Kabar Kota Bima

Program Terpadu Dinkes Kota Bima Berhasil Tekan Angka Stunting

99
×

Program Terpadu Dinkes Kota Bima Berhasil Tekan Angka Stunting

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Dalam tiga tahun terakhir, Pemerintah Kota Bima berhasil menekan angka stunting secara signifikan. Keberhasilan ini merupakan hasil kerja keras seluruh pemangku kepentingan, khususnya program-program yang dijalankan oleh Dinas Kesehatan (Dikes) Kota Bima.

Kabid Kesehatan Masyarakat Dikes Kota Bima Abdul Rafik. Foto: Ist

Kabid Kesehatan Masyarakat Dikes Kota Bima Abdul Rafik menjelaskan, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kondisi ini tidak hanya mempengaruhi fisik anak, tetapi juga perkembangan otak.

“Pemerintah sangat serius menangani masalah ini, dibuktikan dengan adanya Perpres No. 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting,” jelas Rafik, Kamis 19 Juni 2025.

Menurutnya, penanganan stunting memerlukan pendekatan yang terpadu, baik dari segi tata kelola maupun pelaksanaan intervensi gizi spesifik dan sensitif. Sasaran program meliputi remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, serta anak usia 0–59 bulan.

Ada 11 indikator intervensi spesifik yang kami laksanakan, antara lain skrining anemia, konsumsi tablet tambah darah (TTD) untuk remaja putri dan ibu hamil, pemeriksaan kehamilan (ANC), pemberian makanan tambahan untuk ibu KEK, pemantauan pertumbuhan balita, pemberian ASI eksklusif, MPASI tinggi protein hewani untuk baduta, hingga edukasi dan pemicuan bebas buang air besar sembarangan (BABS).

Selain itu, Dinas Kesehatan juga menjalankan sejumlah program pendukung, seperti pengadaan antropometri kit standar hingga ke tingkat posyandu untuk meningkatkan kualitas data pengukuran.

Kemudian pengadaan alat USG di puskesmas untuk mendukung pelayanan ANC, program AKSI BERGIZI yang mendorong konsumsi TTD, makanan bergizi seimbang, dan aktivitas fisik bagi remaja putri, Program Intervensi Telur bagi 1.230 balita stunting selama 90 hari.

Selanjutnya pelatihan kader dalam pemanfaatan alat antropometri, pelatihan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), pemeriksaan kesehatan dan edukasi bagi calon pengantin tentang kesehatan reproduksi dan pemantauan praktik MPASI setiap 3 bulan untuk anak usia 6–23 bulan.

Rafik menegaskan, penurunan angka stunting di Kota Bima merupakan hasil kolaborasi lintas sektor yang solid. Ia pun memaparkan data perkembangan angka stunting berdasarkan dua sumber survei yakni, tahun 2022 dari SSGI 31,2 persen dan EPPGBM 13,70 persen. Tahun 2023 SSGI 31,8 persen dan EPPGBM 11,32 persen. Tahun 2024 SSGI 28,4 persen dan EPPGBM 10,17 persen.

“Meski masih ada perbedaan angka antar metode survei, tren penurunan jelas terlihat. Ini bukti nyata komitmen seluruh pihak dalam upaya menekan stunting di Kota Bima,” pungkasnya.

*Kahaba-04