Oleh: Muhammad Irfan*
Menarik untuk disimak, kehadiran seorang figur H Arifin pada Pilkada Kabupaten Bima tahun 2020 sebagai bakal calon Bupati Bima yang dengan mengantongi surat tugas dari Partai Demokrat.
Lebih menarik lagi kehadiran H Arifin pada saat masyarakat Bima tengah menikmati kehadiran pasangan Syafa’ad dan daftar panjang berkenaan petahana, Dinda-Dahlan dalam memimpin Bima saat ini, terutama kalkulasi indikator-indikator keberhasilan selama memimpin Bima sebagai modal dasar untuk bisa terpilih kembali pada Pilkada 2020.
Sebagai putra Daerah Bima memaksa nurani untuk memberikan catatan-catatan kritis dalam bentuk dua pertanyaan atas kehadiran H Arifin. Pertama mampukah H Arifin menggiring opini masyarakat Bima saat ini sebagai calon alternatif di antara dua kandidat yaitu pasangan Syafa’ad (H Syafrudin-Adi Mahyudi) dan petahana (Dinda-Dahlan).
Pertanyaan pertama penting karena mayarakat Bima saat ini berpikir bahwa Pilkada Bima 2020 adalah pertarungan ulang dua kandidat yaitu Syafaad dan Petahana yang merupakan peserta konstalasi politik pada pilkada 2015.
Tentunya mereka sudah punya kalkulasi-kalkulasi kekurangan dan kelebihan, pengalaman pada saat Pilkada 2015 sebelumnya untuk dimaksimalkan pada Pilkada nanti.
Kedua, sejarah suksesi Bima baik Kabupaten Bima dan Kota Bima, putra Bima dari Jakarta Nur A Latief dan Zainul arifin saat itu mampu memenangkan konstelasi politik pada Pilkada Kota Bima dan Kabupaten Bima, dan menjadi pemimpin daerah yang sampai saat ini masih menjadi buah bibir masyarakat Bima. Kepemimpinan dan ketokohan mereka tidak diragukan.
Kehadiran H Arifin saat ini mengingatkan kembali kita semua akan dua tokoh tersebut. Kesamaan mereka adalah ASN, Birokrat yang berhasil di Jakarta. Kondisi kehadiran dua tokoh sebelumnya tentu tidak sama dengan kondisi kehadiran H Arifin saat ini. Kecerdasan masyarakat, tingkat partisipasi masyarakat dalam politik, serta kedewasaan dalam berpolitik para politisi saat ini menjadi pekerjaan rumah bagi H Arifin.
Dua pertanyaan kritis di atas tentu menjadi tantangan sekaligus dijadikan peluang bagi bakal calon bupati H Arifin. Keberhasilan sebagai birokrat bukan satu satunya indikator. Berapa banyak tokoh tokoh birokrasi yang gagal saat terjun dalam dunia politik.
“Kita berpikir dan mengira bahwa jalan yang kita lalui adalah jalan yang mulus, ternyata kita dihadapkan dengan onak dan duri, itulah politik” (HM Amin Mantan Wagub NTB).
Kecerdasan dan kemampuan H Arifin sebagai birokrat yang berhasil dalam memimimpin di ibukota diuji pada saat sekarang ini, yaitu bagaimana upaya memastikan masyarakat Bima bahwa H Arifin sebagai pilihan alternatif di antara dua pasangan kandidat Syafaad dan Petahana.
*Tokoh Masyarakat Bima Berdomisili di Kupang NTT