Kota Bima, Kahaba.- Terkait fenomena munculnya busa atau buih di Teluk Bima tanggal 26-27 April 2022 lalu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bima melakukan pengambilan sampel air laut pada tanggal 28 April 2022 untuk diujikan di Laboratorium Genau PT Genau Loka Gantari Surabaya.
Dari pengujian tersebut diketahui bahwa nilai oil layer none, oil dan grease 0,833, masih di bawah baku mutu air laut sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No 22 Tahun 2021 Lampiran VIII.
Kepala Dinas Kominfotik Kota Bima H Mahfud menyampaikan, dari hasil uji plankton air laut, diketahui terjadi melimpahnya family bacillariaceae (Genus Nitzschia) yang tinggi, berdasarkan literature disebabkan oleh sifat penanda adanya peningkatan unsur hara perairan. Dimana memiliki kemampuan potensi biotik untuk membelah sel secara cepat setiap 4 jam.
“Hal ini didukung oleh ketersediaan Makronutrien di habitat mereka terutama rasio silikat (Si) dan fosfat 0,20, yang ditandai dengan kemampuan membelah 3 kali lebih cepat dalam 24 jam, dan disertai peningkatan temperatur air laut,” ungkapnya, kemarin.
Mahfud menjelaskan, pencemaran buih atau gell teluk Bima pada bulan April hingga Mei 2022, merupakan fenomena alam yang dipicu pertumbuhan plankton terlampau tinggi (Algae Bloom). Fenomena itu dipicu oleh kondisi eutrofikasi air laut atau penyuburan nutrien.
“Sumber nutrien berasal dari akumulasi dari teluk Bima yang berasal dari aktivitas pemupukan tanaman dan buangan bahan organik,” bebernya.
Kondisi ini kata mantan Kasat Pol PP itu, diimbau agar semua pihak turut menjaga teluk Bima, supaya tidak terjadi pencemaran berulang dengan tetap dalam koridor kerjasama dan saling mendukung pemecahan masalah tersebut. Artinya pengendalian pencemaran eutrofikasi ini, harus dengan jalan penyerapan nutrien dari DAS.
“Pemerintah dan didukung pihak swasta serta lembaga peneliti atau universitas, membuat suatu database kelautan teluk Bima sebagai referensi masa mendatang. Baik itu dari segi bioekologi, fisik , kimia, hingga oseanografi,” terangnya.
Mahfud menambahkan, untuk solusi penanganan ini diperlukan adanya upaya monitoring kualitas air teluk Bima secara berkala. Sehingga beberapa objek seperi tempat wisata, kemudian budidaya tambak, biota laut dan pelabuhan dapat terus dipantau kondisinya.
“Harus ada konsep pengelolaan kawasan teluk Bima, yaitu mengatur pemanfaatan yang sustainable dan restorasi tumbuhan laut sebagai penyerap bahan pencemar,” tambahnya.
*Kahaba-04