Kabar Bima

Tambora dan Akhir Hidup Wamen Nyentrik (Ulasan)

573
×

Tambora dan Akhir Hidup Wamen Nyentrik (Ulasan)

Sebarkan artikel ini
Puncak Gunung Tambora.
Puncak Gunung Tambora. / Foto: science.discovery.com

 Dompu, Kahaba.- Kisah letusan Gunung Tambora tahun 1815 yang menghilangkan tiga kerajaan di kabupaten Bima dan Dompu, kini Tambora kembali membawa cerita duka bagi Indonesia. Pasalnya, Putra terbaik bangsa yang kini menjabat sebagai Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Widjajono Partowidagdo, dikabarkan meninggal dunia dalam perjalanan evakuasi dari pos III ke pos dua, sekitar pukul 15.30 Wita, Sabtu, 21 April 2012.

Gunung Tambora merupakan gunung api yang dikenal dengan kawah magmanya yang luas. Gunung Tambora terletak di dua kabupaten, yakni Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima, hamparan pasir besi dikaki gunung pun melimpah. Gunung yang memiliki ketinggian 2.850 meter termasuk sebagai gunung yang sering digunakan sebagai lokasi pendakian oleh para turis. Gunung ini juga sering menjadi lokasi penelitian para arkeolog dan ahli biologi.

Gunung Tambora pernah masuk dalam salah satu gunung tertinggi di Indonesia. Tidaklah mudah untuk bisa mendaki gunung ini. Ada sejumlah rute berliku yang harus dilalui oleh para pendaki. Tentunya kita harus dalam kondisi fisik yang fit jika ingin mendaki gunung ini dengan selamat. Gunung ini dikenal dengan pemandangan kawahnya yang indah dan hamparan padang pasir yang eksotis. Kita harus ekstra hati-hati saat mendaki gunung ini agar tidak tergelincir. Di barat laut Tambora, terdapat sebuah pulau bernama Satonda. Di sekitar pulau terdapat sebuah danau yang tadinya adalah kawah gunung, namun karena terisi air sehingga menjadi danau yang begitu elok.

Namun demikian, gunung yang berjenis stratovolcano aktif ini masuk dalam kategori gunung yang harus diwaspadai. Sebabnya, di dalam kawah gunung Tambora terdapat dapur magma yang sangat besar. Seperti dikutip dari situs Wikipedia, pada tahun 1815, Gunung Tambora meletus dengan dahsyat hingga menewaskan 71 ribu orang. Saat itu, letusan gunung ini terdengar hingga ke pulau Sumatera yang berjarak lebih dari 2.000 km. Bahkan abu vulkaniknya jatuh hingga ke wilayah Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan juga Maluku.

Kronologis perjalanan Wamen ESDM beserta rombongan seperti diinformasikan Gubernur NTB, Muhammad Zainul Majdi yang diteruskan oleh anggota DPR Nurul Arifin menguraikan, bahwa Pak Wamen Berangkat dari Jakarta-Denpasar-Bima pada hari Jumat (20/4/12), dan langsung menuju Gunung Tambora Kabupaten Dompu. Rombongan Wamen ESDM saat itu di dampingi Kru TV One berangkat melalui Jalur Desa Pancasila yaitu melewati Pos 1, 2 dan di Pos 3 rombongan pak wamen bermalam di Doropeti. Hari Sabtu (21/4/2012) subuh rombongan berangkat dari Pos 3 ke puncak sekitar 1.000 Meter dengan medan pasir, batu krikil dan kondisi alam yang gersang minim pepohonan.

Di tengah perndakian kondisi Wamen lemah dan tidak melanjutkan perjalanan, kemudian dibawa turun ke Pos 3 untuk mendapat perawatan medis dan bantuan pernafasan. Dari Pos 3 perjalanan evakuasi dilanjutkan ke Pos 2 dan ternyata Wamen menghembuskan nyawanya terakhir sebelum tiba di Pos 2 sekitar 1800 meter di atas permukaan laut. Evakuasi pun dilanjutkan ke Pos 1 yang waktu  tempuh dari Pos 3 ke pos 1 mencapai 6 jam lamanya. Setiba di Pos 1, jenazah Wamen dievakuasi dengan Helikopter Travira milik Newmon menuju Rumah Sakit Sangla Bali, Denpasar. Evakuasi pun dilaporkan sulit dilakukan, karena kondisi gunung yang terhalang kabut serta keadaan jalur yang kurang memungkinkan. Namun, setelah evakuasi dilakukan sekitar pukul 17.00 Wita sampai ke Bali, Jenazah Wamen langsung diterbangkan dengan Hercules ke Halim setibanya di sana.

Menteri ESDM, Jerro Wacik pun memastikan berita duka ini. “Konfirmasi dari dokter Wendi, bahwa Wakil Menteri ESDM, sahabat saya meninggal dunia. Beliau sesak nafas di Gunung Tambora yang ketinggiannya 1.800 meter di atas permukaan laut. Biasanya udara renggang, dan oksigen tipis,” tutur Jero kepada wartawan, Sabtu (21/4/2012).

