Oleh: Ekamara A. Putra
Opini, Kahaba.- Menarik membaca tulisan M. Dahlan Abubakar berjudul Bima, Membidik Universitas Negeri pada laman pribadinya. Disebutkan bahwa tokoh-tokoh masyarakat Bima di Sulawesi Selatan menggagas berdirinya perguruan tinggi negeri di Bima. Salah satu dasar yang digunakan yaitu tingginya animo masyarakat Bima dan sekitarnya yang merantau ke luar untuk menempuh pendidikan tinggi. Ditambah dengan prediksi potensi calon mahasiswa yang jumlahnya cukup besar sekitar 7.000 orang per tahunnya (data 2010).
Lebih membahagiakan lagi bahwa rencana tersebut mendapat respons positif dari dua pemerintahan daerah–kabupaten dan kota–di Bima. Bahkan kabarnya telah dikucurkan dana awal untuk pelaksanaan studi kelayakan yang dilakukan oleh panitia gabungan. Panitia yang terdiri dari unsur Pemerintah Kota Bima, DPRD Kota Bima dan Forum Kajian Wilayah dan Budaya Masyarakat Pulau Sumbawa di Makassar. Jelas hal di atas merupakan indikasi betapa seriusnya upaya menghadirkan perguruan tinggi negeri tersebut.
Kajian Komprehensif
Mendirikan perguruan tinggi mungkin bagi sebahagian masyarakat dianggap biasa. Terlihat dari menjamurnya perguruan-perguruan tinggi swasta (PTS) dengan pelbagai bentuk termasuk di Bima sendiri. Namun, untuk mendirikan perguruan tinggi negeri (PTN) yang berbentuk universitas, penulis rasa tidak biasa. Apalagi pendirian PTN tersebut dilakukan di sebuah kabupaten/kota yang bukan merupakan ibukota dari sebuah provinsi.
Mendirikan sebuah PTN tidak sekadar memenuhi syarat-syarat administratif formal seperti yang terdapat pada UU Pendidikan Tinggi (UUPT) nomor 12 tahun 2012 dan turunannya. Tetapi juga perlu melihat hal-hal di luar batas hukum formal seperti kondisi sosio-kultural, kesiapan dan daya dukung masyarakat setempat beserta efek sosial-ekonomi yang ditimbulkan
Dengan melihat beberapa data seperti yang disampaikan Dahlan, dan pengalaman pribadi penulis. Memang diakui bahwa terdapat semacam kultur di masyarakat Bima yaitu pendidikan merupakan prioritas teratas dari setiap individu dan keluarga. Untuk kategori mahasiswa saja misalnya, banyak yang melanjutkan pendidikan di beberapa kota besar di Indonesia seperti Mataram, Makassar, Jakarta, Yogyakarta, Semarang dan Surabaya.
Kehadiran sebuah PTN di Bima bagi penulis pribadi cukup urgen, selain untuk memenuhi kebutuhan (pendidikan) masyarakat Bima tetapi juga untuk meningkatkan jalannya roda perekonomian di Bima. Tetapi hal tersebut perlu dilakukan kajian yang komprehensif dan holistik. Kajian yang dilakukan harus memerhatikan kebutuhan dan dampak yang dirasakan langsung oleh masyarakat sebagai obyek kebijakan.
Meskipun bagi kita (sebahagian) kehadiran PTN dianggap urgen. Tetapi mungkin bagi masyarakat (umum) di Bima justru berkata dan berkehendak lain. Tak lupa dalam kajian nantinya perlu memerhatikan kondisi demografi Bima dan sekitarnya. Untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi dari kehadiran PTN tersebut.
Ketepatan Bentuk
Setelah mendapatkan hasil dari kajian yang dimaksud dan mendapat respons positif dari seluruh elemen masyarakat di Bima. Selanjutnya kita berbicara mengenai bentuk PTN yang tepat untuk didirikan. Penulis menghargai rencana mendirikan universitas dan tak jadi masalah. Namun bagi penulis, kehadiran PTN di Bima harus berdampak lebih luas bagi masyarakat khususnya di Indonesia timur.
Penulis menilai kehadiran sebuah institut, khususnya institut pertanian di Bima lebih baik ketimbang universitas. Di dalam UUPT disebutkan bahwa salah satu bentuk dari PT yaitu institut. Institut merupakan PT yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan vokasi dalam sejumlah rumpun Ilmu dan /atau Teknologi tertentu, dan jika memenuhi syarat institut dapat menyelenggarakan profesi.
Seperti diketahui, bahwa di Indonesia hanya ada satu institut pertanian negeri dan beberapa politeknik, sekolah tinggi dan akademi pertanian negeri/swasta lainnya. Dengan kehadiran institut pertanian di Bima akan membuat persebaran ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian bisa lebih merata. Selain itu, institut pertanian di Bima dapat dijadikan sebagai PTN dengan keunggulan di bidang ilmu pengetahuan, penelitian, pembudidayaan, pengolahan dan rekayasa teknologi pertanian variates khas (endemik) wilayah Indonesia timur.
Sehingga terdapat perbedaan dan keunggulan masing-masing yang khas dengan institut pertanian yang sudah ada saat ini. Apalagi sebuah institut toh juga diperbolehkan menyelenggarakan pendidikan vokasi dan profesi. Walaupun harus memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditetapkan.
Namun tetap bentuk PT masih dapat diperdebatkan. Apakah universitas, institut, sekolah tinggi, akademi atau akademi komunitas. Penulis hanya sekadar berusul dengan melihat potensi sumberdaya alam dan manusia yang ada di Bima dan Indonesia timur umumnya. Yang jelas, penulis sepakat bahwa kehadiran PTN di Bima sangat diperlukan. Karena sesungguhnya pendidikan merupakan sumber daya yang terbesar menurut Schumacher.