Kabar Bima

Proyek Pipanisasi di Kodo tidak Berfungsi

371
×

Proyek Pipanisasi di Kodo tidak Berfungsi

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Proyek pipanisasi untuk Kelompok Tani Mpori Lembo Kelurahan Kodo menjadi sorotan DPRD Kota Bima. Pasalnya, sejak dibangun tahun 2015, proyek tersebut tidak berjalan sesuai hajatan awal.

Proyek Pipanisasi Kodo. Foto: Bin
Proyek Pipanisasi Kodo. Foto: Bin

Anggota DPRD Kota Bima, Nazamuddin mengatakan, proyek yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2015 bernilai ratusan juta itu berubah menjadi bangunan yang tak berfungsi. Karena, petanitidak bisa memanfaatkannya.

“Proyek itu dibangun pada lahan yang tidak memiliki sumber air. Sementara proyek pipanisasi, harus berada pada lokasi yang memiliki sumber air, untuk mengairi kebutuhan sawah petani,” ujarnya, Kamis (16/6).

Akhirnya, karena tidak berfungsi, proyek tersebut dibiarkan begitu saja. Petani ingin mengaliri sawah, praktis tidak bisa, karena tidak ada air.

“Selain itu, mutu pekerjaannya juga asal – asalan. Kami menilai proyek itu benar benar tidak berkualitas dan tidak tepat sasaran,” ungkapnya.

Menurut pria yang juga berasal dari Kelurahan Kodo tersebut, proyek itu percuma dan telah membuang anggaran yang tidak sedikit.

Pihaknya pun berencana untuk memanggil Dinas terkait untuk klarifikasi. Sebab, kelompok petani di sekitar lokasi proyek tersebut mengeluhkan persoalan irigasi.

Sementara itu, PPK Proyek Pipanisasi Kelompok Tani Mpori Lembo Kelurahan Kodo dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bima, Abdul Najir menjelaskan, ada dua sasaran yang dikehendaki dair proyek tersebut. Pertama, apabila ketersediaan air mencukupi, rencananya akan disediakan air sepanjang tahun untuk lahan.

Kemudian yang kedua, sambungnya, ada kalanya ketersediaan air yang terbatas. Yang dulunya hanya bisa dipakai satu kali tanam, tapi bisa digunakan dua kali tanam, walaupun dengan komoditi yang lain.

“Nah, proyek di Kodo itu digunakan pada item kedua tersebut. Makanya proyek tersebut menggunakan tenaga pompa, untuk mengangkat air, dari sumber air,” jelasnya.

Diakui Najir, kondisi air pada lokasi pembangunan proyek tersebut memang sangat dalam. Maka dibutuhkan pompa air untuk mengangkat sumber air. Karena jika berpatokan pada kondisi alam, atau tidak dimanipulasi, akan setengah mati mengangkat air.

“Manipulasi yang kami maksud, ya mengangkat air dengan Pompa air, untuk disalurkan ke lahan petani dengan menggunakan Pipa,” tuturnya.

Kemudian, lanjutnya, proyek tersebut juga disertai dengan pemberian pompa air, yang disimpan pada Ketua Kelompok Tani. Jika sekali waktu dibutuhkan oleh anggota kelompok, maka pompa air itu bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan air.

Jadi, tambahnya, proyek tersebut bukan tidak berfungsi, hanya saja petani yang tidak mau memfungsikannya.

*Bin