Irwanda Arif, kata Ketua Umum Perhimpunan Pertambangan Indonesia sekaligus sahabat dekat Pak Wamen memastikan Pak Widjajono Partowidagdo,  meninggal saat evakuasi dari pos tiga ke pos dua.  Dari rombongan Wamen, ia mendapat laporan bahwa Wamen mengalami kondisi kritis saat melakukan pendakian pagi harinya akibat kekurangan oksigen.

Hal senadapun di sampaikan Mantan Kepala Dinas Pertambangan NTB, Heriyadi Rahmat. Ia mengaku mendapat laporan kondisi kritis itu pada Sabtu pagi, 21 April 2011, dari bekas stafnya yang melakukan pendakian bersama Wamen.

“Kondisi oksigen tipis, membuat pria umur 61 tahun ini sesak nafas dan sempat kritis di puncak gunung. Jenazah dicoba untuk diturunkan dari posko 3 ke posko 1 namun jalurnya sangat sulit, sehingga pertolongan tak bisa dilakukan cepat,” ujar Heriyadi.

Sang Wamen nyentrik inipun menghembuskan nafas terakhirnya saat menjalankan kegiatan yang menjadi hobinya, yaitu mendaki gunung. Penampilannya yang berambut gondrong membuat Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo tak terlihat seperti pejabat-pejabat lainnya. Namun pemikirannya di sektor energi cukup kritis.

Pria kelahiran Magelang, 16 September 1951 ini, yang juga Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) dikenal kritis dan berani mengungkapkan pemikiran-pemikirannya. Terakhir, adalah pemikirannya soal BBM jenis premix RON 90 yang harus dijual untuk jalan keluar bagi mobil asing yang memakai bensin premium.

Bahkan komentar Widjajono juga sering dinilai kontroversial para anggota DPR. Saat pemerintah getol kampanye soal konversi BBM ke BBG, Widjajono merupakan pejabat pertama yang berani memasang converter kit di mobilnya baik mobil dinas dan pribadinya.

Beliau juga salah satu bahkan satu-satunya pejabat setingkat menteri yang rutin pergi menggunakan bus saat berangkat kerja. Memang penampilannya dengan rambut gondrong terkesan jarang tersisir sering menjadi perdebatan dikalangan politisi.

Tambora dan Akhir Hidup Wamen Nyentrik (Ulasan) - Kabar Harian BimaLokasi Gunung Tambora di Pulau Sumbawa.

Menurut data yang dikutip dari ITB, Widjajono tercatat pernah tergabung sebagai Anggota Tim P3M (Pengawasan Peningkatan Produksi Migas) Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), Penasihat Asosiasi Perusahaan Migas (Aspermigas), serta Kaukus Migas Nasional Ikatan ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI). Hingga saat ini, Widjajono telah menulis dua buah buku yakni Memahami Pembangunan dan Analisis Kebijakan (2004) dan Manajemen dan Ekonomi Minyak dan Gas Bumi (2002).

Presiden SBY setelah mengetahui meninggalnya Wamen ESDM Widjajono Partowidagdo dari Menteri ESDM Jero Wacik. SBY bahkan memerintahkan Jero Wacik untuk menjemput jenazah Widjajono langsung  di Sumbawa.

“Bapak Presiden meminta Pak Menteri menjemput almarhum di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dan menangani proses selanjutnya,” ujar juru bicara kepresidenan Julian A Pasha, Sabtu (21/4/2012).

Widjajono yang lulusan ITB ini sejak muda sangat gemar mendaki Gunung. Dirinya sendiri semasa kuliah dikenal suka mendaki gunung dan ikut dalam organisasi pecinta alam di ITB.

“Informasi terakhir jenazah Almarhum Widjajono akan disemayamkan di rumah duka jalan Ciragil II No. 28 Kemayoran Baru, Jakarta Selatan,” kata Staf Kehumasan Kementerian ESDM, Yogi. Rencananya Jenazah akan diberangkatkan dari Ngurah Rai, Bali menuju Bandara Halim Perdana dan akan tiba dirumah duka pukul 20.00 WIB. Selanjutnya, almarhum Pak Wamen akan dimakamkan di pemakaman keluarga San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat, usai salat Dhuhur, pada Ahad (22/4) besok, tambah Yogi.

Selamat Jalan Pak Wid, semoga amal Ibadahnya di terima di sisi Allah SWT. [Detik/Tempo/BM]

Tambora dan Akhir Hidup Wamen Nyentrik (Ulasan) - Kabar Harian Bima
Foto Wamen ESDM, Widjajono Partowidagdo saat menghembuskan nafas terakhirnya (21/4/2012) yang diabadikan Tim SAR.
Tambora dan Akhir Hidup Wamen Nyentrik (Ulasan) - Kabar Harian Bima
Foto Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Widjajono Partowidagdo, ketika diperiksa Tim Medis dan dinyatakan telah meninggal di tempat (pukul 17.00 Wita, Sabtu, 21/04/2012) yang diambil oleh Tim SAR.