Citizen Journalism

Peringati Hardiknas, FSGI Selenggarakan Diskusi Pendidikan

409
×

Peringati Hardiknas, FSGI Selenggarakan Diskusi Pendidikan

Sebarkan artikel ini

Jakarta, Kahaba.- Memperingati Hari Pendidikan nasional (Hardiknas), Serikat Guru Indonesia (SEGI) Jakarta dan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyelenggarakan diskusi publik sekaligus konprensi pers. Diskusi mengangkat tema “Refleksi Revolusi Mental di Pendidikan dalam Penguatan Karakter Guru dan Siswa”.

Peringati Hardiknas, FSGI Selenggarakan Diskusi Pendidikan - Kabar Harian Bima
Pengurus Serikat Guru Indonesia (SEGI) Bima, Asrul Raman saat menjadi pembicara dalam diksusi publik di Jakarta. Foto: Dok. Fahmi

Kegiatan ini dilaksanakan pada Senin, (1/5) kemarin mulai pukul 12.00 hingga 15.00 WIB bertempat di Aula Kantor WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) Jalan Tegal Parang Utara No. 14, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Dari rilis yang diterima Kahaba.net, diskusi ini menampilkan sejumlah pembicara dari guru dan penggiat pendidikan, seperti Doni Koesoema, Itje Chodijah, Asrul Raman (Pengurus SEGI Bima) dan Hari Prasetyo. Sementara bertindak sebagai moderator Fahriza Marta Tanjung dari Pengurus SEGI Medan.

Dewan Pengawas FSGI, Doni Koesoema menjelaskan, pendidikan karakter harus menjadi poros dan roh dalam mengelola pendidikan nasional. Untuk itu, perlu komitmen dan konsistensi pemerintah melalui regulasi yang mendukung peningkatan kualitas pembelajaran di kelas, pengembangan budaya sekolah sebagai komunitas moral pembelajar, dan membangun kolaborasi dengan masyarakat secara fair dan adil dalam peningkatan kualitas pendidikan.

“Filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara melalui empat dimensi pengolahan hidup, olah rasa, olah pikir, olah hati, dan olah raga, harus dikembalikan dalam setiap kinerja pendidikan,” kata Doni.

Pembicara lain, Asrul Raman yang juga merupakan Pengurus SEGI Bima mengungkapkan bahwa pendidikan karakter di sekolah selama ini diberikan tanggungjawab kepada guru BP atau BK. Ini problem dasarnya sehingga yang terjadi hanya penindakan saja tanpa dibarengi pencegahan.

Menurut Asrul yang juga Ketua Lakpesdam NU Bima ini, pendidikan karakter semestinya melibatkan cognitive, feeling dan action.  Ketiga  aspek tersebut harus saling menyelimuti satu sama lainnya. Dan tentu harus ada yang  mengawalnya, yaitu aktor yang terlibat.

“Intinya, Pendidikan karakter  itu harus di kawal oleh banyak pihak, baik yang didalam sekolah maupun yang di luar sekolah,” kata dia.

Sementara Hari Prasetyo, Pengurus SEGI Jakarta dalam pemaparannya mengatakan, kendala dan tantangan dalam implementasi pendidikan karakter dan kebhinekaan di lembaga pendidikan swasta terletak di tiga pilar yaitu dari sekolah, rumah dan lingkungan.

Terutama di dalam sekolah kata dia, kualitas dan karakter yang dari baik guru memerlukan pelatihan dan penguatan untuk dijadikan role model peserta didik. Tentunya juga dilakukan perbaikan dalam manajemen sekolah. Dari rumah pun, orang tua juga mendukung program sekolah untuk menjadi role model yang baik untuk anak-anaknya.

“Untuk itu perlu sinergi kerjasama dengan sekolah melalui kegiatan Parenting,” tegas Hari.

Menurut  Anggota Dewan Pendidikan, Itje Chodidjah, guru adalah panutan dan sudah diatur dalam UU Guru dan Dosen yang harus menguasai empat kompetensi dasar yang secara spesifik berhubungan dengan karakter adalah kompetensi kepribadian dan sosial.

“Komptensi  itulah lah yang jika dikembangkan secara tepat akan memberikan kontribusi besar pada penguatan karakter sebagai bagian dari revolusi mental,” terang dia.

Itje menambahkan bahwa pengembangan kedua kompetensi tersebut saat ini masih lemah dan diperlukan pola pelatihan yang tepat karena bertaikan dengan ketrampilan dan sikap bukan hanya pengetahuan.

*Fahmi Hatib-Presidium FSGI Jakarta