PemiluKabar Kota Bima

Kota Bima Rawan Politik Uang, Sasar Semua Kelompok Umur Pemilih

1811
×

Kota Bima Rawan Politik Uang, Sasar Semua Kelompok Umur Pemilih

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Ketua Bawaslu Provinsi NTB Itratip mengungkapkan bahwa di wilayah Provinsi NTB, Kota Bima menjadi daerah yang sangat rawan terjadi tindak pidana pemilu yakni politik uang.

Kota Bima Rawan Politik Uang, Sasar Semua Kelompok Umur Pemilih - Kabar Harian Bima
Ketua Bawaslu NTB Tratip saat menyampaikan sambutan pada Rakor yang digelar Bawaslu Kota Bima. Foto: Bin

Hal itu diungkap Tratip saat membuka secara resmi kegiatan Rapat Koordinasi Penanganan Pelanggaran Tahapan Kampanye Pada Pemilu Tahun 2024 yang dihelat Bawaslu Kota Bima di Rumah Dining, Jumat 15 Desember 2023.

Ketua Bawaslu saat membuka kegiatan mengatakan, kegiatan ini sangat penting dilaksanakan karena menyangkut pelanggaran Pemilu. Sementara pelanggaran bentuknya beragam, mulai dari pelanggaran administrasi, etik para penyelenggara dan pidana pemilu termasuk politik uang.

“Berdasarkan pemetaan kami, Kota Bima yang paling rawan terjadi money politic. Kendati itu sulit dibuktikan,” ungkapnya.

Politik uang di Bima kata dia, acapkali terjadi pada setiap pemilu dan nominalnya selalu meningkat. Praktik ini, seperti telah menjadi tren, bahwa memilih calon tidak sah jika tidak mengambil uangnya.

“Modusnya juga sangat beragam. Jika dulu yang banyak disasar kelompok menengah ke bawah, sekarang sudah semakin meluas ke berbagai kelompok umur pemilih,” bebernya.

Tratip juga mengakui, saat sekarang politik uang dikenal dengan istilah Serangan Dhuha, mulai pukul 07.00 – 10.00 Wita. Tidak lagi menggunakan istilah Serangan Fajar.

Oleh para broker politik, praktiknya yakni menunggu pemilih yang datang diberbagai sudut jalan untuk dikawal dan diberikan uang. Modus-modus inilah yang biasa dilakukan.

“Maka jangan heran jika ada Caleg yang mengambil kembali pemberian pada masyarakat, karena suara yang diperoleh tidak sesuai target,” terangnya.

Untuk itu sambungnya, jika saja masyarakat masih menganggap politik uang ini hal yang wajar, lantas bagaimana nanti dengan kualitas pemimpin di masa depan, tentu akan sangat berpengaruh.

Dampaknya juga nanti tutur Tratip, tidak ada nanti generasi yang berprestasi dan berkualitas, namun tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengikuti perhelatan seperti ini.

“Jadi politik uang ini merupakan ancaman serius. Tapi masyarakat kita tidak melihat ini sebagai sesuatu yang berbahaya,” tegasnya.

Di akhir sambutannya, Tratip berharap semoga peserta yang hadir pada kegiatan ini, dapat ambil bagian untuk mencegah terjadinya politik uang, dan menganggap ini sebagai ancaman serius.

“Ini menjadi kerisauan kita bersama, Kasihan generasi mendatang, maka perlu melakukan perlawanan dari sekarang,” tambahnya.

*Kahaba-01