 100 ribu per butir, “Kalau mampu ada obat paten harganya seratus ribu,“ kembali Suharni mengulang kata para medis.

Pelayanan tidak prima dengan memandang sebelah mata pasien membuat keluarga pasien Samiah kecewa. Suharni mengatakan, asalkan ibunya bisa sembuh dari sakit yang tengah dirasakan, berapa pun biayanya akan dibayarkan. Hanya saja, harusnya pihak RSUD lebih mengutamakan pelayanan untuk kesembuhan pasien, daripada materi biaya yang mesti dipenuhi pasien.

Atas keluhan pasien ini, Direktur RSUD Bima melalui Kabid Pelayanan, Heru Joko Setiono S.Km, mengaku tidak ada sama sekali niat dan tujuan pihaknya memandang sebelah mata siapapun pasien yang membutuhkan perawatan intensif. Semua pasien akan dilayani seuai prosedur pelayanan yang ada.

Terkait pemberian resep obat sebagaimana dikeluhkan keluarga pasien dimaksud, Heru menjelaskan, pemberian asupan obat pada setaip pasien memliki tahapan dan tingkatan. Tentunya, tidak langsung diberikan resep obat yang dosisnya tinggi, meski diakuinya dosis tinggi memang cepat memproses penyembuhan seseorang.

Ia menjelaskan, obat generik atau obat paten yang dijual swasta, khasiatnya sama saja. Justru kata dia, obat generik lebih murah dan bisa dijangkau siapa pun ketimbang obat paten swasta.

Kemudian terkait banyaknya keluhan dan masukan, baik dari pasien dan keluarga maupun dari pihak lain yang selama ini kerap muncul, akan menjadi bahan pihaknya terus berbenah menjadi lebih baik lagi. [AR*/BQ]