Kabupaten Bima, Kahaba.- Merasa kecewa karena gagal audiensi dengan Anggota Dewan, belasan pemuda yang tergabung dalam Gerakan Nurani Rakyat (GNR) melabrak ruangan sidang paripurna DPRD Kabupaten Bima, Senin (16/11) pagi. (Baca. GNR Ancam Boikot Distribusi Surat Suara)
Untungnya, saat itu belum dimulai sidang dan sejumlah Anggota Dewan baru mulai berdatangan. Kehadiran pemuda asal Desa Sai dan Sampungu Kecamatan Soromandi ini menyampaikan aspirasi soal pengaspalan Jalan Lintas Sai-Sampungu sepanjang 43 Kilometer.
Massa mengaku telah bersurat secara resmi ke Lembaga Legislatif meminta audiensi untuk menyampaikan aspirasi. Mereka dijanjikan diterima Komisi DPRD terkait pada Senin pagi. Namun setelah berjam-jam menunggu, tak ada kejelasan pertemuan tersebut.
“Kami datang sejak Pukul 07.00 Wita hanya untuk beraudiensi. Tapi kedatangan kami seakan tidak digubris karena telah berjam-jam menunggu tetapi tak ada Anggota Dewan yang menemui,” kata Koordinator GNR, Habibi.
Lantaran tidak ada kepastian, massa kemudian menyeruduk ruangan Sekretaris Dewan (Sekwan) sambil berteriak. Pihak Kepolisian berusaha menenangkan massa dan meminta bersabar sambil menunggu mereka menfasilitasi pertemuan dengan Sekwan dan Komisi terkait.
Namun, pertemuan yang dijanjikan tak kunjung dilaksanakan. Karena tak sabar, beberapa perwakilan massa emosi dan melabrak ruangan sidang paripurna melalui pintu belakang. Mereka juga menendang pintu ruangan, membuat Staf DPRD di dalamnya terkejut.
Begitu sampai di dalam ruangan, mereka juga tak mendapatkan respon, karena Ketua Komisi terkait belum hadir. Sejumlah Anggota Dewan terlihat tak senang dengan ulah para pemuda tersebut, sehingga meminta Pol PP mengeluarkannya. Hingga sidang paripurna dimulai, rencana audiensi pun gagal.
Massa pulang dengan kecewa sambil mengancam akan memboikot pelaksanaan Pemilukada Kabupaten Bima 9 Desember di Desa Sai dan Sampungu. Mereka berjanji akan memblokir jalan utama setempat saat pendistribusian surat suara mulai dilakukan.
“Intinya tidak ada Pemilukada di Desa Sai dan Sampungu kalau aspirasi kami tidak direspon. Itu komitmen kami dan menjadi harga mati,” ancam salah seorang perwakilan GNR saat berlalu pulang.
*Ady